Kembali ke Labuan Hati, ke Taman Nasional Komodo Labuan Bajo
loading...
A
A
A
LABUAN BAJO - Keseruan bercampur cemas dirasakan penumpang kapal New Hope 9, saat kapal bermanuver menghindari garis ombak yang menampar-nampar. Meski terasa mau terbalik, kapal bermesin empat yang dikemudikan Kapten Herman itu tetap gagah membelah laut Labuan Bajo , Manggarai Barat , Nusa Tenggara Timur (NTT).
baca juga: Labuan Bajo, Surga Wisata
Pagi-pagi buta, dua kapal rombongan Media Gathering Bank Mandiri plus satu kapal yang membawa kru dan tour guide lepas landas dari Pelabuhan Marina Komodo, Labuan Bajo. Bagai permadani biru yang maha luas, laut yang terhampar menjadi satu-satunya pilihan bagi kapal atau perahu untuk melintas. Sekitar 45 menit rombongan tiba di Pulau Padar, salah satu dari 264 pulau dalam destinasi wisata premium Labuan Bajo.
Perjalanan melelahkan mendaki bukit Pulau Padar memang sangat terasa. Namun semua terbayar lunas manakala kaki menjejak di puncak bukit tersebut. Belaian angin laut langsung terasa tanpa adanya penghalang. Dari ketinggian, panorama indah makin memanjakan mata. Terlebih saat menatap 3 teluk dengan 3 pantainya yang khas, dengan degradasi warna biru, hijau, putih, hitam, dan pink.
Berada di tengah antara Pulau Rinca dan Pulau Komodo, Pulau Padar menjadi satu gugusan kepulauan yang jadi warisan UNESCO . Meski masih dalam satu kawasan Taman Nasional, Pulau Padar hanya memiliki beberapa Komodo (Varanus Komodoensis). Itupun yang berasal dari Pulau Rinca. Dengan cara berenang, komodo yang merupakan satwa endemik di kawasan tersebut, mampu menyeberangi laut menuju Pulau Padar.
baca juga: Pengembangan Labuan Bajo Dipastikan Prioritaskan Keberlanjutan Lingkungan
Kondisi geografis yang kering menyebabkan Pulau Padar tidak banyak ditumbuhi pohon. Bahkan saat kemarau, hanya nampak bebatuan dan semak mengering. Sehingga tak mudah menjumpai rusa dan herbivora, yang biasa menjadi mangsa biawak Komodo. Itulah mengapa Pulau Padar sulit ditemui komodo. Rantai makanan yang terputus menyebabkan pulau ini sunyi Komodo.
Mencumbu Komodo Liar di Alam Terbuka
Puas mencumbu Pulau Padar dan berswa foto, rombongan Media Gathering Bank Mandiri lalu bertolak ke Pulau Komodo, yang memiliki jarak tempuh sekitar 20 menit perjalanan laut. Dalam hutan di pulau seluas + 390 kilometer persegi ini, ada sekitar 1.700 komodo yang hidup liar dan berdampingan dengan masyarakat kampung di Pulau Komodo.
Berdasarkan catatan, Komodo pertama kali diketahui ketika orang Eropa menjelajahi Indonesia, mengikuti rumor buaya yang hidup di darat di Hindia Belanda (sekarang Indonesia), pada 1910. Makalah pertama tentang komodo diterbitkan dua tahun kemudian ketika direktur Museum Zoologi di Jawa menerima sampel spesimen dari seorang kolektor.
baca juga: Mengenal Sejarah Taman Nasional Komodo yang Lagi Viral
Komodo sendiri adalah biawak terbesar yang masih ada, dengan panjang bisa mencapai 3 meter dan berat sekitar 70 kilogram. Sebelum biawak, ada genus Megalania yang punah 50.000 tahun lalu, yang memiliki panjang 7 meter dan berat hingga 620 kilogram. Sebagian besar peneliti percaya bahwa ukuran komodo adalah produk dari evolusi genetik dan gigantisme pulau. Satu teori mengatakan bahwa komodo makhluk purba yang berevolusi sebelum genus lainnya mati, mirip dengan cara genus Megalania punah.
