Piala Dunia U-17 untuk Persatuan Indonesia
Senin, 03 Juli 2023 - 07:02 WIB
baca juga: FIFA Tunjuk Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-17
Suka tidak suka, nama Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster melambung tinggi dan menjadi buah bibir karena dianggap sebagai biang kerok kegagalan tersebut. Betapa tidak, dua kepala daerah yang menjadi tuan rumah pelaksanaan Piala Dunia U-20 sebelumnya sudah berkomitmen mendukung, di injury time menolak karena masuknya Timnas U-20 Israel.
Keputusan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 mengindikasikan FIFA masih mempercayai Indonesia. Kepercayaan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, bukan hanya untuk menyukseskan gelaran piala dunia saja tapi juga demi pembangunan sepak bola di masa depan. Harapan ini mustahil terwujud bila elite politik berlomba mengedepankan ego politik.
Karena itulah, demi nama baik bangsa di mata internasinonal, demi mimpi anak muda Indonesia, dan demi masa depan sepak bola negeri ini, sangat elok bila semua pihak bersatu-padu menyukseskan Piala Dunia U-17 2023 dengan meninggalkan semua kepentingan, terutama politik.
Persatuan bisa diwujudkan dalam berbagai konteks. Terkait dengan rencana menggunakan Jakarta International Stadium (JIS), misalnya. Hendaknya sikap saling menegasikan antara legasi Anies Baswedan atau bukan dihilangkan. Pembangunan stadion yang belum sempurna, butuh sentuhan dari pemerintahan Joko Widodo agar stadion bisa layak menjadi tempat pelaksanaan pertandingan. Katakan bahwa stadion milik rakyat dan dibangun bersama demi nama besar Jakarta dan Indonesia.
baca juga: Peru Mundur Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 2023
Walapun Erick Thohir sebagai bos PSSI, capres atau cawapres lain yang berseberangan tidak perlu curiga atau berkecil hati tidak dapat memanfatkan momentum meraih suara kalangan penggemar sepak bola atau kelompok Zilenial. Dengan mendukung sukses Piala Dunia U-17 dan sukses punggawa timnas, mereka akan turut meraih persepsi positif ketimbang menjegalnya.
Toh semua capres dan capres bisa menontong langsung pertandingan di lapangan, seperti ditunjukkan dengan hadirnya Prabowo Subianto dan Agus Harimurti Yudhoyono saat Timnas Indonesia menjamu Timnas Argentina dalam FIFA Matchday di Gelora Bung Karno (GBK) beberapa waktu lalu. Jika pola fikir positif bisa dilakukan, tidak mustahil pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2024 akan berlangsung damai dan lancar.
Selain menjadi momentum menyatukan elit politik dan mewujudkan perdamaian dalam pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2024, Piala Dunia U-17 sangat stragegis untuk menyatukan talenta yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia, mulai dari Aceh, Maluku hingga Papua. Mereka pemain terbaik harus diberi kesempatan untuk mewakili merah putih dengan menjadi bagian Timnas U-17.
Kesempatan sama juga harus diberikan kepada talenta yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Pemerintah dan PSSI harus mencari potensi tersebut. Tujuannya bukan hanya untuk menambal kekurangan dan menggenjot kapasitas Timnas agar bisa bersaing dengan tim papan atas dunia, tapi mewujudkan persatuan Indonesia.
Suka tidak suka, nama Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster melambung tinggi dan menjadi buah bibir karena dianggap sebagai biang kerok kegagalan tersebut. Betapa tidak, dua kepala daerah yang menjadi tuan rumah pelaksanaan Piala Dunia U-20 sebelumnya sudah berkomitmen mendukung, di injury time menolak karena masuknya Timnas U-20 Israel.
Keputusan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 mengindikasikan FIFA masih mempercayai Indonesia. Kepercayaan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, bukan hanya untuk menyukseskan gelaran piala dunia saja tapi juga demi pembangunan sepak bola di masa depan. Harapan ini mustahil terwujud bila elite politik berlomba mengedepankan ego politik.
Karena itulah, demi nama baik bangsa di mata internasinonal, demi mimpi anak muda Indonesia, dan demi masa depan sepak bola negeri ini, sangat elok bila semua pihak bersatu-padu menyukseskan Piala Dunia U-17 2023 dengan meninggalkan semua kepentingan, terutama politik.
Persatuan bisa diwujudkan dalam berbagai konteks. Terkait dengan rencana menggunakan Jakarta International Stadium (JIS), misalnya. Hendaknya sikap saling menegasikan antara legasi Anies Baswedan atau bukan dihilangkan. Pembangunan stadion yang belum sempurna, butuh sentuhan dari pemerintahan Joko Widodo agar stadion bisa layak menjadi tempat pelaksanaan pertandingan. Katakan bahwa stadion milik rakyat dan dibangun bersama demi nama besar Jakarta dan Indonesia.
baca juga: Peru Mundur Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 2023
Walapun Erick Thohir sebagai bos PSSI, capres atau cawapres lain yang berseberangan tidak perlu curiga atau berkecil hati tidak dapat memanfatkan momentum meraih suara kalangan penggemar sepak bola atau kelompok Zilenial. Dengan mendukung sukses Piala Dunia U-17 dan sukses punggawa timnas, mereka akan turut meraih persepsi positif ketimbang menjegalnya.
Toh semua capres dan capres bisa menontong langsung pertandingan di lapangan, seperti ditunjukkan dengan hadirnya Prabowo Subianto dan Agus Harimurti Yudhoyono saat Timnas Indonesia menjamu Timnas Argentina dalam FIFA Matchday di Gelora Bung Karno (GBK) beberapa waktu lalu. Jika pola fikir positif bisa dilakukan, tidak mustahil pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2024 akan berlangsung damai dan lancar.
Selain menjadi momentum menyatukan elit politik dan mewujudkan perdamaian dalam pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2024, Piala Dunia U-17 sangat stragegis untuk menyatukan talenta yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia, mulai dari Aceh, Maluku hingga Papua. Mereka pemain terbaik harus diberi kesempatan untuk mewakili merah putih dengan menjadi bagian Timnas U-17.
Kesempatan sama juga harus diberikan kepada talenta yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Pemerintah dan PSSI harus mencari potensi tersebut. Tujuannya bukan hanya untuk menambal kekurangan dan menggenjot kapasitas Timnas agar bisa bersaing dengan tim papan atas dunia, tapi mewujudkan persatuan Indonesia.
tulis komentar anda