Dua Tahun Pandemi dan Proyeksi Endemi

Rabu, 02 Maret 2022 - 16:11 WIB
Tjandra Yoga Aditama (Foto: Ist)
Tjandra Yoga Aditama

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI; Guru Besar FKUI; Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

PADA 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia. Jadi pada 2 Maret 2022 ini tepat dua tahun kita menjalani masa pandemi Covid-19 dengan segala dinamikanya dan dampaknya pada berbagai sendi kehidupan bangsa. Sejauh ini kita setidaknya pernah mengalami tiga gelombang peningkatan kasus, pertama mulai dari Desember 2020 dengan puncak kasus sebanyak 14.518 pada 30 Januari 2021. Gelombang kedua yang amat dahsyat akibat varian Delta, dengan puncak kasus sehari lebih dari 56.000 orang pada 15 Juni 2021, dan kematian bahkan sampai lebih dari 2.000 orang sehari pada 27 Juli 2021. Sekarang kita sedang menjalani gelombang ketiga yang utamanya karena varian Omicron. Sejauh ini kasus harian tertinggi adalah 63.956 orang pada 17 Februari. Sesudah itu ada kecenderungan kasus menurun, walaupun terus terang saja kita belum tahu pasti apakah memang penurunan ini akan terus berjalan atau mungkin ada gejolak lain lagi.

Pandemi Dunia

Sehubungan dengan penurunan kasus maka sudah banyak dibicarakan tentang kemungkin pandemi berubah menjadi endemi. Untuk ini ada lima hal yang perlu jadi perhatian. Pertama, pandemi adalah keadaan wabah penyakit di banyak negara, bahkan “pan” dapat juga diartikan sebagai “semua”. Karena pandemi terjadi di banyak negara di berbagai benua maka yang menyatakan pandemi adalah badan dunia, dalam hal ini World Health Organization (WHO). Dalam kaidah aturan internasional pengendalian penyakit maka seluruh anggota WHO sudah menandatangani International Health Regulation (IHR) pada 2005, yang setelah masa transisi dua tahun maka mulai diberlakukan pada 2007. Sejak IHR diberlakukan di dunia sudah ada dua kali pandemi. Pertama adalah Pandemi H1N1 (2009) yang dinyatakan bermula pada 11 Juni 2009 oleh Direktur Jenderal WHO waktu itu, Dr Maragaret Chan. Kemudian, dalam 1 tahun 2 bulan kemudian, pada 10 Agustus 2010 DirJen WHO lalu menyatakan dunia sudah memasuki masa pascapandemi H1N1 (2009) ini. Pandemi ketika itu resmi selesai.



Pandemi Covid-19 sekarang bermula pada 11 Maret 2020 dengan pernyataan resmi oleh Direktur Jenderal WHO Dr Tedros, dan sampai sekarang masih berjalan. Artinya, kalau nanti pandemi Covid-19 akan berakhir maka akan ada lagi pernyataan resmi dari Direktur Jenderal WHO sesuai keadaan dunia ketika itu, yang kita belum tahu kapan akan terjadi.

Kedua, masing-masing negara dapat saja membuat pernyataan bahwa mereka sudah dapat mengendalikan wabah Covid-19, boleh juga menyebutkan bahwa negaranya sudah masuk dalam fase endemi. Tetapi, pernyataan satu dua atau bahkan beberapa negara bahwa negara mereka sudah endemi sama sekali tidak berarti pandemi sudah selesai. Dunia ini terdiri dari sekitar 200 negara, dan dalam dunia modern ini maka transportasi antarnegara dan bahkan antarbenua amat mudah terjadi. Maksudnya, kalau ada negara yang sudah dapat mengendalikan Covid-19 tetapi negara-negara lain belum maka masih tetap ada ancaman penyakit ini terus merebak di dunia.

Angka Kepositifan dan Reproduksi

Hal ketiga, kalau toh ingin mengatakan bahwa situasi Covid-19 sudah terkendali maka ada semacam kriteria yang banyak dianut, salah satunya adalah angka kepositifan (positivity rate) di bawah 5%. Kita tentu amat bersyukur bahwa jumlah kasus harian di negara kita dalam beberapa hari ini ada kecenderungan menurun, dan diikuti juga dengan penurunan angka kepositifan. Tetapi, dari data yang ada maka angka kepositifan pada 25 Februari 2022 adalah 17,93%, dan walaupun pada 26 Februari angkanya sudah menurun tapi masih cukup tinggi, yaitu 15,91%, cukup jauh di atas batas 5% yang kita kehendaki bersama.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More