Teori lain menunjukkan, bahwa karena komodo hanya ada di bagian tertentu di Indonesia, sehingga tidak ada karnivora lain untuk bersaing mencari makan sehingga tetap ada sampai saat ini. Dalam ekosistem tempat keberadaan komodo, ia mendominasi ekosistem tempat tinggalnya. Komodo memangsa apa pun, mulai dari invertebrata hingga mamalia yang ditemuinya.
Karena lokasinya yang terisolir, komodo kebanyakan memakan rusa timor, babi utan, dan bangkai apa pun yang dapat ditemukannya. Ada banyak laporan di mana seekor komodo menyerang manusia yang ditemuinya. Dulu diyakini bahwa komodo memiliki racun yang ada di air liurnya, tetapi itu dibantah. Alih-alih racun, kelenjar di air liur komodo sebenarnya adalah antikoagulan yang mencegah pembekuan darah.
baca juga: Ratusan Kilogram Daging Rusa Dari Taman Nasional Komodo Diselundupkan
Komodo hidup secara eksklusif di Indonesia. Jadi jika Anda pernah melihatnya di tempat lain di dunia, itu bisa dipastikan diambil dari habitatnya di Indonesia. Meskipun Komodo telah menjadi daya tarik wisata di Indonesia, namun pemandu lokal berhati-hati untuk tidak membiarkan wisatawan terlalu dekat. Bagaimana pun komodo bisa berbahaya bagi manusia karena memiliki kemampuan untuk berlari, menyerang, dan bahkan membunuh manusia.
Meski jumlah Komodo masih ribuan, tak semua pengunjung yang datang ke Taman Nasional Komodo bisa dengan mudah berjumpa dengan kadal raksasa tersebut. Rombongan Media Gathering Bank Mandiri termasuk yang beruntung. Baru tiba di pulau, rombongan disambut seekor anak komodo yang terlihat berjalan di sekitar Dermaga Loh Liang, tempat kapal bersandar. Malah, tak sampai 15 menit berjalan di dalam hutan, rombongan kembali bertemu dua ekor komodo dewasa yang tengah bertarung sengit.
“Beruntung sekali perjalanan kalian ini. Sementara ada yang sudah seharian bahkan sampai menginap tak bertemu Komodo. Apalagi musim kawin (Komodo) seperti sekarang ini, itu susah sekali untuk bertemu Komodo,” kata Tasrif, salah seorang dari 10 ranger yang mendampingi.
baca juga: Keren, Taman Nasional Komodo Jadi Tempat Berkumpul Terbesar Ikan Pari Manta di Dunia
Setelah lelah menghabiskan momen di Pulau Komodo dan mendengarkan cerita dari para ranger, rombongan lalu melanjutkan penjelajahan ke spot lainnya di Taman Nasional Komodo. Namun karena keterbatasan waktu, rombongan hanya bisa mencumbu Pink Beach dan bersnorkeling ria di pantai Pulau Kanawa. Selebihnya mengeksplore Kota Labuan Bajo, Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat.
Biarpun tanjung teluknya/Jauh tapele nusa ku/Tapi slalu terkenang/Di kalbuku…. Merdu nyanyian terdengar syahdu dari salah satu kapal Pinisi yang bersandar di perairan Labuan Bajo. Lagu berjudul Flobamora dari NTT itu, seolah menutup perjalanan rombongan Media Gathering Bank Mandiri. Sebuah perjalanan indah yang terasa memanggil-manggil untuk “Kembali ke Labuan Hati”, ke Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo.
