Intelektualitas Yusril Diragukan, Wasekjen PBB Sentil Jubir Partai Demokrat Kubu AHY
Senin, 04 Oktober 2021 - 20:55 WIB
JAKARTA - Wakil Sekjen Partai Bulan Bintang (PBB) Solihin Pure menyentil pernyataan Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat kubu AHY, Herzaky Mahendra Putra yang mengatakan kalau intelektualitas Yusril Ihza Mahendra (YIM) perlu diragukan.
“Kami memperhatikan instabilitas emosi Pak Yusril, sangat tidak intelek,” katanya, kata Herzaky, Senin (4/10/2021).
Pure mempertayakan pernyataan Herzaky yang menilai Yusril Ihza Mahendra dianggap instabilitas. Sebab sejauh ini Yusril dinilai paling konsisten.
“Dalam pengertian apa? Kalau instabilitas dimaknai sebagai kaadaan tak stabil; ketidakstabilan; ketidakmantapan; keadaan goyah sebagaimana pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), di mana letaknya? Bukankah selama ini Bang Yusril tak goyah apalagi mundur jadi pengacara keempat mantan kader PD, meski terus dihantam personalnya oleh kubu AHY?,” tanya Pure.
Pure menjelaskan, kalau alasannya Yusril membalas pernyataan mereka yang awalnya mempersoalkan ke anaknya, Yuri Kemal. Lalu Yusril menjawab balik jika dulu SBY tidak didukung PBB juga tidak bisa naik jadi presiden. “Itu kan jawaban balasan, terus di mana letak instabilitasnya? Saya kira jika menyematkan kata saja sudah keliru, apalagi logika berpikir, pantesan kacau. Mereka belajar bahasanya di mana ya? Jangan-jangan mengidap sindrom gaya 'Vicky Prasetyo' kali yang dulu sempat viral lewat ‘statutisasi atau kudeta-kudetaan…hehe,” sindir Pure.
Sementara soal keraguan mereka pada kadar intelektual Yusril, Pure juga mengungkap, jika kubu AHY lupa, bahwa Yusril tercatat dalam sejarah sebagai penulis dan penyusun naskah pidato tiga Presiden RI sekaligus. “Prof Yusril itu menyusun pidato tiga Presiden, yakni; Soeharto, Habibie dan SBY. Kalau intelektuakitas Prof Yusril diragukan, kok tiga Presiden, termasuk SBY, baca pidato yang didraft orang yang nggak jelas intelektuakitasnya? bingung saya,” ujarnya.
Pure menjelaskan, Yusril merupakan penulis naskah pidato terbanyak untuk SBY, yakni lebih dari 300 naskah. Sedangkan untuk Presiden Soeharto sekitar 204 naskah. “Jadi, Bung Herzaky ini sama saja menyerang bapaknya AHY, yakni SBY yang mantan Presiden RI ke-6 itu. Begitu juga Presiden ke-2 Soeharto dan ke-3 Habibie yang memakai jasa Prof Yusril,” jelasnya.
Pure memberi saran kepada Herzaky yang sebagai Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat, orang yang jadi tumpuan untuk menjembatani komunikasi, Herzaky lebih banyak lagi belajar bahasa dari yang paling dasar saja, komposisi dan narasinya rapikan. “Jadi yang harus diragukan intelektualitas siapa tuan Herzaky, Yusril atau SBY, atau Anda yang salah menangkap makna?,” tutup Pure.
“Kami memperhatikan instabilitas emosi Pak Yusril, sangat tidak intelek,” katanya, kata Herzaky, Senin (4/10/2021).
Pure mempertayakan pernyataan Herzaky yang menilai Yusril Ihza Mahendra dianggap instabilitas. Sebab sejauh ini Yusril dinilai paling konsisten.
“Dalam pengertian apa? Kalau instabilitas dimaknai sebagai kaadaan tak stabil; ketidakstabilan; ketidakmantapan; keadaan goyah sebagaimana pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), di mana letaknya? Bukankah selama ini Bang Yusril tak goyah apalagi mundur jadi pengacara keempat mantan kader PD, meski terus dihantam personalnya oleh kubu AHY?,” tanya Pure.
Pure menjelaskan, kalau alasannya Yusril membalas pernyataan mereka yang awalnya mempersoalkan ke anaknya, Yuri Kemal. Lalu Yusril menjawab balik jika dulu SBY tidak didukung PBB juga tidak bisa naik jadi presiden. “Itu kan jawaban balasan, terus di mana letak instabilitasnya? Saya kira jika menyematkan kata saja sudah keliru, apalagi logika berpikir, pantesan kacau. Mereka belajar bahasanya di mana ya? Jangan-jangan mengidap sindrom gaya 'Vicky Prasetyo' kali yang dulu sempat viral lewat ‘statutisasi atau kudeta-kudetaan…hehe,” sindir Pure.
Sementara soal keraguan mereka pada kadar intelektual Yusril, Pure juga mengungkap, jika kubu AHY lupa, bahwa Yusril tercatat dalam sejarah sebagai penulis dan penyusun naskah pidato tiga Presiden RI sekaligus. “Prof Yusril itu menyusun pidato tiga Presiden, yakni; Soeharto, Habibie dan SBY. Kalau intelektuakitas Prof Yusril diragukan, kok tiga Presiden, termasuk SBY, baca pidato yang didraft orang yang nggak jelas intelektuakitasnya? bingung saya,” ujarnya.
Pure menjelaskan, Yusril merupakan penulis naskah pidato terbanyak untuk SBY, yakni lebih dari 300 naskah. Sedangkan untuk Presiden Soeharto sekitar 204 naskah. “Jadi, Bung Herzaky ini sama saja menyerang bapaknya AHY, yakni SBY yang mantan Presiden RI ke-6 itu. Begitu juga Presiden ke-2 Soeharto dan ke-3 Habibie yang memakai jasa Prof Yusril,” jelasnya.
Pure memberi saran kepada Herzaky yang sebagai Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat, orang yang jadi tumpuan untuk menjembatani komunikasi, Herzaky lebih banyak lagi belajar bahasa dari yang paling dasar saja, komposisi dan narasinya rapikan. “Jadi yang harus diragukan intelektualitas siapa tuan Herzaky, Yusril atau SBY, atau Anda yang salah menangkap makna?,” tutup Pure.
(cip)
tulis komentar anda