Perkuat AKHLAK, Majukan BUMN
Jum'at, 07 Agustus 2020 - 06:05 WIB
Menteri Erick ingin menetapkan AKHLAK sebagai core value, bukan lips service semata. Kata dia, kalau kita bekerja dengan core value, kita jadi kuat. Lebih lanjut kata Erick, AKHLAK merupakan nilai-nilai organisasi Kementerian BUMN untuk maju. Salah satu poin dalam AKHLAK adalah Loyal. Dengan poin ini, kita berharap para telenta BUMN dapat menjaga citra, harkat, dan martabat diri sendiri, sesama rekan kerja, pimpinan, kementerian BUMN, bangsa dan negara.
Ada juga nilai Adaptif, yakni mampu beradaptasi dengan perubahan serta harus siap untuk melakukan kolaborasi. Proyek-proyek strategis harus dijalankan dan pembukaan lapangan kerja harus terjadi dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Dengan AKHLAK, Indonesia diharapkan akan memiliki kekuatan untuk menjadi negara besar di kawasan Asia. Kita punya kekuatan itu, jika kerja keras dan menjadikan AKHLAK sebagai core value.
Dalam konteks yang lebih luas, AKHLAK pun sejatinya harus melahirkan empati dan sikap rendah hati. Mujtahid Islam Imam Nawawi pernah mengatakan, janganlah menatap seseorang dengan pandangan merendahkan dan meremehkan. Siapa tahu Anda tak pernah mendapat makrifat, sementara orang itu justru dianugerahi makrifat.
Namun, rendah hati juga bukan milik agama semata. Tapi juga manajemen organisasi mutakhir, seperti ditulis Lars Kolind dan Jacob Botler. Bahwa sudah bukan zamannya merasa hebat sendiri, membuat takut orang lain, merasa lebih unggul, atau bahkan merasa paling inovatif. Saat ini waktunya untuk bekerja sama, tua muda, berkolaborasi.
Adapun yang harus dibangun saat ini adalah kekeluargaan, saling rangkul, berdiri sejajar tanpa memikirkan jabatan, harta, keturunan, dan latar belakang lain. Itu harus ditanamkan kepada generasi tua maupun generasi muda kita.
Tidak dapat ditawar lagi, jika AKHLAK amat penting agar korporasi pemerintah betul-betul menjadi center of excellence, pabrik talenta yang piawai membangun kebersamaan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Raison d’etre
Hal lain yang juga penting ketika para talenta BUMN hendak melakukan internalisasi AKHLAK adalah berguru pada sejarah. Karena salah satu catatan yang sering kali disampaikan ketika talenta muda mengambil alih kepemimpinan maupun kesempatan adalah kurangnya pengetahuan soal sejarah. Karena itu wajar jika sejumlah pihak pun melontarkan kekhawatiran terhadap talenta muda di tubuh BUMN. Katanya, kaum muda terkadang lupa dengan sejarah masa lalu sehingga ahistoris ketika menelurkan kebijakan.
Kemajuan teknologi dan akses internet memang sangat memudahkan bagi talenta muda untuk menambah ilmu maupun melakukan skill up di kanal-kanal digital. Namun, terkadang tanpa disadari mereka juga tak berkutik ketika mendapat serbuan konten dan narasi negatif. Salah satu narasi negatif tersebut, seperti dikatakan Menteri PMK Muhadjir Effendy adalah keengganan kaum muda melewati proses sehingga memilih jalan pintas.
Menteri Erick Thohir perlu mengingatkan talenta muda BUMN tentang pentingnya menyelami sejarah masa lalu, tentang raison d’etre BUMN. Penting sekali mengajak mereka untuk kilas balik bahwa sejarah awal BUMN lekat dengan semangat nasionalisme dan kemandirian. Akhirnya, bukan cuma masa depan yang mereka ketahui tapi juga masa lalu. Lalu ketika mereka bertindak pun, menjadi tidak terburu-buru atau tidak menggunakan logika pragmatis semata melainkan juga realistis dan logis.
Ada juga nilai Adaptif, yakni mampu beradaptasi dengan perubahan serta harus siap untuk melakukan kolaborasi. Proyek-proyek strategis harus dijalankan dan pembukaan lapangan kerja harus terjadi dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Dengan AKHLAK, Indonesia diharapkan akan memiliki kekuatan untuk menjadi negara besar di kawasan Asia. Kita punya kekuatan itu, jika kerja keras dan menjadikan AKHLAK sebagai core value.
Dalam konteks yang lebih luas, AKHLAK pun sejatinya harus melahirkan empati dan sikap rendah hati. Mujtahid Islam Imam Nawawi pernah mengatakan, janganlah menatap seseorang dengan pandangan merendahkan dan meremehkan. Siapa tahu Anda tak pernah mendapat makrifat, sementara orang itu justru dianugerahi makrifat.
Namun, rendah hati juga bukan milik agama semata. Tapi juga manajemen organisasi mutakhir, seperti ditulis Lars Kolind dan Jacob Botler. Bahwa sudah bukan zamannya merasa hebat sendiri, membuat takut orang lain, merasa lebih unggul, atau bahkan merasa paling inovatif. Saat ini waktunya untuk bekerja sama, tua muda, berkolaborasi.
Adapun yang harus dibangun saat ini adalah kekeluargaan, saling rangkul, berdiri sejajar tanpa memikirkan jabatan, harta, keturunan, dan latar belakang lain. Itu harus ditanamkan kepada generasi tua maupun generasi muda kita.
Tidak dapat ditawar lagi, jika AKHLAK amat penting agar korporasi pemerintah betul-betul menjadi center of excellence, pabrik talenta yang piawai membangun kebersamaan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Raison d’etre
Hal lain yang juga penting ketika para talenta BUMN hendak melakukan internalisasi AKHLAK adalah berguru pada sejarah. Karena salah satu catatan yang sering kali disampaikan ketika talenta muda mengambil alih kepemimpinan maupun kesempatan adalah kurangnya pengetahuan soal sejarah. Karena itu wajar jika sejumlah pihak pun melontarkan kekhawatiran terhadap talenta muda di tubuh BUMN. Katanya, kaum muda terkadang lupa dengan sejarah masa lalu sehingga ahistoris ketika menelurkan kebijakan.
Kemajuan teknologi dan akses internet memang sangat memudahkan bagi talenta muda untuk menambah ilmu maupun melakukan skill up di kanal-kanal digital. Namun, terkadang tanpa disadari mereka juga tak berkutik ketika mendapat serbuan konten dan narasi negatif. Salah satu narasi negatif tersebut, seperti dikatakan Menteri PMK Muhadjir Effendy adalah keengganan kaum muda melewati proses sehingga memilih jalan pintas.
Menteri Erick Thohir perlu mengingatkan talenta muda BUMN tentang pentingnya menyelami sejarah masa lalu, tentang raison d’etre BUMN. Penting sekali mengajak mereka untuk kilas balik bahwa sejarah awal BUMN lekat dengan semangat nasionalisme dan kemandirian. Akhirnya, bukan cuma masa depan yang mereka ketahui tapi juga masa lalu. Lalu ketika mereka bertindak pun, menjadi tidak terburu-buru atau tidak menggunakan logika pragmatis semata melainkan juga realistis dan logis.
tulis komentar anda