Kemenangan Joe Biden dan Komunitas Muslim Amerika

Selasa, 10 November 2020 - 11:42 WIB
Semua itu dan banyak lainnya menjadi dasar utama Kenapa warga Muslim Amerika memilih Joe Biden. Tentu harapannya akan ada perubahan mendasar dari karakter kepemimpinan Amerika dan kebijakannya. Sehingga akan tumbuh situasi yang lebih kondusif bagi semua untuk berkempetisi secara sehat dalam upaya meraih apa yang disebut di Amerika dengan “American Dreams” (mimpi-mimpi Amerika).

Joe Biden sendiri telah mendekati Komunitas Muslim bahkan berjanji untuk menghapus Muslims Ban (pelarangan umat Islam) masuk Amerika. Juga berjanji untuk mengikutkan warga Muslim dalam pemerintahannya.

Tentu yang terpenting dari semua itu adalah bahwa karakter pribadi Joe Biden dan Kamala Harris akan lebih kondusif bagi semua warga untuk hidup aman, tanpa friksi dan kebencian seperti di zaman Trump.

Kebijakan Luar Negeri

Banyak yang kemudian menuduh bahwa Joe Biden boleh jadi akan kembali berambisi perang di Timur Tengah. Mereka lupa justeru perang Timur Tengah dimulai oleh Presiden Bush Sr dari Republican di Irak atas permintaan Saudi dan Kuwait.

Perang itu tidak berlanjut di zaman Clinton yang Demokrat. Bahkan kita diingatkan justeru Clinton melakukan pembelaan kepada warga Muslim di Bosnia dan Kosovo ketika itu.

Lalu perang kembali bergejolak di zaman Presiden GW Bush Jr yang juga Republican di Irak hingga tumbangnya Saddam Hussein. Di zamannyalah Irak porak poranda, bahkan mengakibatkan resesi ekonomi Amerika dan dunia.

Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa tuduhan jika Demokrat (dalam hal ini Biden) senang perang tidak selamanya benar. Justru Republican-lah dalam sejarahnya yang selalu berpihak kepada kapitalis (kaum kaya) yang selalu melakukan peperangan untuk kepentingan kapitalisme.

Terkhusus dalam masalah Israel-Palestina, ternyata Trumplah yang dengan muka kebal mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Juga memindahkan Kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Jerusalem. Walaupun kenyataannya bertentangan dengan berbagai resolusi PBB.

Bagaimana dengan China?
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More