Perubahan Iklim dan Pertanian Hijau

Kamis, 17 November 2022 - 16:15 WIB
Teknologi adaptasi perubahan iklim dapat diterapkan untuk menekan dan menyesuaikan dampak terhadap perubahan iklim untuk mengurangi risiko kegagalan produksi pertanian. Teknologi adaptasi tersebut adalah penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman, dan salinitas, serta pengembangan teknologi pengelolaan air.

Subsektor tanaman pangan paling rentan terhadap perubahan iklim terkait tiga faktor utama, yaitu biofisik, genetik, dan manajemen. Perubahan pola hujan di beberapa wilayah di Indonesia dan kenaikan permukaan air laut juga berdampak serius pada sektor ini. Dampak paling nyata adalah penciutan lahan pertanian di pesisir pantai (Jawa, Bali, Sumatra, dan Kalimantan), kerusakan infrastruktur pertanian, dan peningkatan salinitas yang merusak tanaman.

Kementerian Pertanian (Kementan) dalam beberapa tahun terakhir telah menghasilkan varietas-varietas padi yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit, juga lebih rendah mengemisi gas metana. Teknologi dan rekomendasi pengolahan tanah secara kering dan pemilihan jenis pupuk yang menekan emisi gas metana juga telah siap. Jadwal penyesuaian waktu dan pola tanam yang merupakan upaya mengurangi dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim perlu terus disosialisasikan.

Dalam mengantisipasi iklim kering, Kementan telah melepas beberapa varietas/galur tanaman yang toleran terhadap iklim kering, baik varietas padi sawah, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, maupun jagung. Adaptasi dampak dari kenaikan permukaan air laut adalah peningkatan salinitas, terutama di daerah pesisir pantai. Sejak 2000 Kementan telah melepas berapa varietas padi yang tahan terhadap salinitas dan kekeringan.

Teknologi panen hujan yang merupakan salah satu alternatif teknologi pengelolaan air dengan prinsip menampung kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau juga terus diimplementasikan. Teknologi panen hujan yang sudah banyak diterapkan adalah embung dan dam parit.

Untuk teknologi irigasi yang sudah dikembangkan mengatasi cekaman air pada tanaman adalah sumur renteng, irigasi kapiler, irigasi tetes, sistem tanam macak-macak, irigasi bergilir, dan irigasi berselang. Penerapan teknik irigasi tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan air tanaman pada kondisi ketersediaan air yang sangat terbatas dan meningkatkan nilai daya guna air.

Tentu ke depan masyarakat sebagai konsumen juga harus diikutsertakan dalam ekonomi hijau. Generasi milenial dan Z merupakan generasi muda yang akan terdampak perubahan iklim di masa datang. Mereka perlu didorong untuk menggunakan bahan pangan yang diproses ramah lingkungan dan adaptif terhadap perubahan iklim.

Perlu mendorong pelaku industri menerapkan bisnis ramah lingkungan melalui inovasi pangan berbahan tanaman lokal dan bahan baku aneka komoditas. Selain itu, komitmen pemerintah untuk melakukan mitigasi terhadap perubahan iklim melalui pertanian hijau adalah komitmen yang perlu kita jaga bersama.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More