Zulfan Lindan, Hegel, dan Ancaman Pemilu 2024

Senin, 24 Juli 2023 - 11:53 WIB
loading...
A A A
Kini Zulfan Lindan dapat berbicara apa saja tanpa beban partai di pundaknya. Juga tanpa ketakutan karena kita hidup di alam demokrasi. Prinsip dasar demokrasi adalah kebebasan, kesetaraan, dan partisipasi. Dalam demokrasi, keputusan politik dibuat melalui proses partisipasi publik, yang meliputi pemilihan umum, diskusi publik, perdebatan, dan keterlibatan aktif warga negara dalam proses pembuatan keputusan politik, baik secara langsung maupun melalui perwakilan yang mereka pilih.

Demokrasi juga melibatkan perlindungan hak asasi manusia, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat, dan hak untuk mengajukan pendapat secara damai. Prinsip-prinsip ini membentuk dasar demokrasi, yang menekankan perlindungan individu dan kebebasan sipil sebagai bagian integral dari sistem politik.

Walaupun demokrasi memiliki banyak variasi dan implementasi yang berbeda di berbagaii belahan dunia, namun tujuan umumnya adalah mewujudkan pemerintahan yang berdasarkan kehendak rakyat, mempromosikan keterbukaan, akuntabilitas, dan partisipasi warga negara dalam proses politik.

Ancaman terhadap demokrasi di Indonesia saat ini, seperti pernah saya tulis di SINDONews adalah bahaya munculnya tribalisme agama yang dihembuskan oleh para petualangan politik. Tribalisme yang tadinya hanya mengacu pada masalah kesukuan, kini dalam budaya populer tribalisme juga merujuk pada cara berpikir atau berperilaku yang hanya setia kepada kelompok sosial mereka saja. Kelompok merekalah yang paling utama, di atas segalanya. Sementara kelompok lain seakan lebih rendah dan dianggap salah. Para petualangan politik bisa jadi akan mengeksploitasi sentimen agama tertentu demi perolehan suara. Tribalisme relijius ini mencederai demokrasi modern yang kita yakini sebagai sistem pemerintahan terbaik hingga kini. Demokrasi modern adalah bentuk pelaksanaan kekuasaan negara sebagai penerima mandat dari rakyat.

Demokrasi kita saat ini memang belum sempurna. Dalam perjalanan penyempurnaan demokrasi inilah para petualang politik bisa membelokkan ke arah lain. Salah satu peluang mereka adalah pada masa kampanye pemilu nanti. Para petualang sangat mungkin memiliki kemampuan untuk menanipulasi preferensi pemilih dengan menggunakan sentiman yang populis, yakni tribalisme agama. Jika mereka berhasil menipu masyarakat, maka pemilu menjadi ajang perang sentimen agama. Dampaknya, antara lain, timbul rasa saling tidak percaya dan permusuhan di tengah masyarakat.

Dalam keadaan seperti itu, kerjasama dalam masyarakat menjadi semakin sulit. Yang ada adalah saling curiga. Para petualang itu ibarat orang yang menarik karpet di bawah meja yang sudah ditata dengan aneka hidangan di atasnya, sehingga semuanya kembali berantakan (pull the rug out from under the table). Para petualang ini biasanya memberi dongeng atau fantasi yang menipu dan menyesatkan melalui kutipan-kutipan relijius, padahal mereka belum tentu percaya dengan apa yang diucapkannya sendiri.

Mari kita gunakan akal sehat. Mari kita pilih presiden, wakil presiden, dan para wakil rakyat yang mengerti problem kita saat ini dan masa depan, yakni soal pemanasan global, artificial intelligence (AI), pembangunan pedesaan, bonus demografi dan pluralisme. Mereka yang tidak pernah berbicara soal-soal tersebut, menurut saya, sebaiknya memang tidak usah dipilih. Sebab tidak ada gunanya memilih calon pemimpin yang tidak mengerti permasalahan bangsanya hari ini dan masa depan. Mereka bakal tidak cukup berguna bagi kemajuan peradaban bangsa Indonesia (*)
(wur)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2039 seconds (0.1#10.24)