Ambisi Prabowo di Laut, Antara Asa dan Realita
Rabu, 28 Agustus 2024 - 05:15 WIB
Akuisisi dan Modernisasi
Keputusan memborong enam fregat FREMM dari Fincantieri Italia dan dua fregat bekas kelas Maestrale milik Angkatan Laut Italia atau Regia Marina mengindikasikan Prabowo sudah melangkah mewujudkan ambisi tersebut. Sayangnya, kontrak tersebut tidak jelas kelanjutannya. Pada akhir Maret 2024, tiba-tiba pemerintah mengumumkan pembelian dua kapal OPV (Offshore Patrol Vessel) rasa fregat atau multi purpose Pattugliatore Polivante d’Altura (PPA) Paolo Thaon Di Revel class, yang juga buatan Fincantieri.
baca juga: TNI AL Prioritaskan Pembelian Alutsista Strategis untuk Percepat Modernisasi
Kendati demikian, hingga kini asa bisa mendapatkan fregat FREMM belum padam. Begitupun langkah Prabowo membangun dua kapal Fregat Merah Putih yang diadopsi dari Fregat Arrowhead 140 buatan Babcock Inggris. Proyek yang digarap PT PAL Indonesia dan telah menjalani prosesi keel laying pada 25 Agustus 2023 lalu, bisa menjadi fondasi proyek fregat nasional masa depan TNI AL.
Selain fregat, Indonesia pada Maret 2024 resmi mengambil dua kapal selam Scorpene Evolved dari Prancis. Rencananya, pembangunan alutsista strategis ini akan dilakukan di PT PAL dengan skenario transfer of technology (ToT). Kebijakan ini bukan hanya untuk meningkatkan kapasitas PT PAL untuk membangun kapal kelas canggih, tapi juga bisa mendongkrak kapabilitas TNI AL dalam menjaga lautan.
Selain dua kapal selam state of the art buatan Naval Group ini, Kemhan juga mencari dua kapal interim untuk meningkatkan kesiapan armada laut bawah air. Namun hingga dua bulan KIM akan berakhir, belum ada keputusan kapal selam jenis apakah yang diakuisisi Indonesia.
Selain fregat dan kapal selam, Indonesia juga membangun dua kapal offshore patrol vessel (OPV) digalangan kapal dalam negeri, PT Daya Radar Utama (DRU), yang bekerjasama dengan perusahaan alutsista ternama dunia, Havelsan, Turki dan Thales, Belanda. Bukan hanya itu, PT PAL juga tengah meneruskan kontrak kapal cepat rudal (KCR) yang dilengkapi dengan sistem manajemen tempur atau CMS canggih dari Terma Denmark.
Tak kalah strategis, Kemhan juga melakukan modernisasi kapal perang TNI melalui program Refurbhisment 41 KRI (R-41). Proyek ini tidak hanya melibatkan PT PAL, tapi juga memberdayakan galangan kapal swasta nasional seperti PT Batamec, PT Waruna Shipyard, PT DOK Bahari Nusantara, PT Palindo Marine. PT PAL misalnya, kebagian tugas meremajakan KRI Fatahillah-361, KRI Sura-802, KRI Malahayati-362, KRI Hasan Basri-382, KRI Ajak-653, KRI Halasan-630, dan KRI Raden Eddy Martadinata-331.
Refurbhisment yang di antaranya diwujudkan dengan modernisasi sistem manajemen tempur dan sistem rudal terbaru dengan mengadopsi produk-produk Turki atau lazim disebut turkifikasi kapal perang TNI AL sudah barang tentu akan meningkatkan performa kapal-kapal perang Indonesia. Tak kalah urgen adalah untuk meningkatkan kesiapan TNI AL menghadapi tantangan dan ancaman yang kian berkembang.
Berbagai modernisasi dan akuisisi kapal perang yang dilakukan pemerintah saat ini bila dibandingkan dengan level kekuatan TNI AL di era Soekarno ternyata masih jomplang. Kala itu, TNI AL sudah diperkuat dengan 12 kapal selam Whiskey Class buatan Uni Sovyet. Seperti dikisahkan Indroyono Soesilo dan Budiman dalam buku “Kapal Selam Indonesia”, TNI AL juga mendapat kekuatan light cruiser atau destroyer ringan, KRI Irian.