Tentang Riwayat Saudara Kembar
Secara keseluruhan, total biawak komodo di Taman Nasional Komodo berjumlah 3.022 ekor. Populasi komodo saat ini terkonsentrasi di dua pulau, yaitu Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Sedangkan sebagian kecil menyebar di pulau sekitarnya, yakni tujuh ekor berada di Pulau Padar, 69 ekor di Gili Motang, dan 91 ekor di Nusa Kode. Pemerintah sebelumnya menutup Resort Loh Buaya di Pulau Rinca mulai 26 Oktober 2020 hingga 30 Juni 2021. Penutupan dilakukan untuk mempercepat proyek penataan sarana dan prasarana wisata alam di kawasan itu.
baca juga: KPK Tertibkan Aset Bermasalah di Kawasan Wisata Labuan Bajo
Dilansir dari laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Taman Nasional Komodo adalah salah satu taman nasional tertua di Indonesia. Berdiri pada 6 Maret 1980, Taman Nasional Komodo memiliki luas wilayah sebesar 173.000 Ha, meliputi wilayah terestrial maupun perairan. Taman Nasional Komodo didirikan dengan tujuan untuk menjaga kelestarian hidup satwa biawak komodo bersama dengan alam sekitarnya.
Taman Nasional Komodo banyak meraih gelar internasional, di antaranya: Man and Biosphere Reserve (1977), World Heritage Site (1991), dan The New 7 Wonder of Nature (2011). Pemberian gelar tersebut diharapkan dapat meningkatkan branding position dan membantu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo.
Selain merupakan habitat dari biawak komodo, terdapat 277 spesies hewan lainnya yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia. Terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk hewan yang dilindungi, karena jumlahnya yang terbatas atau terbatasnya penyebaran mereka.
baca juga: Mandiri Sekuritas Bantu Korban Bencana di NTT
Hewan-hewan unik lainnya yang dapat ditemukan di Taman Nasional Komodo antara lain Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea), Blue White-lipped Pit Viper (Trimeresurus albolabris), Pari Manta Raksasa (Manta birostris), dan Kuda Liar (Equus ferus). Di dalam kawasan ini juga terdapat ekosistem hutan mangrove, ekosistem padang lamun, ekosistem terumbu karang.
Untuk ekosistem terumbu karang sendiri, setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana. Setidaknya terdapat lebih dari 1.000 spesies ikan yang tinggal pada ekosistem tersebut. Keindahan terumbu karang ini menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi para peminat olahraga selam maupun aktivitas snorkeling. Terdapat lebih kurang 57 lokasi penyelaman dengan lokasi Batu Bolong sebagai primadona, sedangkan untuk lokasi snorkeling Pantai Merah atau Pink Beach menjadi pilihan utama.
Di dalam kawasan Taman Nasional Komodo terdapat masyarakat yang hidup di dalam tiga desa, yakni Desa Pasir Panjang (Kampung Rinca dan Kampung Kerora), Desa Komodo (Kampung Komodo), dan Desa Papagarang (Kampung Papagarang). Masyarakat yang tinggal di dalam kawasan sudah turut serta menjaga kelestarian hidup satwa komodo dan alam di sekitarnya sejak jaman nenek moyang.
baca juga: Sederet Fakta Komodo, Hewan Pulau Rinca yang Disulap Jadi Jurassic Park
Penduduk di Kampung Komodo percaya bahwa ketika mereka lahir ke dunia, mereka lahir kembar, satu bayi laki-laki dan satu komodo betina. Mereka mengganggap komodo adalah keluarga dan percaya memiliki hubungan darah dengannya. Maka dari itu, masyarakat Kampung Komodo tidak pernah melukai satwa komodo dan hidup bersama dengannya setiap hari.
"Semakin ke sini kesadaran masyarakat Kampung di Pulau Komodo semakin tinggi untuk turut menjaga dan melestarikan komodo-komodo yang ada di sini. Itulah makanya nyaris tak ada konflik masyarakat dengan komodo," ujar petugas Resort Pulau Komodo Tasrif, yang juga masyarakat di Pulau Komodo.
