Komitmen G-20 di Masa Pandemi Covid-19
Senin, 23 November 2020 - 05:20 WIB
Terkait vaksin Covid-19, Presiden Jokowi menegaskan bahwa akses vaksin harus terbuka untuk semua negara. Menurutnya, vaksin menjadi kunci pemulihan ekonomi negara-negara di dunia.
Menyiapkan Masa Depan
Meski digelar secara virtual, pertemuan G-20 yang pertama kali digelar di Arab Saudi itu tetap memberikan porsi kepada para kepala negara untuk menyampaikan pandangannya. Karena perhatian dunia sedang fokus pada pandemi, mayoritas para pemimpin dunia ini pun seolah sepakat bahwa wabah korona arus disikapi dengan baik, sekaligus menyiapkan diri dengan membuat semacam perjanjian penanganan pandemi. Terkait wacana tersebut, Presiden Dewan Eropa Charles Michel menyatakan, perjanjian internasional akan membantu negara-negara menangani lebih cepat dan terkoordinasi.
Dampak pandemi Covid-19 juga diakui oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga itu menyebutkan, kendati sebagian ekonomi global telah pulih dari krisis terdalamnya, namun momentum perlambatan di negara-negara dengan tingkat infeksi yang tinggi kemungkinan akan memperparah perekonomian. Hal ini senada dengan temuan Bank Dunia yang menyebutkan bahwa risiko paling rentan akan dirasakan oleh negara-negara miskin dengan tingkat utang yang tinggi.
Untuk mengatasi hal ini, G-20 dalam rancangan komunike bersamanya menegaskan akan mendukung rencana perpanjangan pembekuan pembayaran utang oleh negara-negara miskin hingga pertengahan 2021. Agenda restrukturisasi ini akan menjadi perhatian bagi Italia yang menjadi tuan rumah pertemuan G-20 tahun berikutnya.
Raja Salman selaku ketua G-20 tahun ini meyakini, apa yang dihasilkan dalam konferensi tingkat tinggi itu akan membawa ke arah perbaikan. Mulai dari sektor ekonomi hingga sosial sehingga memberikan ketenangan bagi semua warga dunia.
Menyiapkan Masa Depan
Meski digelar secara virtual, pertemuan G-20 yang pertama kali digelar di Arab Saudi itu tetap memberikan porsi kepada para kepala negara untuk menyampaikan pandangannya. Karena perhatian dunia sedang fokus pada pandemi, mayoritas para pemimpin dunia ini pun seolah sepakat bahwa wabah korona arus disikapi dengan baik, sekaligus menyiapkan diri dengan membuat semacam perjanjian penanganan pandemi. Terkait wacana tersebut, Presiden Dewan Eropa Charles Michel menyatakan, perjanjian internasional akan membantu negara-negara menangani lebih cepat dan terkoordinasi.
Dampak pandemi Covid-19 juga diakui oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga itu menyebutkan, kendati sebagian ekonomi global telah pulih dari krisis terdalamnya, namun momentum perlambatan di negara-negara dengan tingkat infeksi yang tinggi kemungkinan akan memperparah perekonomian. Hal ini senada dengan temuan Bank Dunia yang menyebutkan bahwa risiko paling rentan akan dirasakan oleh negara-negara miskin dengan tingkat utang yang tinggi.
Untuk mengatasi hal ini, G-20 dalam rancangan komunike bersamanya menegaskan akan mendukung rencana perpanjangan pembekuan pembayaran utang oleh negara-negara miskin hingga pertengahan 2021. Agenda restrukturisasi ini akan menjadi perhatian bagi Italia yang menjadi tuan rumah pertemuan G-20 tahun berikutnya.
Raja Salman selaku ketua G-20 tahun ini meyakini, apa yang dihasilkan dalam konferensi tingkat tinggi itu akan membawa ke arah perbaikan. Mulai dari sektor ekonomi hingga sosial sehingga memberikan ketenangan bagi semua warga dunia.
(bmm)
tulis komentar anda