Dua Tahun Pandemi dan Proyeksi Endemi
Rabu, 02 Maret 2022 - 16:11 WIB
Hal keempat, indikator lain yang menjadi patokan bahwa situasi epidemiologi Covid-19 sudah terkendali adalah angka reproduksi efektif (effective reproduction number-Rt) di bawah 1, artinya tidak terjadi penularan berkepanjangan di masyarakat. Walaupun tidak ada data resmi yang diumumkan tetapi beberapa pihak menyebutkan angka reproduksi di hari-hari ini masih diatas 1, ada yang melaporkan sebagai 1.161. Mudah-mudahan angka ini dapat terus menurun dalam hari-hari mendatang.
Tentang hal ketiga dan keempat ini, kita tentu ingat bahwa sesudah berhasil menangani varian Delta maka angka kepositifan kita sempat cukup lama di bawah 5%. Angka reproduksi juga pernah dibawah 1, dilaporkan pernah angkanya 0,98. Tetapi, dengan serangan Omicron maka angka kepositifan dan angka reproduksi naik lagi seperti sekarang ini. Artinya, kalau nanti gelombang akibat Omicron ini dapat diatasi, kasus turun, angka-angka lain juga turun, maka kita perlu tetap waspada dan melakukan upaya maksimal agar angkanya jangan naik lagi. Tentu saja angka jumlah pasien dan kematian juga harus ditekan rendah, serta pelayanan kesehatan akan selalu siaga menghadapi kemungkinan kenaikan kasus.
Hal kelima yang perlu jadi perhatian kita bersama ,dan bahkan di dunia, adalah ada tidaknya kemungkinan varian baru Covid-19, sesuatu yang tidak terlalu mudah memprediksinya. Yang jelas kita tahu bahwa kalau penularan di masyarakat tinggi maka virus akan banyak bereplikasi, hal ini memungkinkan saja terjadinya mutasi baru. Kalau mutasinya cukup beragam maka dapat saja terjadi varian baru. Dalam hal ini perlu kita ketahui bahwa sebagian besar varian baru suatu virus itu tidaklah berbahaya bagi manusia, hanya sebagian kecil yang mungkin berbahaya. Tetapi, walaupun persentasenya kecil, kalau terjadi varian yang berdampak luas maka dunia akan terkena gelombang baru lagi, seperti selama ini sudah terjadi.
Tiga Penanggulangan
Dengan kelima penjelasan di atas maka yang dapat kita lakukan adalah tiga poin yang sudah dikenal luas, tapi perlu terus disampaikan agar dilaksanakan di lapangan. Pertama adalah pembatasan sosial. Untuk pemerintah adalah menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sesuai levelnya, mengubah pembelajaran tatap muka (PTM) menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) di sekolah serta aturan lainnya. Untuk masyarakat adalah tetap melalukan 3M/5M, sebenarnya bukan hanya tetap melakukan tetapi harusnya memperketat implementasinyanya karena kita tahu bahwa varian Omicron lebih mudah menular. Karena itu saya mengusulkan kebisaan new normal baiknya kita ubah menjadi now normal saja. Semuanya tentu harus diimplementasikan secara nyata di lapangan. Berita macet amat panjang berjam-jam di puncak pada akhir pekan yang lalu merupakan salah satu contoh bagaimana kita perlu mengambil keputusan yang lebih bijak dalam mengendalikan Covid-19 ini.
Poin kedua adalah terus meningkatkan tes dan telusur. Di atas disebutkan tentang angka kepositifan yang harusnya di bawah 5%. Untuk menilai angka ini maka jumlah tes yang dilakukan haruslah memadai, bukan hanya secara nasional tetapi juga di setiap kabupaten/kota. Jangan sampai karena sebagian provinsi angka tesnya tinggi sekali lalu angka nasional pun naik, padalah cukup banyak kabupaten/kota yang jumlah tesnya masih di bawah standar WHO. Tentang telusur juga harus diupayakan maksimal, karena kalau masih ada sumber penular yang tidak ditemukan maka dia akan terus menularkan ke sekitarnya, persoalan tidak kunjung selesai.
Poin ketiga adalah vaksinasi, baik vaksinasi primer maupun booster yang memang dibutuhkan untuk mengatasi varian Omicron ini. Data sampai 28 Februari 2022 menunjukkan penerima vaksin booster baru 4,71%, jelas masih perlu kerja keras untuk meningkatkannya.
