Tantangan Mengelola SDM Berskala Besar
Rabu, 28 April 2021 - 05:00 WIB
Bagi para eksekutif di korporasi atau bisnis yang melibatkan sumber daya manusia berjumlah ribuan, kondisi makroekonomi yang masih belum bersahabat tentu harus diterjemahkan dalam keputusan-keputusan operasional, seperti pengelolaan kapasitas produksi, manajemen aktivitas pemasaran, sampai dengan keputusan bagaimana sistem kerja bagi para pekerja. Dalam momen menjelang Lebaran, kewajiban untuk memberikan tunjangan hari raya (THR) juga menambah tantangan yang harus diputuskan segera.
Itu baru satu faktor. Faktor yang lain adalah bagaimana beradaptasi terhadap protokol-protokol kesehatan yang tidak hanya bersifat mandatori, tetapi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu akibat perkembangan penanganan pandemi di level regional maupun nasional beserta dengan keputusan yang mengikutinya.
Salah satu contoh yang paling layak untuk diangkat adalah bagaimana pemerintah memberikan relaksasi pajak terhadap jenis kendaraan roda empat tertentu, dengan tujuan untuk tetap menjaga sektor ini tidak mengalami mati suri akibat tekanan ekonomi pandemi. Tidak terbayangkan apabila para eksekutif di sektor industri automotif ini harus mengambil keputusan pahit, yakni merumahkan pekerjanya. Ratusan ribu orang akan segera terdampak, dan perekonomian akan berada pada tingkat yang lebih rumit.
Beberapa sektor industri manufaktur yang juga mengalami tekanan tak kalah hebat adalah sektor industri sandang atau lebih dikenal sebagai industri tekstil dan produk tekstil. Dalam suasana menjelang Lebaran, umumnya industri ini terlihat cerah. Tapi, tidak kali ini. Sebagian besar tentu akibat pandemi. Sektor ini juga menjadi sandaran pekerja dengan jumlah yang mencapai puluhan ribu untuk satu manufaktur saja. Apabila kebijakan atau keputusan yang diambil salah sedikit saja, efeknya bisa menjadi domino dalam waktu singkat.
Beruntung, berdasarkan laporan BPS yang baru dirilis tentang kinerja ekonomi triwulan I/2021,kinerja ekspor yang menonjol juga menjadi penyokong ekonomi Indonesia hari ini. Sepanjang triwulan I/2021, nilai ekspor kita mencapai USD48,90 miliar, melonjak sekitar 17,11% dibanding triwulan yang sama tahun lalu. Sektor yang mengalami pertumbuhan ekspor antara lain besi baja, minyak sawit, batu bara, komponen kendaraan, dan komponen mesin.
Terlepas dari problematika di atas, kita tentu berharap bahwa anomali Lebaran selama dua tahun terakhir ini segera berakhir, dan kita bisa merayakan Lebaran dan menikmati liburan dengan lebih normal dibandingkan dua kali Lebaran terakhir ini. Semoga saja demikian.
Itu baru satu faktor. Faktor yang lain adalah bagaimana beradaptasi terhadap protokol-protokol kesehatan yang tidak hanya bersifat mandatori, tetapi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu akibat perkembangan penanganan pandemi di level regional maupun nasional beserta dengan keputusan yang mengikutinya.
Salah satu contoh yang paling layak untuk diangkat adalah bagaimana pemerintah memberikan relaksasi pajak terhadap jenis kendaraan roda empat tertentu, dengan tujuan untuk tetap menjaga sektor ini tidak mengalami mati suri akibat tekanan ekonomi pandemi. Tidak terbayangkan apabila para eksekutif di sektor industri automotif ini harus mengambil keputusan pahit, yakni merumahkan pekerjanya. Ratusan ribu orang akan segera terdampak, dan perekonomian akan berada pada tingkat yang lebih rumit.
Beberapa sektor industri manufaktur yang juga mengalami tekanan tak kalah hebat adalah sektor industri sandang atau lebih dikenal sebagai industri tekstil dan produk tekstil. Dalam suasana menjelang Lebaran, umumnya industri ini terlihat cerah. Tapi, tidak kali ini. Sebagian besar tentu akibat pandemi. Sektor ini juga menjadi sandaran pekerja dengan jumlah yang mencapai puluhan ribu untuk satu manufaktur saja. Apabila kebijakan atau keputusan yang diambil salah sedikit saja, efeknya bisa menjadi domino dalam waktu singkat.
Beruntung, berdasarkan laporan BPS yang baru dirilis tentang kinerja ekonomi triwulan I/2021,kinerja ekspor yang menonjol juga menjadi penyokong ekonomi Indonesia hari ini. Sepanjang triwulan I/2021, nilai ekspor kita mencapai USD48,90 miliar, melonjak sekitar 17,11% dibanding triwulan yang sama tahun lalu. Sektor yang mengalami pertumbuhan ekspor antara lain besi baja, minyak sawit, batu bara, komponen kendaraan, dan komponen mesin.
Terlepas dari problematika di atas, kita tentu berharap bahwa anomali Lebaran selama dua tahun terakhir ini segera berakhir, dan kita bisa merayakan Lebaran dan menikmati liburan dengan lebih normal dibandingkan dua kali Lebaran terakhir ini. Semoga saja demikian.
(bmm)
tulis komentar anda