Piala Dunia U-17 untuk Persatuan Indonesia
Senin, 03 Juli 2023 - 07:02 WIB
baca juga: 4 Wonderkid Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia U-17 2023: Ada yang Pernah Promosi di U-20
Dan tidak dapat dimungkiri, gelaran Piala Dunia U-17 menjadi ajang sangat strategis untuk mencapai target tersebut. Besarnya suporter fanatis sepak bola dan secara umum penggemar sepak bola merupakan sasaran menggiurkan untuk dikapitalisasi menjadi suara dalam Pilpres 2024 nanti.
Besarnya penggemar sepak bola di Tanah Air bertemu dengan besarnya pemilih pemula atau muda. Kejuaraan Dunia U-17 bisa menjadi simbolisasi aktivitas generasi muda. Lagi-lagi dalam konteks objek Pilpres, mereka menjadi pangsa strategis untuk diperebutkan. Berdasarkan data Centre for Strategic and International Studies (CSIS), jumlah generasi Z dan Milenial atau Zilenial saat ini mencapai 60% dari total pemilih.
Dus keberadaan Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI rentan menjadi pembenaran untuk saling jegal-menjegal terhadap Piala Dunia U-17. Posisinya sebagai pucuk pimpinan asosiasi sepak bola Tanah Air itu serta-merta memberikan privelese. Realitas ini tentu menjadi masalah bagi kandidat lain.
Peran Konstruktif Sepak Bola
Saat menjadi pembicara dalam KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022, Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan bahwa sepak bola lebih dari sekadar olahraga semata. Menurut dia, cabang olah raga ini bisa menyatukan siapapun dan menjadi alat mewujudkan perdamaian di tengah situasi dunia yang semakin sulit.
baca juga: Daftar Lengkap Peserta Piala Dunia U-17 2023
Selain itu Infantino juga memaparkan sepak bola bisa memberikan dampak sosial; menyebarkan nilai kemanusiaan; menjadi investasi yang baik; mengampanyekan toleransi, inklusivitas, non-diskriminasi; serta membantu pengembangan pendidikan bagi generasi muda.
Apa yang disampaikan Infantino tidaklah berlebihan. Perjalanan sepak bola modern telah memberikan banyak kontribusi positif bagi umat manusia, terutama sebagai sarana menghadirkan persatuan dan perdamaian. Kondisi demikian terjadi karena dalam sepak bola latar belakang suku, agama, ras, hingga politik tidak menjadi penghalang kebersamaan. Para suporter fokus mendukung pemain atau tim idola tanpa memandang latar belakang.
Berdasar sejumlah catatan, peran strategis sepak bola ini menorehkan tinta emas pada sejumlah momen historis. Di antaranya kala legenda sepakbola asal Brazil, Pele, berhasil menghentikan menghentikan perang saudara di Nigeria saat datang ke Nigeria pada 1967 Pele. Hal ini terjadi karena dua kubu yang berseteru di negeri tersebut bersepakat melakukan gencatan senjata selama 48 jam demi bisa menikmati Pele memainkan si kulit bundar.
Dan tidak dapat dimungkiri, gelaran Piala Dunia U-17 menjadi ajang sangat strategis untuk mencapai target tersebut. Besarnya suporter fanatis sepak bola dan secara umum penggemar sepak bola merupakan sasaran menggiurkan untuk dikapitalisasi menjadi suara dalam Pilpres 2024 nanti.
Besarnya penggemar sepak bola di Tanah Air bertemu dengan besarnya pemilih pemula atau muda. Kejuaraan Dunia U-17 bisa menjadi simbolisasi aktivitas generasi muda. Lagi-lagi dalam konteks objek Pilpres, mereka menjadi pangsa strategis untuk diperebutkan. Berdasarkan data Centre for Strategic and International Studies (CSIS), jumlah generasi Z dan Milenial atau Zilenial saat ini mencapai 60% dari total pemilih.
Dus keberadaan Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI rentan menjadi pembenaran untuk saling jegal-menjegal terhadap Piala Dunia U-17. Posisinya sebagai pucuk pimpinan asosiasi sepak bola Tanah Air itu serta-merta memberikan privelese. Realitas ini tentu menjadi masalah bagi kandidat lain.
Peran Konstruktif Sepak Bola
Saat menjadi pembicara dalam KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022, Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan bahwa sepak bola lebih dari sekadar olahraga semata. Menurut dia, cabang olah raga ini bisa menyatukan siapapun dan menjadi alat mewujudkan perdamaian di tengah situasi dunia yang semakin sulit.
baca juga: Daftar Lengkap Peserta Piala Dunia U-17 2023
Selain itu Infantino juga memaparkan sepak bola bisa memberikan dampak sosial; menyebarkan nilai kemanusiaan; menjadi investasi yang baik; mengampanyekan toleransi, inklusivitas, non-diskriminasi; serta membantu pengembangan pendidikan bagi generasi muda.
Apa yang disampaikan Infantino tidaklah berlebihan. Perjalanan sepak bola modern telah memberikan banyak kontribusi positif bagi umat manusia, terutama sebagai sarana menghadirkan persatuan dan perdamaian. Kondisi demikian terjadi karena dalam sepak bola latar belakang suku, agama, ras, hingga politik tidak menjadi penghalang kebersamaan. Para suporter fokus mendukung pemain atau tim idola tanpa memandang latar belakang.
Berdasar sejumlah catatan, peran strategis sepak bola ini menorehkan tinta emas pada sejumlah momen historis. Di antaranya kala legenda sepakbola asal Brazil, Pele, berhasil menghentikan menghentikan perang saudara di Nigeria saat datang ke Nigeria pada 1967 Pele. Hal ini terjadi karena dua kubu yang berseteru di negeri tersebut bersepakat melakukan gencatan senjata selama 48 jam demi bisa menikmati Pele memainkan si kulit bundar.
Lihat Juga :
tulis komentar anda