Keketuaan Indonesia di ASEAN dan Upaya Menjaga Stabilitas Asia Tenggara

Selasa, 13 Desember 2022 - 20:00 WIB
loading...
A A A
Tahun 2022 menandai peringatan 10 tahun Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN, adalah kesempatan yang memberikan janji besar untuk mencapai komunitas yang lebih berpusat pada manusia yang menghormati hak asasi manusia.

Anggota ASEAN telah membuat kemajuan yang signifikan dalam pembangunan ekonomi dan sosial dan memperdalam rasa identitas bersama mereka. ASEAN juga mengambil peran sentral dalam diskusi keamanan regional melalui platform dan forum yang berbeda.

Kelompok regional ini patut dipuji karena mencoba mencari cara untuk melengkapi sistem hak asasi manusia internasional sebagai ekspresi dari universalitas hak asasi manusia. Tantangannya sekarang adalah memastikan mekanismenya berkembang sehingga dapat berdampak pada kehidupan semua orang pada hari ini, besok dan seterusnya.

Deklarasi tersebut, memang tidak sempurna – terutama menghilangkan referensi ke beberapa hak fundamental, seperti kebebasan berserikat, akan tetapi deklarasi tersebut akan mendapat manfaat dari keterlibatan yang lebih luas dengan aktor masyarakat sipil selama proses penyusunan dan pelaksanaan deklarasi.

Semua itu didahului dengan pembentukan mekanisme hak asasi manusia di regional ASEAN sendiri, Komisi Hak Asasi Manusia Antarpemerintah ASEAN (AICHR), dan badan khusus untuk pekerja migran, perempuan, dan anak-anak. Khususnya, lima dari 10 negara anggota ASEAN telah membentuk lembaga HAM nasional yang independen untuk memainkan peran perlindungan dan kemajuan di tingkat nasional.

Sebenarnya apa yang lebih baik untuk memulai konsultasi berbasis luas yang melibatkan aktor masyarakat sipil yang kuat dan pembela hak asasi manusia yang cakap di Kawasan ASEAN untuk mengidentifikasi cara agar kerangka kerja dan mekanisme ASEAN dapat diperkuat dan diperbarui? Ini akan mencakup cara untuk mendiversifikasi penunjukan anggota AICHR, meningkatkan kemandirian mereka dan memperluas mandat mereka dengan alat yang lebih efektif untuk mengefektifkan perlindungan terhadap HAM.

Tantangan hak asasi manusia yang signifikan tetap ada dan menjadi agak buruk dalam beberapa tahun terakhir karena dampak sosial dan ekonomi dari Covid-19 dan efek perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang semakin sering dan parah.

Diskriminasi terus berlanjut terhadap etnis dan agama minoritas; masyarakat adat terus terancam di tanah mereka dan dalam budaya mereka, dan sebagai gambaran untuk perempuan dan minoritas seksual tetap ada dan selalu ada. Selain itu, negara-negara ASEAN merupakan sumber dan tuan rumah komunitas migran dan pengungsi yang massif dan merupakan kelompok yang seringkali menghadapi kondisi genting dan dengan status hukum yang tidak pasti.

Dalam banyak hal, ruang bagi masyarakat sipil dan media independen telah dibatasi oleh undang-undang yang represif dan gaya pemerintahan yang otoriter. Akibatnya, kebebasan berekspresi, berkumpul secara damai, dan aspirasi demokrasi sangat dibatasi di beberapa bagian wilayah. Dalam beberapa kasus, pendekatan dengan tangan besi terhadap pengendalian narkoba telah menyebabkan penjara penuh sesak, pembunuhan di luar hukum, dan jalan pintas menuju hukuman mati.

Menanggapi tren-tren perkembangan zaman yang lebih luas, situasi di Myanmar telah jatuh ke dalam kegelapan, dengan kejahatan internasional terhadap orang-orang Rohingya dan sekarang dengan penindasan brutal dari militer sejak perebutan kekuasaan dengan kudeta pada Januari 2021.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1020 seconds (0.1#10.140)