Jalan Panjang Keterwakilan Perempuan dalam Politik

Kamis, 21 April 2022 - 14:49 WIB
Beberapa studi menemukan bahwa kehadiran perempuan dalam representasi politik memang mampu mengubah agenda, perdebatan dan produk hasil legislatif (Carroll 2001; Gray 2002; Swers 2002). Partisipasi aktif perempuan dalam politik niscaya akan mampu meningkatkan kesejahteraan perempuan, karena dianggap bisa mewakili dan mengawal isu-isu serta agenda pembangunan nasional.

Namun pada kenyataannya, data aktual menunjukkan bahwa masih terdapat fenomena paritas gender, di mana perempuan masih kurang terwakili dalam politik. Sehingga produk- produk kebijakan yang dihasilkan masih lekat dengan nuansa patriarkal. Padahal dengan tidak melibatkan perempuan dalam pembuatan kebijakan, sama saja dengan tindakan pengabaian dan jauh dari prinsip-prinsip demokrasi (Mansbridge 1999; Phillips 1995; Young 2000).

Literasi Politik Perempuan

Pekerjaan rumah bangsa ini bukan hanya semata-mata pada terbukanya akses bagi perempuan Indonesia dalam berpolitik, namun juga kita tetap harus memastikan bahwa keterwakilan perempuan dalam politik tidak hanya untuk memenuhi kuota semata. Lebih dari itu, ini merupakan perwujudan dari semangat kesetaraan dan keberdayaan perempuan untuk mengambil bagian dalam proses politik, pengambilan keputusan strategis dan ikut menentukan nasibnya sendiri. Sehingga produk-produk kebijakan politik dan publik yang dihasilkan lebih adil dan ramah bagi perempuan. Karena sejatinya yang paling memahami perempuan hanyalah perempuan sendiri. Women’s problems need women’s solutions. Untuk itu, peran aktif dan literasi politik perempuan Indonesia harus terus digelorakan.

Di sisi lain, perempuan juga harus dapat membuktikan kualitasnya untuk terjun ke politik. Tidak semata-mata mengejar kuantitas saja. Bahwa kesempatan yang ada bukanlah hasil pemberian namun karena memiliki kapasitas, kualitas dan kapabilitas yang mumpuni. Partisipasi perempuan dalam politik merupakan sesuatu yang juga harus direbut dan diperjuangkan. Perempuan sendiri yang harus menciptakan kesempatan dan peluang itu, dan tidak hanya bergantung dari keadaan. Semangat ini yang sejatinya menjadi napas perjuangan Kartini yang berupaya untuk tidak menyerah di tengah lingkungan yang kondusif bagi dirinya saat itu. Itu semua hanya bisa dicapai jika perempuan Indonesia terus bermimpi besar, mengejar dan mewujudkan mimpi-mimpinya.

Selain itu, diperlukan upaya ekstra seluruh elemen bangsa untuk membangun kesadaran atas keberpihakan dan keadilan gender dalam politik. Political will pemerintah pusat dan daerah juga diperlukan untuk mampu menciptakan iklim yang kondusif dan inklusif bagi terciptanya akses seluas-seluasnya bagi perempuan dalam berpartisipasi aktif dalam politik. Ini hanya dapat dibangun dengan pendidikan dan literasi politik yang berimbang tentang kesetaraan perempuan dalam politik. Ini semua membutuhkan upaya lintas generasi untuk melanjutkan tongkat estafet perjuangan. Hanya dengan ini fenomena gunung es yang terjadi di benak masyarakat dapat dipecahkan.

Perjuangan Kartini belum usai. Masih terbentang jalan panjang keterwakilan perempuan dalam politik. Mari memaknai hari bersejarah ini bukan dengan seremoni memakai kebaya semata. Kartini-kartini masa kini masih harus terus berjuang menjadi “the voice of the voiceless” di tengah keterbatasan akses, ketimpangan dan kesempatan politik, agar Kartini-kartini masa depan bisa menikmati hasilnya. Hanya dengan kemauan keras, komitmen kuat dan rasa saling menguatkan sesama perempuanlah jalan panjang ini dapat kita carikan solusinya bersama.

“Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kita berjabatan tangan dan bersama-sama bekerja mengubah keadaan yang tak terderita ini.” (Kartini).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More