Wadas dan Kecerdasan Ekologis

Sabtu, 19 Februari 2022 - 10:22 WIB
Dalam dokumen Nationally Determenied Contribution (NDC), Indonesia berkomitmen mengupayakan menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 41% pada 2030 dengan dukungan internasional atau 29% dengan usaha sendiri. Programnya pemerintah akan mewujudkan pertumbuhan ekonomi hijau yaitu pertumbuhan ekonomi yang kuat, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta pembangunan yang inklusif secara sosial (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2021).

Ekopedagogik

Upaya untuk merawat kelestarian bumi harus menjadi tindakan nyata seluruh warga dunia. Ini bisa berjalan apabila setiap orang memiliki kesadaran dalam berperilaku yang ramah terhadap lingkungan.

Sikap tidak ramah lingkungan yang mengakibatkan terjadinya krisis ekologis akibat kelirunya manusia dalam memperlakukan alam. Oleh karenanya, Arne Naess (dalam Keraf, 2002) menyatakan krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal.

Sikap manusia dalam memperlakukan alam didasari oleh paradigma antroposentris. Menurut Keraf (2002) antroposentris adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia sebagai penguasa dan pusat dari alam sehingga beranggapan manusia bebas memanfaatkan lingkungan bahkan boleh mengeksploitasinya tanpa dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya.

Cara pandang ini harus diubah dengan pandangan ekosentris. Paradagima ekosentris menjadikan alam sebagai pusat kehidupan. Dalam pandangan ini, orang memiliki kesadaran bahwa seluruh perilaku manusia akan membawa pengaruh terhadap alam.

Kesadaran ini sebaiknya ditanamkan sejak dini. Internalisasi nilai-nilainya dapat melalui pendidikan. Salah satu pendekatannya adalah pendekatan ekopedagogik. Menurut Khan (dalam Supriatna, 2016) mendefinisikan ekopedagogik sebagai gerakan akademik untuk menyadarkan siswa menjadi individu yang memiliki pemahaman, kesadaran dan keterampilan hidup selaras dengan kepentingan pelestarian alam.

Ekopedogik merupakan bagian dari pedagogik kritis. Pedagogik yang berpandangan pendidikan tidak saja pemerolehan pengetahuan tetapi pendidikan sebagai transformasi. Pendikan yang ouputnya siswa mampu memiliki kompetensi dalam ikut memberi solusi terhadap persoalan-persoalan di kehidupan sehari-hari.

Oleh karenanya pembelajarannya bersifat kontekstual. Persoalan-persoalan di kehidupan sehari-hari siswa menjadi materi pembelajaran. Pembelajaran menjadi bermakna karena apa yang dipelajari, siswa merasakan manfaatnya.

Pada pendekatan ekopedagogik dikembangan suatu kecerdasan ekologis. Menurut Goleman (2010), kecerdasan ekologis adalah suatu kepekaan seseorang yang mampu melihat keterkaitan antara tindakan manusia dan dampak yang ditimbulkan terhadap bumi. Ouputnya siswa memiliki perilaku hijau (green behavior).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More