Keputusan memborong enam fregat FREMM dari Fincantieri Italia dan dua fregat bekas kelas Maestrale milik Angkatan Laut Italia atau Regia Marina mengindikasikan Prabowo sudah melangkah mewujudkan ambisi tersebut. Sayangnya, kontrak tersebut tidak jelas kelanjutannya. Pada akhir Maret 2024, tiba-tiba pemerintah mengumumkan pembelian dua kapal OPV (Offshore Patrol Vessel) rasa fregat atau multi purpose Pattugliatore Polivante d’Altura (PPA) Paolo Thaon Di Revel class, yang juga buatan Fincantieri.
baca juga: TNI AL Prioritaskan Pembelian Alutsista Strategis untuk Percepat Modernisasi
Kendati demikian, hingga kini asa bisa mendapatkan fregat FREMM belum padam. Begitupun langkah Prabowo membangun dua kapal Fregat Merah Putih yang diadopsi dari Fregat Arrowhead 140 buatan Babcock Inggris. Proyek yang digarap PT PAL Indonesia dan telah menjalani prosesi keel laying pada 25 Agustus 2023 lalu, bisa menjadi fondasi proyek fregat nasional masa depan TNI AL.
Selain fregat, Indonesia pada Maret 2024 resmi mengambil dua kapal selam Scorpene Evolved dari Prancis. Rencananya, pembangunan alutsista strategis ini akan dilakukan di PT PAL dengan skenario transfer of technology (ToT). Kebijakan ini bukan hanya untuk meningkatkan kapasitas PT PAL untuk membangun kapal kelas canggih, tapi juga bisa mendongkrak kapabilitas TNI AL dalam menjaga lautan.
Selain dua kapal selam state of the art buatan Naval Group ini, Kemhan juga mencari dua kapal interim untuk meningkatkan kesiapan armada laut bawah air. Namun hingga dua bulan KIM akan berakhir, belum ada keputusan kapal selam jenis apakah yang diakuisisi Indonesia.
Selain fregat dan kapal selam, Indonesia juga membangun dua kapal offshore patrol vessel (OPV) digalangan kapal dalam negeri, PT Daya Radar Utama (DRU), yang bekerjasama dengan perusahaan alutsista ternama dunia, Havelsan, Turki dan Thales, Belanda. Bukan hanya itu, PT PAL juga tengah meneruskan kontrak kapal cepat rudal (KCR) yang dilengkapi dengan sistem manajemen tempur atau CMS canggih dari Terma Denmark.
Tak kalah strategis, Kemhan juga melakukan modernisasi kapal perang TNI melalui program Refurbhisment 41 KRI (R-41). Proyek ini tidak hanya melibatkan PT PAL, tapi juga memberdayakan galangan kapal swasta nasional seperti PT Batamec, PT Waruna Shipyard, PT DOK Bahari Nusantara, PT Palindo Marine. PT PAL misalnya, kebagian tugas meremajakan KRI Fatahillah-361, KRI Sura-802, KRI Malahayati-362, KRI Hasan Basri-382, KRI Ajak-653, KRI Halasan-630, dan KRI Raden Eddy Martadinata-331.
Refurbhisment yang di antaranya diwujudkan dengan modernisasi sistem manajemen tempur dan sistem rudal terbaru dengan mengadopsi produk-produk Turki atau lazim disebut turkifikasi kapal perang TNI AL sudah barang tentu akan meningkatkan performa kapal-kapal perang Indonesia. Tak kalah urgen adalah untuk meningkatkan kesiapan TNI AL menghadapi tantangan dan ancaman yang kian berkembang.
Berbagai modernisasi dan akuisisi kapal perang yang dilakukan pemerintah saat ini bila dibandingkan dengan level kekuatan TNI AL di era Soekarno ternyata masih jomplang. Kala itu, TNI AL sudah diperkuat dengan 12 kapal selam Whiskey Class buatan Uni Sovyet. Seperti dikisahkan Indroyono Soesilo dan Budiman dalam buku “Kapal Selam Indonesia”, TNI AL juga mendapat kekuatan light cruiser atau destroyer ringan, KRI Irian.
Lihat Juga :
tulis komentar anda