Dari Keong Darat, Ayu Savitri pun Amalkan Cinta Tanah Air

Kamis, 03 September 2020 - 22:39 WIB
Bagi Ayu, alam Indonesia adalah laboratorium keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Banyak flora dan fauna aneh bisa ditemukan di Indonesia. Hal itu pula lah yang kemudian menjadi alasan lain dirinya memilih pulang ke Indonesia menjadi peneliti.

Meski demikian, Ayu mengatakan untuk mengidentifikasi spesies baru memerlukan tahap panjang. Misalnya, salah satu spesies keong dinyatakan baru setelah empat tahun diteliti lewat literatur hingga pembedahan.

Bahkan, dia berkata harus berkemah di sebuah tempat untuk mencari spesies keong darat yang baru. Selain itu, publikasi juga diperlukan untuk dianalisis oleh ahli keong darat lain di seluruh dunia. "Jadi perjalannya tidak mudah," ujarnya.

Di sisi lain, Ayu menjelaskan penelitian keanekaragaman hayati, misalnya penelitian tentang keong darat adalah dasar dari seluruh penelitian. Sehingga, inovasi tidak akan terwujud jika proses fundamental itu dilewati. Bahkan, kebijakan juga bisa salah karena penelitian keanekaragaman hayati dianggap remeh.

Misalnya, salah satu keong darat bisa punah hanya karena kebijakan pemerintah untuk memberantas hama tanaman. Pasalnya, pembuat kebijakan tidak bisa membedakan bekicot dengan keong darat yang endemik di wilayah itu.

"Kita gembar-gembor di luar sana Indonesia merupakan mega biodiversity, tertinggi dan mengalahkan Brazil bila keanekaragaman laut dan darat kita disatukan. Tapi begitu sampai ke bawah ternyata kita mengeliminasi jenis (keong) kita sendiri, itu kan sedih," ujar Ayu.

Tak hanya itu, penelitian keanekaragaman hayati menjadi penting untuk menemukan keong darat yang bisa bermanfaat secara ekonomi. Di Thailand, lendir keong darat sudah dimanfaatkan untuk komponen masker wajah. Di beberapa negara, keong darat sebagai obat. Memang membutuhkan waktu lama untuk menemukan spesies keong darat yang bermanfaat, seperti Thailand yang melakukan penelitian sejak tahun 1980an. Akan tetapi, penelitian panjang bisa menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi di kemudian hari.

Ayu menilai peneliti di Indonesia masih sangat perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Di Jerman, peneliti mendapat dukungan karena pemerintahnya mengambil kebijakan berdasarkan sains.

Ayu kembali mengutarakan bahwa Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Namun, penelitian yang ada saat ini hanya fokus pada penelitian yang memberikan dampak langsung. "Yang namanya inovasi itu ketika punya dasar. Penelitian keanekaragaman hayati adalah dasarnya. Jadi sebelum inovasi harus perlu dasarnya. Itu yang terkadang terlewatkan, membuat kami sulit keanekaragaman hayati," ujar Ayu.

Lebih dari itu, dia mengajak anak muda untuk peduli dengan keanekaragaman hayati di Indonesia. Khusus untuk keong darat, dia melihat peneliti spesies itu masih sangat sedikit.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More