2023 Tahun Penuh Antisipasi
loading...
A
A
A
PERAYAAN menyambut datanganya 2023 lebih semarak dibandingkan dua tahun belakangan ini. Meski sebagian besar wilayah Indonesia diguyur hujan lebat, namun tak menyurutkan warga untuk ramai-ramai datang ke ruang-ruang publik demi menyaksikan semaraknya warna-warni kembang api yang memenuhi langit malam meyambut tahun baru.
Masyarakat kini memang boleh berkerumun tanpa sekat setelah Presiden Joko Widodo, mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang membatasi ruang gerak dan mobilitas penduduk akibat pandemi Covid-19. Dicabutnya kebijakan PPKM mengisyaratkan bahwa Indonesia mamasuki masa transisi untuk mengakhiri pandemi.
Dicabutnya PPKM bukan berarti ancaman Covid-19 menghilang. Ancaman dari virus yang mematikan ini tetap ada, apalagi virus ini tergolong rajin bermutasi. Berkaca dari kasus yang kini tengah dihadapi China, yang kembali harus menghadapi lonjakan korban Covid-19, Indonesia perlu berhati-hati.
Setelah dua tahun masa pandemi masyarakat bisa banyak belajar. Kapan harus menggunakan masker, kapan harus menarik diri dari kerumunan, memeriksakan diri ke dokter, serta kapan harus imunisasi. Dicabutnya kebijakan PPKM, seyogianya menjadi masa untuk mengantisipasi secara mandiri bagaimana menghadapi serangan Covid-19 dan berbagai macam virus penyakit lainnya.
Tahun 2023 juga menjadi tahun antisipasi bencana alam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah jauh-jauh hari mempringatkan bahwa wilayah Indonesia kini tengah menghadapi La Nina Triple Dip. Curah hujan yang tinggi tanpa mengenal musim yang berlangsung selama 2020-2023.
Adanya La Nina Triple Dip akan memicu bencana alam hidrometeorologi basah seperti banjir bandang, angin kencang, cuaca ekstrem, tanah longsor, dan lain sebagainya. Bukan hanya La Nina Triple Dip yang perlu diantisipasi, bencana alam seperti gempa bumi dan erupsi gunung berapi, tsunami perlu mendapat perhatian serius, sebab negeri ini memang tergolong rawan mengalami bencana seperti itu.
Data yang disampaikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mencatat sebanyak 3.383 bencana sepanjang 2022 patut diperhatikan dan diantisipasi serius oleh semua pihak.
Antispasi yang juga patut diperhatikan di tahun ini adalah ancaman resesi ekonomi. Para ahli mengingatkan ancaman resesi ini terjadi karena efek dari pandemi dan juga perang antara Rusia-Ukraina. Beberapa negara di kawasan Eropa Amerika dan juga Asia bahkan sudah merasakan datangnya resesi.
Kabar baiknya Indonesia diprediksi tidak akan mengalami resesi. Meski diprediksi demikian, di awal tahun ini beban masyarakat akan bertambah berat sebab ada sejumlah tarif yang dipastikan akan naik. Harga rokok salah satunya, dipicu oleh naiknya cukai rokok sebesar 10% pada 2023 dan 2024.
Jenis produk tembakau yang dipastikan naik di antaranya adalah Sigaret Putih Mesin (SPM), Sigaret Kretek Tangan (SKT), Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF) atau Sigaret Putih Tangan Filter (SPTF) dan Sigaret Kelembak Kemenyan.
Masyarakat kini memang boleh berkerumun tanpa sekat setelah Presiden Joko Widodo, mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang membatasi ruang gerak dan mobilitas penduduk akibat pandemi Covid-19. Dicabutnya kebijakan PPKM mengisyaratkan bahwa Indonesia mamasuki masa transisi untuk mengakhiri pandemi.
Dicabutnya PPKM bukan berarti ancaman Covid-19 menghilang. Ancaman dari virus yang mematikan ini tetap ada, apalagi virus ini tergolong rajin bermutasi. Berkaca dari kasus yang kini tengah dihadapi China, yang kembali harus menghadapi lonjakan korban Covid-19, Indonesia perlu berhati-hati.
Setelah dua tahun masa pandemi masyarakat bisa banyak belajar. Kapan harus menggunakan masker, kapan harus menarik diri dari kerumunan, memeriksakan diri ke dokter, serta kapan harus imunisasi. Dicabutnya kebijakan PPKM, seyogianya menjadi masa untuk mengantisipasi secara mandiri bagaimana menghadapi serangan Covid-19 dan berbagai macam virus penyakit lainnya.
Tahun 2023 juga menjadi tahun antisipasi bencana alam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah jauh-jauh hari mempringatkan bahwa wilayah Indonesia kini tengah menghadapi La Nina Triple Dip. Curah hujan yang tinggi tanpa mengenal musim yang berlangsung selama 2020-2023.
Adanya La Nina Triple Dip akan memicu bencana alam hidrometeorologi basah seperti banjir bandang, angin kencang, cuaca ekstrem, tanah longsor, dan lain sebagainya. Bukan hanya La Nina Triple Dip yang perlu diantisipasi, bencana alam seperti gempa bumi dan erupsi gunung berapi, tsunami perlu mendapat perhatian serius, sebab negeri ini memang tergolong rawan mengalami bencana seperti itu.
Data yang disampaikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mencatat sebanyak 3.383 bencana sepanjang 2022 patut diperhatikan dan diantisipasi serius oleh semua pihak.
Antispasi yang juga patut diperhatikan di tahun ini adalah ancaman resesi ekonomi. Para ahli mengingatkan ancaman resesi ini terjadi karena efek dari pandemi dan juga perang antara Rusia-Ukraina. Beberapa negara di kawasan Eropa Amerika dan juga Asia bahkan sudah merasakan datangnya resesi.
Kabar baiknya Indonesia diprediksi tidak akan mengalami resesi. Meski diprediksi demikian, di awal tahun ini beban masyarakat akan bertambah berat sebab ada sejumlah tarif yang dipastikan akan naik. Harga rokok salah satunya, dipicu oleh naiknya cukai rokok sebesar 10% pada 2023 dan 2024.
Jenis produk tembakau yang dipastikan naik di antaranya adalah Sigaret Putih Mesin (SPM), Sigaret Kretek Tangan (SKT), Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF) atau Sigaret Putih Tangan Filter (SPTF) dan Sigaret Kelembak Kemenyan.