3 Fakta Terkait Dugaan Bocornya Data BAIS TNI yang Diklaim Dijual ke Situs Gelap
loading...
A
A
A
JAKARTA - Informasi kebocoran data BAIS TNI tengah menjadi perhatian masyarakat dalam beberapa waktu belakangan ini. Dugaan kebocoran data ini awalnya diungkap sebuah akun anonim bernama @falconfeedsio di X (dulu Twitter) pada Senin (24/6/2024).
Menurut akun tersebut, pelaku peretasan merupakan seorang hacker dengan nama samaran Moonz Haxor. Pada unggahannya, peretas itu mengunggah file yang diduga berisikan data milik Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Lebih jauh, berikut ini sejumlah fakta yang sementara diketahui tentang dugaan bocornya data BAIS TNI.
Baca Juga: Kominfo Sebut 210 Instansi Terdampak Akibat Pusat Data Nasional Sementara Diserang Ransomware
Pada unggahan yang tersebut, pemilik akun @falconfeedsio menyebut data Bais TNI diunggah oleh MoonzHaxor di BreachForums. Sebagai informasi, BreachForums ini dikenal sebagai situs gelap yang biasa dipakai peretas (hacker) untuk melakukan aksi jual beli data curian.
Sementara itu, MoonzHaxor disebutkan sebagai salah satu anggota kenamaan dari BreachForums.
Menanggapi kabar kebocoran data BAIS, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Nugraha Gumilar menyebut Tim Siber TNI masih memeriksa dan mendalami dugaan tersebut. Maka dari itu, pihaknya belum dapat membenarkan ataupun membantah dugaan peretasan itu.
Menanggapi dugaan tersebut, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Hinsa Siburian membuat klarifikasi. Berdasarkan hasil koordinasi dengan Polri, didapatkan fakta bahwa data tersebut merupakan data lama yang tidak terbarui.
Hinsa menyebut pihaknya terus berkoordinasi dengan Polri karena pernyataan terbaru itu masih berupa hasil koordinasi sementara. Nantinya, koordinasi lanjutan akan dibutuhkan guna mendapatkan kejelasan mengenai dugaan kebocoran data tersebut.
Menurut akun tersebut, pelaku peretasan merupakan seorang hacker dengan nama samaran Moonz Haxor. Pada unggahannya, peretas itu mengunggah file yang diduga berisikan data milik Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Lebih jauh, berikut ini sejumlah fakta yang sementara diketahui tentang dugaan bocornya data BAIS TNI.
Baca Juga: Kominfo Sebut 210 Instansi Terdampak Akibat Pusat Data Nasional Sementara Diserang Ransomware
Fakta Dugaan Bocornya Data BAIS TNI
1. Berawal dari Unggahan Akun Anonim di Platform X
Informasi dugaan kebocoran data awalnya diungkap oleh sebuah akun anonim di X (dulu Twitter) @falconfeedsio. Menurut keterangannya, pelaku peretasan itu adalah hacker bernama Moonz Haxor (nama samaran).Pada unggahan yang tersebut, pemilik akun @falconfeedsio menyebut data Bais TNI diunggah oleh MoonzHaxor di BreachForums. Sebagai informasi, BreachForums ini dikenal sebagai situs gelap yang biasa dipakai peretas (hacker) untuk melakukan aksi jual beli data curian.
Sementara itu, MoonzHaxor disebutkan sebagai salah satu anggota kenamaan dari BreachForums.
2. Tanggapan Kapuspen TNI
Secara singkat, kebocoran data yang diungkap mengandung data-data sensitif seperti gambar sidik jari, alamat email hingga aplikasi SpringBoot dengan beberapa konfigurasi. Data tersebut dijual oleh MoonzHaxor seharga USD1.000 (setara Rp16,3 juta).Menanggapi kabar kebocoran data BAIS, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Nugraha Gumilar menyebut Tim Siber TNI masih memeriksa dan mendalami dugaan tersebut. Maka dari itu, pihaknya belum dapat membenarkan ataupun membantah dugaan peretasan itu.
3. Tak Hanya Data BAIS TNI
Dugaan kebocoran data ternyata tidak hanya terjadi pada BAIS TNI. Pada waktu bersamaan, data-data milik Indonesia Automatic Finger Identification System (INAFIS) Polri juga disebutkan mengalami hal serupa.Menanggapi dugaan tersebut, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Hinsa Siburian membuat klarifikasi. Berdasarkan hasil koordinasi dengan Polri, didapatkan fakta bahwa data tersebut merupakan data lama yang tidak terbarui.
Hinsa menyebut pihaknya terus berkoordinasi dengan Polri karena pernyataan terbaru itu masih berupa hasil koordinasi sementara. Nantinya, koordinasi lanjutan akan dibutuhkan guna mendapatkan kejelasan mengenai dugaan kebocoran data tersebut.
(abd)