Data kasus harian 28 Februari 2022 menunjukkan jumlah kasus baru 25.054, sudah terus menurun dari angka lebih dari 60.000 beberapa hari yang lalu. Kita tentu berharap angka ini akan terus menurun di hari-hari kerja mendatang, bukan hanya angka di hari-hari libur. Kita juga berharap agar angka kepositifan dan angka reproduksi efektif juga terus menurun sehingga proyeksi ke arah endemi akan dapat diwujudkan.
Tentang hal ketiga dan keempat ini, kita tentu ingat bahwa sesudah berhasil menangani varian Delta maka angka kepositifan kita sempat cukup lama di bawah 5%. Angka reproduksi juga pernah dibawah 1, dilaporkan pernah angkanya 0,98. Tetapi, dengan serangan Omicron maka angka kepositifan dan angka reproduksi naik lagi seperti sekarang ini. Artinya, kalau nanti gelombang akibat Omicron ini dapat diatasi, kasus turun, angka-angka lain juga turun, maka kita perlu tetap waspada dan melakukan upaya maksimal agar angkanya jangan naik lagi. Tentu saja angka jumlah pasien dan kematian juga harus ditekan rendah, serta pelayanan kesehatan akan selalu siaga menghadapi kemungkinan kenaikan kasus.
Hal kelima yang perlu jadi perhatian kita bersama ,dan bahkan di dunia, adalah ada tidaknya kemungkinan varian baru Covid-19, sesuatu yang tidak terlalu mudah memprediksinya. Yang jelas kita tahu bahwa kalau penularan di masyarakat tinggi maka virus akan banyak bereplikasi, hal ini memungkinkan saja terjadinya mutasi baru. Kalau mutasinya cukup beragam maka dapat saja terjadi varian baru. Dalam hal ini perlu kita ketahui bahwa sebagian besar varian baru suatu virus itu tidaklah berbahaya bagi manusia, hanya sebagian kecil yang mungkin berbahaya. Tetapi, walaupun persentasenya kecil, kalau terjadi varian yang berdampak luas maka dunia akan terkena gelombang baru lagi, seperti selama ini sudah terjadi.
Tiga Penanggulangan
Dengan kelima penjelasan di atas maka yang dapat kita lakukan adalah tiga poin yang sudah dikenal luas, tapi perlu terus disampaikan agar dilaksanakan di lapangan. Pertama adalah pembatasan sosial. Untuk pemerintah adalah menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sesuai levelnya, mengubah pembelajaran tatap muka (PTM) menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) di sekolah serta aturan lainnya. Untuk masyarakat adalah tetap melalukan 3M/5M, sebenarnya bukan hanya tetap melakukan tetapi harusnya memperketat implementasinyanya karena kita tahu bahwa varian Omicron lebih mudah menular. Karena itu saya mengusulkan kebisaan new normal baiknya kita ubah menjadi now normal saja. Semuanya tentu harus diimplementasikan secara nyata di lapangan. Berita macet amat panjang berjam-jam di puncak pada akhir pekan yang lalu merupakan salah satu contoh bagaimana kita perlu mengambil keputusan yang lebih bijak dalam mengendalikan Covid-19 ini.
Poin kedua adalah terus meningkatkan tes dan telusur. Di atas disebutkan tentang angka kepositifan yang harusnya di bawah 5%. Untuk menilai angka ini maka jumlah tes yang dilakukan haruslah memadai, bukan hanya secara nasional tetapi juga di setiap kabupaten/kota. Jangan sampai karena sebagian provinsi angka tesnya tinggi sekali lalu angka nasional pun naik, padalah cukup banyak kabupaten/kota yang jumlah tesnya masih di bawah standar WHO. Tentang telusur juga harus diupayakan maksimal, karena kalau masih ada sumber penular yang tidak ditemukan maka dia akan terus menularkan ke sekitarnya, persoalan tidak kunjung selesai.
Poin ketiga adalah vaksinasi, baik vaksinasi primer maupun booster yang memang dibutuhkan untuk mengatasi varian Omicron ini. Data sampai 28 Februari 2022 menunjukkan penerima vaksin booster baru 4,71%, jelas masih perlu kerja keras untuk meningkatkannya.
Data kasus harian 28 Februari 2022 menunjukkan jumlah kasus baru 25.054, sudah terus menurun dari angka lebih dari 60.000 beberapa hari yang lalu. Kita tentu berharap angka ini akan terus menurun di hari-hari kerja mendatang, bukan hanya angka di hari-hari libur. Kita juga berharap agar angka kepositifan dan angka reproduksi efektif juga terus menurun sehingga proyeksi ke arah endemi akan dapat diwujudkan.
(bmm)
tulis komentar anda