Zulfan Lindan, Hegel, dan Ancaman Pemilu 2024
loading...
A
A
A
Bagi Hegel, sejarah adalah proses dialektika yang mengarah ke perkembangan kesadaran manusia. Perubahan sejarah dipicu oleh konflik antara berbagai kekuatan dan ideologi yang bertentangan. Proses ini bergerak menuju pencapaian kesadaran diri yang lebih tinggi dan akhirnya mencapai realisasi idealitas mutlak. Dalam bahasa lain, realitas adalah sebuah proses dialektis yang terdiri dari tesis, antitesis, dan sintesis. Konflik antara tesis dan antitesis menciptakan sintesis baru, yang menjadi tesis baru lagi bagi perkembangan selanjutnya. Realitas adalah suatu entitas yang dinamis dan terus berkembang.
Realitas itu selalu berlangsung dalam suatu dialektika. Dialektika boleh disebut sebagai pendamaian hal-hal yang bertentangan, yang tidak hanya membatasi satu sama lain, tetapi serentak pula menghasilkan suatu kesatuan baru. Contoh dialektika ini sebenarnya mudah ditemukan dalam dialog sehari-hari. Jika dinyatakan sebuah pendapat tertentu, maka pendapat itu akan ditentang oleh pendapat lain, lalu karena tak puas denan oposisi itu, kita berusaha memperdamaikan keduanya dengan sebuah pendapat yang kebih lengkap. Dari proses itu kita bisa merumuskan tiga tahap. Tahap pertama adalah sebuah tesis yang lalu memunculkan tahap kedua atau antitesis, akhirnya keduanya diperdamaikan dalam sebuah sintesis.
Dalam sintesis (pendapat ketiga) tidak hanya terjadi peniadaan atau pembatalan sebagian dari kedua oposisi karena munculnya sintesis, melainkan juga kedua aspek yang beroposisi disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi, sebab kebenaran keduanya masih dipertahankan dalam sintesis itu.
Sebenarnya, yang sangat menarik sekaligus yang sangat rumit dari Hegel adalah konsep Roh Absolut yang dikembangkannya. Menjabarkannya secara sederhana pun tidak mudah. Karena itu, pada kesempatan ini, kita singgung gambaran besarnya saja.
Bagi Hegel, tujuan utama filsafat adalah mengatasi oposisi-oposisi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi kemajemukan, aneka pertentangan, kontradiksi, dengan segala perseteruan atau argumennya. Di kepala kita kerap berkecamuk maslah-masalah seperti dualisme antara jiwa dan badan, kontradiksi antara subjek dan objek, alam dan roh, yang terbatas dan yang tak terbatas, dan seterusnya. Pertentangan atau oposisi semacam itu tidak memuaskan pikiran. Sementara itu, menurut Hegel, kepentingan dasariah dari rasio adalah mengusahakan kesatuan utuh oposisi-oposisi itu. Dengan kata lain, rasio selalu ingin mencapai Yang Absolut.
Roh Absolut (Absolute Spirit) itu dipandang sebagai kekuatan yang mendasari dan mengarahkan perkembangan sejarah dan pemikiran manusia secara keseluruhan. Hegel melihat Roh Absolut sebagai suatu realitas yang transenden, yaitu sesuatu yang ada di luar individu tetapi juga mencakupnya. Roh Absolut melampaui batasan individu dan memperoleh ekspresinya melalui berbagai institusi, budaya, dan sejarah manusia.
Jadi, titik tolak idealisme Hegel adalah Yang Absolut itu. Seperti dikatakan F. Budi Hardiman, Yang Absolut adalah totalitas, seluruh kenyataan. Hegel memahami seluruh kenyataan ini sebagai sebuah “proses menjadi”. Yang absolut itu bukan hanya dipahami sebagai seluruh proses itu, melainkan juga tujuan dari proses itu sendiri. Hegel kemudian memahami Yang Absolut itu sebagai subjek. Kalau dia subjek, maka harus ada objeknya. Tetapi menurut Hegel, objeknya adalah dirinya sendiri. Jadi, Yang Absolut adalah “pikiran yang memikirkan dirinya sendiri” atau “subjek yang menyadari dirinya sendiri” Dengan kata lain, Yang Absolut itu adalah Roh.
Hegel dianggap mengembangkan “metafisika gaya baru”. Berbeda dengan metafisika sebelumnya, yakni metafisika tradisional, yang menekankan pada peranan iman dan rasio, metafisika baru Hegel ini meyakini kemampuan rasio manusia. Rasio di sini tidak dipahami sebagai rasio tertentu yang dimiliki orang tertentu, melainkan sebagai sesuatu yang menguasai realitas keseluruhan. Rasio tidak dipahami sebagai ‘subjek tertentu’ (diriku), melainkan sebagai ‘intelegensi yang mengatasi individu’, suatu ‘Subjek Absolut’. Rasio ini mengatasi pikiran individu-individu dan menjadi inti hakiki kenyataan itu sendiri.