Selain memiliki nilai kepercayaan yang menarik, sebagian kecil masyarakat di Kampung Komodo memiliki kemampuan luar biasa. Mereka yang merupakan keturunan Suku Bajo dapat menyelam hingga kedalaman 25 meter selama 15 menit dengan satu kali tarikan napas dan tanpa alat bantu selam apapun. Maka dari itu, tidak hanya flora dan fauna Taman Nasional Komodo yang mengagumkan, tetapi juga kehidupan dan kearifan lokal masyarakatnya juga sangat memukau.
Kepedulian Bank Mandiri
Selama empat hari di Labuan Bajo, rombongan Media Gathering Bank Mandiri tak hanya berwisata. Di sela perjalanan, pihak Bank Mandiri sempat membagikan 2.000 pasang sepatu kepada siswa sekolah di Pulau Rinca. Bank Mandiri bersama puluhan jurnalis dari Jakarta juga menyambangi Rumah Tenun dan Sentra Desalinasi (proses membuat tawar air laut), di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Labuan Bajo.
baca juga: Bank Mandiri Dorong Pertumbuhan UMKM Lewat Aplikasi Mandiri Pintar
Khusus fasilitas air bersih ini dibangun Bank Mandiri berkolaborasi dengan BUMN Konstruksi PT Indra Karya (Persero). Sentra Desalinasi ini akan menjadi salah satu proyek infrastruktur utama di kawasan wisata superprioritas tersebut. “Secara teknis, sebenarnya instalasinya sudah beroperasional dan airnya sudah bisa dikonsumsi. Tapi untuk operasional secara resminya, itu kita masih harus menunggu serah terima ke pihak Pemda (Pemkab Manggarai Barat). Karena sarana ini memang disediakan Bank Mandiri untuk masyarakat melalui Pemda setempat,” kata Kepala Kantor Cabang Bank Mandiri Labuan Bajo, I Made Runarta.
Made menuturkan, selain Labuan Bajo, tiga proyek serupa juga dibangun di tempat lainnya di Manggarai Barat, dengan nilai investasi sekitar Rp2,1 miliar. Tiga tempat itu adalah, Macang Tanggar, Warloka, dan Warloka Pesisir. Keempat fasilitas Sentra Desalinasi ini ditargetkan selesai dan diresmikan dalam dua bulan mendatang. Diketahui, saat ini ketersediaan air bersih yang layak konsumsi merupakan salah satu persoalan mendesak yang harus diselesaikan oleh pemerintah Labuan Bajo, Manggarai Barat, umumnya Provinsi NTT.
“Fasilitas Sentra Desalinasi di Labuan Bajo paling besar dan sudah rampung, tinggal diresmikan saja. Sementara yang di tiga titik lainnya sudah 60% rampung. Nantinya, fasilitas ini akan dioperasikan dengan cara cashless menggunakan e-money (pembayaran digital) dari Bank Mandiri,” kata Made.
Adapun untuk harga belum ditentukan, karena masih memantau kondisi pasar daerah sekitar dan itupun Pemda setempat yang menentukan. Adapun volume air yang bisa diperoleh dalam satu kali tapping sebanyak 10 liter. "10 liter atau setara satu galon. Harga masih diperhitungkan karena kita melihat pasar di sini seperti apa. Jangan sampai fasilitas yang diberikan lebih mahal sehingga memberatkan masyarakat,” ujar Made.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Manggarai Barat, H Mangayung mengucapkan terima kasih kepada Bank Mandiri dan PT Indra Berkarya atas dibangunnya Sentra Desalinasi di Kabupaten Manggarai Barat, terutama di Labuan Bajo. “Selama ini untuk mendapatkan air bersih masyarakat pedagang dan nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuan Bajo harus membeli. Itulah makanya, dengan adanya desalinasi dari Bank Mandiri ini sangat membantu sekali," kata dia.
