Rempangku Malang, Melayuku Sayang

Jum'at, 22 September 2023 - 17:10 WIB
Serta pada 18 Agustus 1945, bahasa kita itu secara resmi diakui dengan UUD 1945 pasal 36 menyebutkan: Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia. Dengan demikian, sejarah bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, dalam perspektif linguistis, sosiologis, dan yuridis saling terkait secara intim yang tentunya mengalami pembedaan, persamaan maupun perubahan dan kesinambungan.

Raja Ali Haji dan Warisan Melayu

Warisan Raja Ali Haji, seturut para cendikia terentang dari kajian tentang kitab-kitab yang membincangkan spiritualitas Islam, syair nasihat tata-kelola kerajaan termasuk kitab-kitab tentang adab dan etika, serta penciptaan puisi klasik legendaris dengan sebutan Gurindam Duabelas.

Bidang-bidang tata-bahasa Melayu karyanya terdiri dari tata ejaan, pembagian kelas kata, analisis kalimat, leksikografi, kaidah ejaan perbandingan Melayu, Jawi dan Arab. Yang dari sudut internal linguistik, bahasa Indonesia merupakan salahsatu varian historis, varian sosial, maupun varian regional dari bahasa Melayu.

Salah satu kitab yang menjadi fenomenal dan dikenal publik adalah bagaimana Raja Ali Haji dengan kitab Samrah al-Muhimmah di tahun 1275 H atau 1858 membawa pesan-pesan tentang keadilan dan keadaban bagi masyarakat.

Sebuah kitab yang mengemukakan etika kepemimpinan, yang dengan elok menguraikan tentang aturan kerajaan, pembagian tugas pembesar istana sebagai pembantu raja, dan pesan moral pada raja.

Dengan narasi yang padat serta mudah dimengerti, ia juga menyampirkan syair yang sarat kiasan dengan metafora-metafora, yang ditujukan pada para pembesar istana di Kesultanan Riau-Lingga. Yang para pejabatnya, misalnya mereka menginginkan berkembangnya aset-aset kerajaan untuk mendapatkan hasil-untung secepatnya, maka layak merenungkan penggalan syair ini:

siasat ini bisa dicoba

kepada segala rakyat dan hamba

jangan segera tamak dan loba

mengeluarkan hasil bagai ditimba

kitab al-fikih Hadis dan tafsir

hendaklah taat serta berfikir

jauhkan tamak loba dan kikir

keraskan makruf jauhkan mungkir

Raja Ali Haji pada galibnya, berupaya membangun sistem pengelolaan kerajaan, membuat regulasi politik dan merumuskan prinsip-prinsip moral yang berdasarkanpada akidah, syariah dan akhlak.

Maka peristiwa Rempang membawa kita kata-kata bijak-bestari seperti yang disampaikan oleh Raja Ali Haji dengan syair nasihatnya tentang selayaknya pemimpin tak harus memaksakan kehendak pada rakyatnya:

Jika memerintah dengan cemeti

dengan perkataan yang pasti-pasti

Baiklah orang bencilah hati

Tiada suka berbuat bakti
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More