Denny JA Sebut Sebagian Peran Ulama, Pendeta, dan Biksu Akan Digantikan AI
Sabtu, 16 Maret 2024 - 12:30 WIB
Denny menguraikan latar belakang dari pertanyaan di atas dan terkait dengan perkembangan dari AI. Pertama, kemampuan AI akan melampaui individu ulama manapun, pendeta manapun, biksu manapun soal luasnya dan dalamnya informasi agama.
Informasi yang dimasukkan ke dalam AI itu mencakup semua ayat dalam kitab suci, konteks sosial ketika teks itu lahir, perkembangan doktrin dari waktu ke waktu sepanjang sejarah, ceramah agama terbaik yang pernah ada, puisi-puisi religius terbaik yang pernah ditulis, dan kemampuan melayani umat dalam 40 bahasa internasional.
“Hal di atas mustahil dikuasai penuh oleh satu individu ulama manapun. Tapi AI bisa menguasainya, bahkan mengolahnya,” papar Denny.
Kedua, layanan 24 jam tanpa istirahat. Ulama, pendeta, dan biksu harus tidur dan libur. Sementara AI bisa ditanya kapan saja, termasuk pukul 02.00 malam, ketika umat susah tidur dan kesepian.
“Layanan ini mustahil bisa diberikan individu ulama manapun,” ucapnya.
Ketiga, kata Denny, ulama, pendeta, dan biksu dapat bias pada mazhab tertentu. Mereka cenderung mengikuti cara pandang satu aliran saja. Sedangkan AI, dapat memberikan pandangan perbandingan dari berbagai interpretasi. Ia dapat pula mencari sisi universal dan abadi dari satu doktrin agama.
Denny mencontohkan Jalaluddin Rumi seraya bertanya, ”Mengapa Rumi begitu terkenal bahkan di Amerika Serikat, melampaui penyair barat sendiri. Padahal Rumi sudah wafat 800 tahun?”
Menurut Denny, hal itu terjadi karena Rumi mampu membawa pesan-pesan universal melampaui sekat-sekat agama. “AI pun bisa diprogram demikian,” katanya meyakinkan.
Keempat, pada waktunya ulama, pendeta, dan biksu akan sakit dan mati seperti manusia lain, tapi robot AI terus hidup karena ia bisa di-upgrade. Informasi yang dikuasainya bisa selalu ditambah dan di-update.
Informasi yang dimasukkan ke dalam AI itu mencakup semua ayat dalam kitab suci, konteks sosial ketika teks itu lahir, perkembangan doktrin dari waktu ke waktu sepanjang sejarah, ceramah agama terbaik yang pernah ada, puisi-puisi religius terbaik yang pernah ditulis, dan kemampuan melayani umat dalam 40 bahasa internasional.
“Hal di atas mustahil dikuasai penuh oleh satu individu ulama manapun. Tapi AI bisa menguasainya, bahkan mengolahnya,” papar Denny.
Kedua, layanan 24 jam tanpa istirahat. Ulama, pendeta, dan biksu harus tidur dan libur. Sementara AI bisa ditanya kapan saja, termasuk pukul 02.00 malam, ketika umat susah tidur dan kesepian.
“Layanan ini mustahil bisa diberikan individu ulama manapun,” ucapnya.
Ketiga, kata Denny, ulama, pendeta, dan biksu dapat bias pada mazhab tertentu. Mereka cenderung mengikuti cara pandang satu aliran saja. Sedangkan AI, dapat memberikan pandangan perbandingan dari berbagai interpretasi. Ia dapat pula mencari sisi universal dan abadi dari satu doktrin agama.
Denny mencontohkan Jalaluddin Rumi seraya bertanya, ”Mengapa Rumi begitu terkenal bahkan di Amerika Serikat, melampaui penyair barat sendiri. Padahal Rumi sudah wafat 800 tahun?”
Menurut Denny, hal itu terjadi karena Rumi mampu membawa pesan-pesan universal melampaui sekat-sekat agama. “AI pun bisa diprogram demikian,” katanya meyakinkan.
Keempat, pada waktunya ulama, pendeta, dan biksu akan sakit dan mati seperti manusia lain, tapi robot AI terus hidup karena ia bisa di-upgrade. Informasi yang dikuasainya bisa selalu ditambah dan di-update.
Baca Juga
tulis komentar anda