Entang Wiharso dan Impian Tanah Menjanjikan

Selasa, 24 November 2020 - 12:28 WIB
“Saya hidup dengan keluarga, bertetangga dengan sangat baik di Rhode Island, AS. Kita sekeluarga saling mendukung dengan komunitas masyarakat disana. Tapi, realitas politik berbeda, bahwa sejarah memberi petunjuk selain iklim politik yang begitu banyak pertentangan ideologi berhutang pada masa lalu yang mengunggulkan ras aseli. Justru ini memberi sumbangsih besar sebagai semacam upaya reflektif dalam karya-karya saya” ujar Entang saat wawancara dengan penulis.

Seniman yang lahir di Tegal, Jawa Tengah ini, menggambarkan bahwa karya seninya sangat berelasi satu sama lain, kegundahannya tentang impian akan Tanah yang Menjanjikan dan lokasi yang lebih baik untuk hidup sejak lama menyebadan dalam instalasi anggun berjuluk Temple of Hope (2009) sebagai model awal.

Karya tersebut menawarkan serial lanjutan terbarunya tentang Tunnel of Light, 2020, seperti energi spiritual-transedensi yang divisualkan oleh instalasi yang besar. “Karya itu semacam doa, bagi proyek yang disponsori oleh Yayasan Gugenheim bisa menjadi visi yang terealisasi di masa depan dengan instalasi raksasa yang riil,“ ujarnya.

“Saya telah membuat proyek penelitian panjang selama setahun, kemudian hasilnya adalah presentasi visual dengan model seperti yang bisa kita saksikan dalam Bincang Virtual dan Presentasi Visual Desember ini,” katanya menegaskan.

Entang bercerita bahwa Pandemi selama 9 bulan memang mengerikan, yang menurutnya menciptakan “gegap-gempita memilukan” dengan angka tertinggi kini melampaui 10 juta jiwa warga terinfeksi di AS.

Entang mengaku pada penulis, ia menemukan begitu banyak jalan keluar sebagai alternatif. Ia dituntun secara nalar sekaligus spiritual bahwa harus memilah dan memilih materi berkarya, terus membangun daya nalar kritis yang dikembangkan menghadapi hoax di internet dan peristiwa-peristiwa mengerikan yang disiarkan saluran televisi privat di Amerika Serikat.

“Saya menemukan bentuk bunga, kebun halaman belakang rumah sampai metaphor yang kaya pada karya-karya terbaru bahwa pandemi 9 bulan adalah saat kita merenungi segala yang hingar-bingar diluar dengan hal-hal kecil yang sebenarnya indah, di dalam hati kita untuk berdamai. Tanpa menafikan kita terus menemukan apa yang terbaik bagi hidup kita” imbuh Entang.

Karya-karya yang sejenis kemudian berhamburan keluar, di studionya Black Goat Studio yang di Rhode Island, AS. Itu memberinya kesempatan juga menemukan dan bereksperimentasi karya-karya lukisan digital atau karya lamanya selama dua tahun, yakni: City on The Move (2019-2020). Yang kemudian Entang andaikan sebagai kota-kota disepenjuru bumi terus saja berdetak apapun yang akan terjadi dengan ada atau tidak adanya wabah.

Promising Land Chapter 2 yang menjadi tajuk Bincang dan Presentasi Virtual Entang Wiharso ini segera menjadi gambaran kondisi terakhir bumi yang kita diami. Sebuah cita-citapencarian impian Tanah Menjanjikan, lokasi yang ingin diraih untuk sebuah harapan. Sesuatu yang sangat diidamkan yang mungkin tak hanya oleh Entang, namun seluruh umat manusia.

Tanah yang Menjanjikan, bisa jadi dilekatkan dengan pepatah kuno Jawa yang mendekam dikalbu bahwa satu saat kita menemukan “Negeri berkarakter Loh Jinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo”. Sebuah negeri subur yang guyub, sejahtera dan masyarakatnya saling dukung dan seia sekata. Mungkinkah itu hanya sebuah utopia saja?
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More