Mengakhiri Tahun Darurat Pendidikan

Kamis, 31 Desember 2020 - 05:00 WIB
Krisis akibat pandemi Covid-19 telah meningkatkan angka putus sekolah pada anak-anak warga miskin karena kendala mereka mengikuti pembelajaran jarak jauh. Dari pandemi ini pemerintah seharusnya bisa belajar menggunakan pendekatan kemanusiaan untuk memasukkan anak-anak kelompok ekonomi rentan dan miskin sebagai pihak yang juga mendapat perhatian, jangan selalu berpegang pada data formal, karena banyak warga tidak terdata.

Tidak hanya pendidikan anak warga miskin, dunia pendidikan juga dihadapkan pada tantangan angka pengangguran yang meningkat. Peluang kerja yang sempit akibat sektor ekonomi yang terpuruk, melahirkan pemuda usia produktif bahkan para lulusan sarjana tidak mampu menjadi entrerpreneur, yakni sosok yang mampu melahirkan solusi untuk bertahan dan berdaya guna.

Tata Kelola Sistematis

Sepanjang 2020 tidak sedikit kebijakan Kemendikbud yang simpang siur, tidak digodok matang, dan jarang melibatkan pihak terkait. Sebut saja Program Organisasi Penggerak yang menuai kecaman, misinformasi penghapusan mata pelajaran sejarah, dan wacana perubahan kurikulum yang belakang disebut sebagai penyederhanaan, juga soal peta jalan pendidikan yang disusun tanpa naskah akademi yang membuat jalan yang dibangun terlihat sekali “bolong-bolongnya”. Berhenti melahirkan kebijakan sporadis, berhenti mengungkapkan sesuatu yang belum matang betul kepada publik. Ciptakan kesan bahwa pendidikan dibangun dengan rencana, terpola, dan jelas tujuannya.

Ada Apa dengan Tahun Baru?

Pandemi belum berakhir, kasus Covid-19 pun belum mereda. Yang utama sebetulnya bukan memilih antara sekolah tatap muka atau tetap daring saja, tetapi mampukah guru dan orang tua melakukan perubahan nyata pengajarannya yang memanusiakan, di dalamnya ada inovasi dan kreativitas, efektivitas, fleksibilitas, kemandirian, serta pengembangan sumber belajar?

Perubahan itu ada pada guru, terkait rencana aksinya. Salah satunya adalah memaksimalkan model pembelajaran campuran atau hybrid. Kurikulum itu hidup dan harus dihidupkan untuk menempatkan siswa pada jantungnya tujuan pendidikan, yakni menjadikan anak didik sebagai insan yang menunjukkan pribadi Pelajar Pancasila, yakni bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, gotong-royong, dan berkebinekaan global.

Lalu, apa yang dapat dilakukan agar rencana aksi guru dan orang tua mengisi masa transisi berjalan baik adalah mengubah kebosanan menjadi kebahagiaan dan menjadikan guru merdeka yang memanusiakan anak-anak manusia. Lakukan perubahan dengan menciptakan kelas bahagia, yakni kelas yang memahami keberagaman kondisi, fokus pada pengembangan kepercayaan diri anak, mengarahkan pembelajaran untuk membangun empati, cinta kasih, saling menghargai, dan memiliki rasa persaudaraan tinggi.

Refleksi Akhir Tahun

Dalam dunia pendidikan, refleksi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan kemampuan dan keterampilan, bagi guru, orang tua, termasuk Mas Menteri, para anggota DPR, dan stakeholder. Melalui refleksi, kita memikirkan ulang proses yang sudah dilakukan, mengevaluasi dan menganalisis, serta mempertimbangkan praktik baik maupun yang masih perlu diperbaiki.

Ketika tekanan untuk berubah makin tak terhindarkan, semua ditantang untuk inovatif. Melakukan refleksi itu tidaklah mudah. Semua dituntut keluar dari zona nyaman, bahkan tak jarang harus membuka diri untuk mengundang kritik dan komentar, dituntut untuk selalu belajar, berubah dan senantiasa mengembangkan diri. Pandemi yang selanjutnya menghadirkan new normal adalah kesempatan untuk berubah.

Pandemi adalah kondisi luar biasa yang harus dijawab dengan cara-cara yang luar biasa. Pandemi juga mempercepat proses digitalisasi dalam dunia pembelajaran sehingga semua harus cepat menyesuaikan. Belajar secara virtual adalah masa depan, Jika belajar daring kita selama ini masih sebatas kirim tugas menggunakan WhatsApp, tatap muka via Zoom, ke depan, guru dan sekolah harus membangun LMS yang lebih besar.

Pandemi ini dapat dijadikan titik balik pemerintah melakukan transisi menuju tatanan pendidikan baru ke depan, mengubah kebijakan pendidikan dan anggaran pendidikan, membangun infrastruktur internet-komputer secara merata ke semua sekolah dan daerah serta menyiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya pandemi lagi. Jangka pendek, pengelolaan belajar di masa pandemi memerlukan kesamaan pandangan guru, siswa, dan orang tua. Praktik persekolahan harus dilakukan secara bertahap. Kita mampu memanfaatkan waktu pada 2020 sebagai tahun belajar. New normal ini saya yakini akan mengarah pada perubahan praktik pendidikan ke depan yang bermutu.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More