Kembali ke Labuan Hati, ke Taman Nasional Komodo Labuan Bajo
loading...
A
A
A
LABUAN BAJO - Keseruan bercampur cemas dirasakan penumpang kapal New Hope 9, saat kapal bermanuver menghindari garis ombak yang menampar-nampar. Meski terasa mau terbalik, kapal bermesin empat yang dikemudikan Kapten Herman itu tetap gagah membelah laut Labuan Bajo , Manggarai Barat , Nusa Tenggara Timur (NTT).
baca juga: Labuan Bajo, Surga Wisata
Pagi-pagi buta, dua kapal rombongan Media Gathering Bank Mandiri plus satu kapal yang membawa kru dan tour guide lepas landas dari Pelabuhan Marina Komodo, Labuan Bajo. Bagai permadani biru yang maha luas, laut yang terhampar menjadi satu-satunya pilihan bagi kapal atau perahu untuk melintas. Sekitar 45 menit rombongan tiba di Pulau Padar, salah satu dari 264 pulau dalam destinasi wisata premium Labuan Bajo.
Perjalanan melelahkan mendaki bukit Pulau Padar memang sangat terasa. Namun semua terbayar lunas manakala kaki menjejak di puncak bukit tersebut. Belaian angin laut langsung terasa tanpa adanya penghalang. Dari ketinggian, panorama indah makin memanjakan mata. Terlebih saat menatap 3 teluk dengan 3 pantainya yang khas, dengan degradasi warna biru, hijau, putih, hitam, dan pink.
Berada di tengah antara Pulau Rinca dan Pulau Komodo, Pulau Padar menjadi satu gugusan kepulauan yang jadi warisan UNESCO . Meski masih dalam satu kawasan Taman Nasional, Pulau Padar hanya memiliki beberapa Komodo (Varanus Komodoensis). Itupun yang berasal dari Pulau Rinca. Dengan cara berenang, komodo yang merupakan satwa endemik di kawasan tersebut, mampu menyeberangi laut menuju Pulau Padar.
baca juga: Pengembangan Labuan Bajo Dipastikan Prioritaskan Keberlanjutan Lingkungan
Kondisi geografis yang kering menyebabkan Pulau Padar tidak banyak ditumbuhi pohon. Bahkan saat kemarau, hanya nampak bebatuan dan semak mengering. Sehingga tak mudah menjumpai rusa dan herbivora, yang biasa menjadi mangsa biawak Komodo. Itulah mengapa Pulau Padar sulit ditemui komodo. Rantai makanan yang terputus menyebabkan pulau ini sunyi Komodo.
Mencumbu Komodo Liar di Alam Terbuka
baca juga: Labuan Bajo, Surga Wisata
Pagi-pagi buta, dua kapal rombongan Media Gathering Bank Mandiri plus satu kapal yang membawa kru dan tour guide lepas landas dari Pelabuhan Marina Komodo, Labuan Bajo. Bagai permadani biru yang maha luas, laut yang terhampar menjadi satu-satunya pilihan bagi kapal atau perahu untuk melintas. Sekitar 45 menit rombongan tiba di Pulau Padar, salah satu dari 264 pulau dalam destinasi wisata premium Labuan Bajo.
Perjalanan melelahkan mendaki bukit Pulau Padar memang sangat terasa. Namun semua terbayar lunas manakala kaki menjejak di puncak bukit tersebut. Belaian angin laut langsung terasa tanpa adanya penghalang. Dari ketinggian, panorama indah makin memanjakan mata. Terlebih saat menatap 3 teluk dengan 3 pantainya yang khas, dengan degradasi warna biru, hijau, putih, hitam, dan pink.
Berada di tengah antara Pulau Rinca dan Pulau Komodo, Pulau Padar menjadi satu gugusan kepulauan yang jadi warisan UNESCO . Meski masih dalam satu kawasan Taman Nasional, Pulau Padar hanya memiliki beberapa Komodo (Varanus Komodoensis). Itupun yang berasal dari Pulau Rinca. Dengan cara berenang, komodo yang merupakan satwa endemik di kawasan tersebut, mampu menyeberangi laut menuju Pulau Padar.
baca juga: Pengembangan Labuan Bajo Dipastikan Prioritaskan Keberlanjutan Lingkungan
Kondisi geografis yang kering menyebabkan Pulau Padar tidak banyak ditumbuhi pohon. Bahkan saat kemarau, hanya nampak bebatuan dan semak mengering. Sehingga tak mudah menjumpai rusa dan herbivora, yang biasa menjadi mangsa biawak Komodo. Itulah mengapa Pulau Padar sulit ditemui komodo. Rantai makanan yang terputus menyebabkan pulau ini sunyi Komodo.
Mencumbu Komodo Liar di Alam Terbuka