Integrasi Pendidikan Perubahan Iklim pada Kurikulum Merdeka
Jum'at, 07 Oktober 2022 - 04:28 WIB
Selama ini, pendidikan perubahan iklim dalam sekolah formal di Indonesia dapat ditemukan sebagai topik atau hanya bagian dari sebuah bab dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam. Pada kenyataannya, perubahan iklim jauh lebih kompleks untuk dipersempit dalam satu bab, karena berdampak juga pada konsekuensi sosial, politik dan ekonomi juga.
Sejak 2019, sekolah negeri di Italia wajib untuk mendedikasikan sekitar 33 jam per tahun untuk mengajar mengenai masalah perubahan iklim. Negara tetangga kita, Kamboja, tidak hanya berinvestasi dalam perlindungan infrastruktur sekolah terhadap perubahan iklim (climate proofing). Mereka juga mengintegrasikan pendidikan perubahan iklim (climate change education) dalam kurikulum ilmu bumi (earth science) di jenjang SMA.
Dalam kurikulum tersebut, siswa SMA dapat belajar tentang profil kerentanan negara, faktor yang mendorong perubahan iklim, dan strategi dan teknologi yang dapat digunakan untuk beradaptasi dan mitigasi dampak negatif perubahan iklim seperti peningkatan emisi gas rumah kaca, migrasi karena perpindahan dan kemiskinan.
Menurut Cordero, Centeno dan Todd (2020), faktor terpenting adalah mengembangkan hubungan antara perubahan iklim dengan kehidupan pribadi siswa. Contohnya, selain belajar tentang emisi gas rumah kaca, siswa dapat ditantang untuk perhatikan dan memetakan jejak karbon masing-masing.
Latihan seperti ini dapat membangun kesadaran mereka untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang berdampak positif bagi bumi dan mendorong mereka untuk mempraktekkan berbagai inisiatif untuk mengurangi karbon.
Dalam latihan ini, siswa merasa bahwa keputusan mereka untuk mengubah kebiasaan buruk dapat mempengaruhi kemajuan.
Upaya untuk mengatasi perubahan iklim melalui pendidikan tidak hanya dalam integrasi dalam kurikulum. Kita perlu memperhatikan bagaimana perubahan iklim diajarkan.
Persiapan dan Prioritas
Hal ini juga menunjukkan urgensi untuk mempersiapkan tenaga pendidikan untuk membimbing siswa mempelajari perubahan iklim. Guru membutuhkan dukungan, sumber daya dan instrumen untuk mengembangkan pedagogi dan paradigma belajar yang tepat untuk mengajar tentang topik yang cukup kompleks.
Mereka juga dituntut untuk tetap bisa memberi informasi yang akurat dan terkini.
Sejak 2019, sekolah negeri di Italia wajib untuk mendedikasikan sekitar 33 jam per tahun untuk mengajar mengenai masalah perubahan iklim. Negara tetangga kita, Kamboja, tidak hanya berinvestasi dalam perlindungan infrastruktur sekolah terhadap perubahan iklim (climate proofing). Mereka juga mengintegrasikan pendidikan perubahan iklim (climate change education) dalam kurikulum ilmu bumi (earth science) di jenjang SMA.
Dalam kurikulum tersebut, siswa SMA dapat belajar tentang profil kerentanan negara, faktor yang mendorong perubahan iklim, dan strategi dan teknologi yang dapat digunakan untuk beradaptasi dan mitigasi dampak negatif perubahan iklim seperti peningkatan emisi gas rumah kaca, migrasi karena perpindahan dan kemiskinan.
Menurut Cordero, Centeno dan Todd (2020), faktor terpenting adalah mengembangkan hubungan antara perubahan iklim dengan kehidupan pribadi siswa. Contohnya, selain belajar tentang emisi gas rumah kaca, siswa dapat ditantang untuk perhatikan dan memetakan jejak karbon masing-masing.
Latihan seperti ini dapat membangun kesadaran mereka untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang berdampak positif bagi bumi dan mendorong mereka untuk mempraktekkan berbagai inisiatif untuk mengurangi karbon.
Dalam latihan ini, siswa merasa bahwa keputusan mereka untuk mengubah kebiasaan buruk dapat mempengaruhi kemajuan.
Upaya untuk mengatasi perubahan iklim melalui pendidikan tidak hanya dalam integrasi dalam kurikulum. Kita perlu memperhatikan bagaimana perubahan iklim diajarkan.
Persiapan dan Prioritas
Hal ini juga menunjukkan urgensi untuk mempersiapkan tenaga pendidikan untuk membimbing siswa mempelajari perubahan iklim. Guru membutuhkan dukungan, sumber daya dan instrumen untuk mengembangkan pedagogi dan paradigma belajar yang tepat untuk mengajar tentang topik yang cukup kompleks.
Mereka juga dituntut untuk tetap bisa memberi informasi yang akurat dan terkini.
tulis komentar anda