Stres di Masa Pandemi Banyak Diderita Usia Produktif
Senin, 22 Februari 2021 - 13:50 WIB
Mengenai apa penyebab usia produktif banyak yang mengalami masalah mental, Rama menduga itu dipicu tekanan kekhawatiran akan masa depan. Situasi tidak menentu akibat pandemi membuat banyak orang khawatir akan kehilangan pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan.
Situasi pandemi yang menimbulkan kecemasan, menurut Rama sebenarnya hal normal saja. “Namun, masalahnya kecemasan saat ini berkelanjutan sehingga sudah masuk pada kategori gangguan mental,” kata dia.
Rama menyarankan agar orang memiliki sikap positif demi meminimalkan potensi mengalami gangguan kesehatan mental di masa pandemi. Pertama, dia menyarankan agar orang menerima kenyataan bahwa Covid-19 itu memang ada. “Perlu sikap menerima kenyataan. Jadi, terima dulu kondisi ini. Kan banyak juga tuh orang yang memelihara ekspektasi, mau cepat kembali ke situasi sebelumnya, dan merasa belum bisa terima kondisi sulit ini,” paparnya.
Kedua, orang perlu berpikir realistis dan berupaya melakukan apa yang bisa dilakukan meski dalam kondisi serbaterbatas. Jangan melulu melihat pandemi sebagai hal yang sulit. Faktanya, menurut dia, sebagian orang justru mampu menjadikan situasi ini sebagai kesempatan, lebih kreatif mencari peluang, misalnya dengan berbisnis alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer.
“Jadi dalam tanda kutip pandemi ini ada hikmah di baliknya. Jadi baiknya berusahalah beradaptasi dengan keadaan,” ujarnya menyarankan.
Ketiga, perlu detoksifikasi media sosial. Dia meminta orang tidak mudah termakan berita yang tidak jelas, hoaks, di berbagai platform media sosial. Harus cermat memilih berita baik untuk kesehatan otak yang datangnya dari sumber kredibel dan bisa dipercaya.
“Hal yang tidak kalah penting jangan saling menyalahkan, baiknya dalam kondisi begini saling mendukung saja,” kata dia.
Mengenai cara membantu orang yang mengalami gejalan gangguan mental agar segera pulih, Rama meminta agar dilakukan edukasi dengan membangun kesadaran akan bahayanya. “Dan, harus harus tahu kapan kita butuh ke professional,” tandasnya.
Optimalkan Layanan Puskesmas
Di lain pihak, Kemenkes melalui Badan Peneltian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) juga melakukan penelitian dan menemukan fakta terjadi peningkatan kasus kesehatan mental selama pandemi Covid-19. Selain ditemukan masyarakat mengalami gangguan tidur (24%), gangguan kecemasan (5%) dan depresi (8%), juga diungkap data Orang Dengan Ganggaun Jiwa (ODGJ) yang dipasung. Terjadi kenaikan dari 5.200 menjadi 6.200-an orang.
Situasi pandemi yang menimbulkan kecemasan, menurut Rama sebenarnya hal normal saja. “Namun, masalahnya kecemasan saat ini berkelanjutan sehingga sudah masuk pada kategori gangguan mental,” kata dia.
Rama menyarankan agar orang memiliki sikap positif demi meminimalkan potensi mengalami gangguan kesehatan mental di masa pandemi. Pertama, dia menyarankan agar orang menerima kenyataan bahwa Covid-19 itu memang ada. “Perlu sikap menerima kenyataan. Jadi, terima dulu kondisi ini. Kan banyak juga tuh orang yang memelihara ekspektasi, mau cepat kembali ke situasi sebelumnya, dan merasa belum bisa terima kondisi sulit ini,” paparnya.
Kedua, orang perlu berpikir realistis dan berupaya melakukan apa yang bisa dilakukan meski dalam kondisi serbaterbatas. Jangan melulu melihat pandemi sebagai hal yang sulit. Faktanya, menurut dia, sebagian orang justru mampu menjadikan situasi ini sebagai kesempatan, lebih kreatif mencari peluang, misalnya dengan berbisnis alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer.
“Jadi dalam tanda kutip pandemi ini ada hikmah di baliknya. Jadi baiknya berusahalah beradaptasi dengan keadaan,” ujarnya menyarankan.
Ketiga, perlu detoksifikasi media sosial. Dia meminta orang tidak mudah termakan berita yang tidak jelas, hoaks, di berbagai platform media sosial. Harus cermat memilih berita baik untuk kesehatan otak yang datangnya dari sumber kredibel dan bisa dipercaya.
“Hal yang tidak kalah penting jangan saling menyalahkan, baiknya dalam kondisi begini saling mendukung saja,” kata dia.
Mengenai cara membantu orang yang mengalami gejalan gangguan mental agar segera pulih, Rama meminta agar dilakukan edukasi dengan membangun kesadaran akan bahayanya. “Dan, harus harus tahu kapan kita butuh ke professional,” tandasnya.
Optimalkan Layanan Puskesmas
Di lain pihak, Kemenkes melalui Badan Peneltian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) juga melakukan penelitian dan menemukan fakta terjadi peningkatan kasus kesehatan mental selama pandemi Covid-19. Selain ditemukan masyarakat mengalami gangguan tidur (24%), gangguan kecemasan (5%) dan depresi (8%), juga diungkap data Orang Dengan Ganggaun Jiwa (ODGJ) yang dipasung. Terjadi kenaikan dari 5.200 menjadi 6.200-an orang.
tulis komentar anda