Eksistensi Manusia di Era Digital
Sabtu, 02 Oktober 2021 - 12:41 WIB
baca juga: Buku Merah Jejak Pergerakan PKI di Cilenggang Tangsel
Budi Hardiman mengingatkan bahwa eksistensi manusia itu adalah hal yang sangat penting. Seraya mengutip Heiddeger dan Aristoteles, ia menegaskan harus ada filterisasi dalam arus digital 5.0 saat ini. Hal itu dapat dilakukan dengan mengambil apa yang baik di dalam teknologi. Sedangkan hal buruknya harus ditinggalkan. Ide Aristoteles tentang kesengajaan dan ketidaksengajaan dalam bertindak turut mewarnai tulisan Budi Hardiman tentang kebaikan bersama teknologi.
Sementara ide Heiddeger tentang keterlemparan manusia dalam dunia telah berubah menjadi keterlemparan dalam WWW. Saat ini frasa yang muncul adalah “Aku Klik Maka Aku Ada”. Manusia berada di dalam ruang yang sebetulnya mereka asing. Mesin seperti Cyborg suatu saat dapat menggantikan posisi manusia sebagai khalifah di dunia. Saat ini manusia diancam oleh teknologi.
baca juga: Mahasiswa UNS Kembangkan Buku Edukasi Covid-19 untuk Anak-Anak
Politisasi mesin virtual menurut Budi Hardiman tidak dapat dibenarkan, sebab yang dikejar oleh manusia adalah kebenaran. Ia bersifat universal sebagaimana berlaku di berbagai negara. Pada tahun politik kemarin, Amerika dan Indonesia memiliki kemiripan, yaitu sama-sama politisasi mesin virtual untuk memengaruhi para kaum fanatik.
Pada buku ini, Budi Hardiman membuat pemetaan masalah dengan baik dan memberikan solusi manusia era 5.0. Namun demikian, buku ini masih terlalu memberikan porsi negatif terhadap teknologi. Walaupun setidaknya Franky telah menjelaskan bahwa ada kenyamanan di dalam teknologi. Di tengah merebaknya arus informasi baik online maupun offline, kita layak membaca buku ini dan menyebarluaskan idenya.
Mahmudi Kafrawi
Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep
Judul buku : Aku Klik Maka Aku Ada: Manusia dalam Revolusi Digital
Penulis : F. Budi Hardiman
Budi Hardiman mengingatkan bahwa eksistensi manusia itu adalah hal yang sangat penting. Seraya mengutip Heiddeger dan Aristoteles, ia menegaskan harus ada filterisasi dalam arus digital 5.0 saat ini. Hal itu dapat dilakukan dengan mengambil apa yang baik di dalam teknologi. Sedangkan hal buruknya harus ditinggalkan. Ide Aristoteles tentang kesengajaan dan ketidaksengajaan dalam bertindak turut mewarnai tulisan Budi Hardiman tentang kebaikan bersama teknologi.
Sementara ide Heiddeger tentang keterlemparan manusia dalam dunia telah berubah menjadi keterlemparan dalam WWW. Saat ini frasa yang muncul adalah “Aku Klik Maka Aku Ada”. Manusia berada di dalam ruang yang sebetulnya mereka asing. Mesin seperti Cyborg suatu saat dapat menggantikan posisi manusia sebagai khalifah di dunia. Saat ini manusia diancam oleh teknologi.
baca juga: Mahasiswa UNS Kembangkan Buku Edukasi Covid-19 untuk Anak-Anak
Politisasi mesin virtual menurut Budi Hardiman tidak dapat dibenarkan, sebab yang dikejar oleh manusia adalah kebenaran. Ia bersifat universal sebagaimana berlaku di berbagai negara. Pada tahun politik kemarin, Amerika dan Indonesia memiliki kemiripan, yaitu sama-sama politisasi mesin virtual untuk memengaruhi para kaum fanatik.
Pada buku ini, Budi Hardiman membuat pemetaan masalah dengan baik dan memberikan solusi manusia era 5.0. Namun demikian, buku ini masih terlalu memberikan porsi negatif terhadap teknologi. Walaupun setidaknya Franky telah menjelaskan bahwa ada kenyamanan di dalam teknologi. Di tengah merebaknya arus informasi baik online maupun offline, kita layak membaca buku ini dan menyebarluaskan idenya.
Mahmudi Kafrawi
Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep
Judul buku : Aku Klik Maka Aku Ada: Manusia dalam Revolusi Digital
Penulis : F. Budi Hardiman
Lihat Juga :
tulis komentar anda