Beban Ganda Kesehatan Masyarakat
Senin, 13 Februari 2023 - 14:11 WIB
Terkait pencegahan penyakit, ada tiga kegiatan utama yang mesti dilakukan yakni pemberdayaan masyarakat, lingkungan yang sehat, serta kegiatan pencegahan seperti pola hidup sehat, pemberian imunisasi dan lainnya.
Kegiatan kedua yaitu pengendalian PTM. Sudah ditentukan ada empat PTM utama yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes. Selain itu, kini juga banyak dibahas masalah kronik lain termasuk gangguan ginjal. Untuk mengatasi penyakit ini, pendekatannya adalah penanganan faktor risiko bersama (common risk factors), yaitu kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak tepat dan konsumsi alkohol.
Adapun yang ketiga yaitu pengendalian penyakit menular. Ini dilakukan dengan dijalankan prinsip kegiatan PDR (Prevensi, Deteksi dan Respons). Harus diingat bahwa penyakit menular memiliki dua dimensi penularan yaitu di dalam negeri dan antarnegara. Ini karena virus dan bakteri pada dasarnya borderless, tidak mengenal batas negara.
Lingkungan dan Gizi
Selain menghadapi beban ganda penyakit maka kita juga menghadapi beban ganda lain yaitu kesehatan lingkungan dan masalah gizi. Secara teoritis dan kenyataan di lapangan, maka peran lingkungan sangat mempengaruhi status kesehatan kita.
Beban ganda kesehatan lingkungan yang dimaksud adalah;pertama, di satu pihak kita masih berhadapan dengan lingkungan kumuh di berbagai bagian negara kita. Adapun beban kedua, yakni perlunya kita menghadapi masalah lingkungan yang lebih kekinian seperti dampakclimate changebagi kesehatan.
Data menunjukkan bahwa ada jutaan penduduk yang masih memiliki perilaku BAB (buang air besar) sembarangan. Di sebagian tempat negara kita juga masih ada masalah akses terhadap sumber air minum layak dan juga buruknya sanitasi. Belum lagi tantangan polusi udara, baik diperkotaan maupun juga di daerah industri.
Terkaitclimate change, dapat disampaikan bahwa dampak kesehatan yang timbul akibat perubahan iklim dipengaruhi variabel suhu, curah hujan atau variabel lain seperti adanya iklim ekstrim, kenaikan permukaan air laut, bencana banjir/longsor. Meningkatnya suhu udara di beberapa wilayah Indonesia berpotensi meningkatnya penyakit tular vektor seperti malaria, demam dengue, chikungunya, filariasis dll.
Maka, dalam hal ini perlu dilakukan kajian dampak kesehatan yang timbul akibat perubahan iklim serta pemetaan populasi dan daerah rentan perubahan iklim. Untuk pengendaliannya, perlu dilaksanakan sistem surveilans dan sistem informasi adaptasi perubahan iklim di sektor kesehatan, peningkatan sistem tanggap perubahan iklim sektor kesehatan serta pemberdayaan masyarakat dalam adaptasi perubahan iklim sesuai kondisi setempat.
Perihal faktor gizi, sampai sekarang kita masih menghadapi masalahstunting.Yaknikondisidi manaterjadi kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam kurun waktu cukup lama.
Kegiatan kedua yaitu pengendalian PTM. Sudah ditentukan ada empat PTM utama yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes. Selain itu, kini juga banyak dibahas masalah kronik lain termasuk gangguan ginjal. Untuk mengatasi penyakit ini, pendekatannya adalah penanganan faktor risiko bersama (common risk factors), yaitu kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak tepat dan konsumsi alkohol.
Adapun yang ketiga yaitu pengendalian penyakit menular. Ini dilakukan dengan dijalankan prinsip kegiatan PDR (Prevensi, Deteksi dan Respons). Harus diingat bahwa penyakit menular memiliki dua dimensi penularan yaitu di dalam negeri dan antarnegara. Ini karena virus dan bakteri pada dasarnya borderless, tidak mengenal batas negara.
Lingkungan dan Gizi
Selain menghadapi beban ganda penyakit maka kita juga menghadapi beban ganda lain yaitu kesehatan lingkungan dan masalah gizi. Secara teoritis dan kenyataan di lapangan, maka peran lingkungan sangat mempengaruhi status kesehatan kita.
Beban ganda kesehatan lingkungan yang dimaksud adalah;pertama, di satu pihak kita masih berhadapan dengan lingkungan kumuh di berbagai bagian negara kita. Adapun beban kedua, yakni perlunya kita menghadapi masalah lingkungan yang lebih kekinian seperti dampakclimate changebagi kesehatan.
Data menunjukkan bahwa ada jutaan penduduk yang masih memiliki perilaku BAB (buang air besar) sembarangan. Di sebagian tempat negara kita juga masih ada masalah akses terhadap sumber air minum layak dan juga buruknya sanitasi. Belum lagi tantangan polusi udara, baik diperkotaan maupun juga di daerah industri.
Terkaitclimate change, dapat disampaikan bahwa dampak kesehatan yang timbul akibat perubahan iklim dipengaruhi variabel suhu, curah hujan atau variabel lain seperti adanya iklim ekstrim, kenaikan permukaan air laut, bencana banjir/longsor. Meningkatnya suhu udara di beberapa wilayah Indonesia berpotensi meningkatnya penyakit tular vektor seperti malaria, demam dengue, chikungunya, filariasis dll.
Maka, dalam hal ini perlu dilakukan kajian dampak kesehatan yang timbul akibat perubahan iklim serta pemetaan populasi dan daerah rentan perubahan iklim. Untuk pengendaliannya, perlu dilaksanakan sistem surveilans dan sistem informasi adaptasi perubahan iklim di sektor kesehatan, peningkatan sistem tanggap perubahan iklim sektor kesehatan serta pemberdayaan masyarakat dalam adaptasi perubahan iklim sesuai kondisi setempat.
Perihal faktor gizi, sampai sekarang kita masih menghadapi masalahstunting.Yaknikondisidi manaterjadi kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam kurun waktu cukup lama.
tulis komentar anda