Idealisme Jerman memahami kenyataan sebagai ‘perwujudan diri dari Subjek Absolut atau Rasio’ . Karena pandangan itu mengklaim tentang kenyataan akhir sebagai keseluruhan, maka pandangan ini adalah sebuah metafisika. Dan karena klaim itu menegaskan bahwa kenyataan akhir adalah subjek absolut atau rasio, maka metafisika ini disebut idealisme.
Ancaman dalam Pemilu 2024
Realitas itu selalu berlangsung dalam suatu dialektika. Dialektika boleh disebut sebagai pendamaian hal-hal yang bertentangan, yang tidak hanya membatasi satu sama lain, tetapi serentak pula menghasilkan suatu kesatuan baru. Contoh dialektika ini sebenarnya mudah ditemukan dalam dialog sehari-hari. Jika dinyatakan sebuah pendapat tertentu, maka pendapat itu akan ditentang oleh pendapat lain, lalu karena tak puas denan oposisi itu, kita berusaha memperdamaikan keduanya dengan sebuah pendapat yang kebih lengkap. Dari proses itu kita bisa merumuskan tiga tahap. Tahap pertama adalah sebuah tesis yang lalu memunculkan tahap kedua atau antitesis, akhirnya keduanya diperdamaikan dalam sebuah sintesis.
Dalam sintesis (pendapat ketiga) tidak hanya terjadi peniadaan atau pembatalan sebagian dari kedua oposisi karena munculnya sintesis, melainkan juga kedua aspek yang beroposisi disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi, sebab kebenaran keduanya masih dipertahankan dalam sintesis itu.
Sebenarnya, yang sangat menarik sekaligus yang sangat rumit dari Hegel adalah konsep Roh Absolut yang dikembangkannya. Menjabarkannya secara sederhana pun tidak mudah. Karena itu, pada kesempatan ini, kita singgung gambaran besarnya saja.
Bagi Hegel, tujuan utama filsafat adalah mengatasi oposisi-oposisi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi kemajemukan, aneka pertentangan, kontradiksi, dengan segala perseteruan atau argumennya. Di kepala kita kerap berkecamuk maslah-masalah seperti dualisme antara jiwa dan badan, kontradiksi antara subjek dan objek, alam dan roh, yang terbatas dan yang tak terbatas, dan seterusnya. Pertentangan atau oposisi semacam itu tidak memuaskan pikiran. Sementara itu, menurut Hegel, kepentingan dasariah dari rasio adalah mengusahakan kesatuan utuh oposisi-oposisi itu. Dengan kata lain, rasio selalu ingin mencapai Yang Absolut.
Roh Absolut (Absolute Spirit) itu dipandang sebagai kekuatan yang mendasari dan mengarahkan perkembangan sejarah dan pemikiran manusia secara keseluruhan. Hegel melihat Roh Absolut sebagai suatu realitas yang transenden, yaitu sesuatu yang ada di luar individu tetapi juga mencakupnya. Roh Absolut melampaui batasan individu dan memperoleh ekspresinya melalui berbagai institusi, budaya, dan sejarah manusia.
Jadi, titik tolak idealisme Hegel adalah Yang Absolut itu. Seperti dikatakan F. Budi Hardiman, Yang Absolut adalah totalitas, seluruh kenyataan. Hegel memahami seluruh kenyataan ini sebagai sebuah “proses menjadi”. Yang absolut itu bukan hanya dipahami sebagai seluruh proses itu, melainkan juga tujuan dari proses itu sendiri. Hegel kemudian memahami Yang Absolut itu sebagai subjek. Kalau dia subjek, maka harus ada objeknya. Tetapi menurut Hegel, objeknya adalah dirinya sendiri. Jadi, Yang Absolut adalah “pikiran yang memikirkan dirinya sendiri” atau “subjek yang menyadari dirinya sendiri” Dengan kata lain, Yang Absolut itu adalah Roh.
Hegel dianggap mengembangkan “metafisika gaya baru”. Berbeda dengan metafisika sebelumnya, yakni metafisika tradisional, yang menekankan pada peranan iman dan rasio, metafisika baru Hegel ini meyakini kemampuan rasio manusia. Rasio di sini tidak dipahami sebagai rasio tertentu yang dimiliki orang tertentu, melainkan sebagai sesuatu yang menguasai realitas keseluruhan. Rasio tidak dipahami sebagai ‘subjek tertentu’ (diriku), melainkan sebagai ‘intelegensi yang mengatasi individu’, suatu ‘Subjek Absolut’. Rasio ini mengatasi pikiran individu-individu dan menjadi inti hakiki kenyataan itu sendiri.
Idealisme Jerman memahami kenyataan sebagai ‘perwujudan diri dari Subjek Absolut atau Rasio’ . Karena pandangan itu mengklaim tentang kenyataan akhir sebagai keseluruhan, maka pandangan ini adalah sebuah metafisika. Dan karena klaim itu menegaskan bahwa kenyataan akhir adalah subjek absolut atau rasio, maka metafisika ini disebut idealisme.
Ancaman dalam Pemilu 2024