Mengapa Batas Maksimal Usia Capres Penting Diberlakukan?

Rabu, 20 September 2023 - 11:48 WIB
loading...
A A A
Melihat masalah ini dari segi objektif-ilmiah, baik dari segi medis maupun neuroscience maka batas usia pejabat terkemuka yang memiliki kewenangan yang luas layaknya Presiden bukan semata-mata untuk menjegal secara politik atau membatasi hak warga negara. Melainkan diberlakukan untuk melindungi kebaikan bersama (common good).

Karena soal Presiden bukan soal diri seseorang semata namun soal jutaan nasib warga negara yang di bawah kepemimpinnnya. Maka rakyat harus memperoleh pemimpin se-ideal-idealnya, pemimpin sebaik-baiknya untuk mereka.

Bahaya Gerontokrasi dan Pentingnya Batas Maksimal Usia Capres
Bukan hanya dari segi medis dan neuroscience. Namun dari sisi ilmu politik, batas maksimal usia pejabat tinggi negara layaknya Presiden penting diberlakukan untuk menghindari adanya gerontokrasi yaitu keadaan politik dan pemerintahan di mana yang berkuasa adalah mereka orang-orang yang secara signifikan lebih tua dibandingkan rata-rata populasi dewasa.

Istilah gerontokrasi dipopulerkan di Perancis sejak abad ke-19 sebagai kritik terhadap parlemen yang kian didominasi politisi tua dengan perilaku politik patronizing. Penggunaan istilah gerontokrasi secara saintifik mengacu kepada bentuk organisasi politik primitif—yaitu dikuasai orang-orang tua—yang terus berlanjut sampai hari ini di berbagai negara dunia, termasuk Indonesia.

Gerontokrasi sangat berdampak negatif terutama terhalangnya mobilitas vertikal politik bagi politisi generasi yang lebih muda. Mereka yang berusia 40-an tahun yang sudah aktif pula bertahun-tahun dalam dunia politik tidak dapat menembus dominasi atau sedikitnya hegemoni orang-orang tua pemegang gerontokrasi. Dan ini sangat berbahaya bagi demokrasi kita. Gerontokrasi biasanya banyak terjadi di negara-negara otorianisme.

Majalah The Economist dalam risetnya menyebutkan salah satu penyebab Arab Spring adalah perbedaan umur rata-rata (median age) di antara penduduk dengan penguasa dan politisi. Negara-negara otokrasi Arab dan di mana pun memperlihatkan kesenjangan antargenerasi. Mereka para pemimpin otokrasi tua di dunia Arab tak mampu lagi membaca kebutuhan zaman dan masa depan bangsanya.

Regenerasi politik adalah pembuluh darah demokrasi. Ia mengalirkan nutrisi ke dalam tubuh politik. Karena itu, bila ia tersumbat, maka tubuh politik jatuh sakit.

Demokrasi tidak akan tumbuh sempurna karena menolak regenerasi politik sehingga kemudian terjebak memuja gerontokrasi dan feodalisme politik. Karena itu, politik hari ini memerlukan regenerasi politik. Yaitu kapasitas untuk membaca masa depan dan mengkonsepsikannya sebagai jalan generasi.

Untuk itu, meningkatkan partipasi anak muda dan upaya regenerasi politik tak cukup hanya menghapus ambang batas usia minimal namun juga pemberlakuan ambang batas maksimal agar demokrasi tak dibajak oleh gerontokrasi. Tanpa ada batas maksimal hegemoni mereka yang lebih tua serta kesenjangan antar generasi akan terus terjadi.

Sebuah kemewahan yang dimiliki orang yang lebih tua adalah wisdom (kebijaksanaan), akan lebih baik mereka yang lebih tua bersikap bijaksana dengan memberikan tongkat estafet politik kepada mereka generasi yang lebih muda sebagai anak zamannya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1451 seconds (0.1#10.140)