Seorang pedagang es batu di TPI Labuan Bajo, Hj Siti Nursal, 48, mengakui harga air bersih yang ia beli selama ini sangat mahal. “Satu galonnya Rp7.000. Mudah-mudahan harga air bersih yang dijual di Sentra Desalinasi nanti bisa jauh lebih murah,” ucapnya.
Untuk diketahui, di Labuan Bajo sendiri, Bank Mandiri telah melakukan sejumlah kegiatan sosial seperti pembangunan Dermaga Pulau Rinca dengan anggaran Rp730 juta, pembangunan ruang kelas dan rumah Guru SD Papagarang dengan nilai bantuan Rp4 Miliar, pengadaan peralatan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sejumlah Rp280 Juta, pembangunan infrastruktur sanitasi penanggulangan Covid-19 sejumlah Rp380 juta.
“Tangga di Pulau Padar itu juga dibangun Bank Mandiri. Tapi karena kawasan ini bagian dari Taman Nasional (Komodo), sehingga tidak dibolehkan memasang merek. Aturannya memang sudah begitu, dan kita harus ikuti,” kata Rudi As Aturridha, Corporate Secretary (Corsec) Bank Mandiri, dalam acara Ngobrol Santai Aplikasi Livin Bank Mandiri : Tambah Eksis, Fitur Lengkap, Transaksi Makin Cepat, di Labuan Bajo, Kamis (16/6).
Injak Gas Penyaluran KUR
Sementara itu, Bank Mandiri optimistis momentum pertumbuhan akan terus berlanjut. Dalam mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi, Bank Mandiri juga semakin aktif mendorong penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memacu pertumbuhan ekonomi, khususnya di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Corporate Secretary (Corsec) Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, sampai dengan akhir Mei 2022, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp16,85 triliun kepada lebih dari 156.000 debitur di seluruh Indonesia. Angka tersebut meningkat sebesar 7,51% jika dibandingkan Mei 2021 secara year to date (ytd) yang sebesar Rp15,67 triliun.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada dalam zona positif. Hal ini juga diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pertumbuhan ekonomi di tiga bulan pertama tahun ini tumbuh 5,01% secara tahunan atau year on year (yoy).
“Peningkatan realisasi penyaluran KUR ini menandakan bahwa pemulihan ekonomi masyarakat sedang berada dalam momentum yang positif,” ujar Rudi, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (17/6).
Ia mengatakan, hal ini juga selaras dengan komitmen pemerintah yang kembali meningkatkan dana alokasi KUR serta melanjutkan tambahan subsidi bunga 3% hingga Desember 2022. Kebijakan tersebut ia katakan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan ekonomi kerakyatan di Indonesia. Adapun, di tahun ini Bank Mandiri mendapatkan plafon KUR sebesar Rp40 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan plafon tahun 2021 sebesar Rp35 triliun.
”Sesuai dengan aspirasi pemerintah untuk mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), hal ini juga menjadi komitmen Bank Mandiri dalam program pemulihan eko nomi nasional,” pungkasnya.
baca juga: Labuan Bajo, Surga Wisata
Pagi-pagi buta, dua kapal rombongan Media Gathering Bank Mandiri plus satu kapal yang membawa kru dan tour guide lepas landas dari Pelabuhan Marina Komodo, Labuan Bajo. Bagai permadani biru yang maha luas, laut yang terhampar menjadi satu-satunya pilihan bagi kapal atau perahu untuk melintas. Sekitar 45 menit rombongan tiba di Pulau Padar, salah satu dari 264 pulau dalam destinasi wisata premium Labuan Bajo.
Perjalanan melelahkan mendaki bukit Pulau Padar memang sangat terasa. Namun semua terbayar lunas manakala kaki menjejak di puncak bukit tersebut. Belaian angin laut langsung terasa tanpa adanya penghalang. Dari ketinggian, panorama indah makin memanjakan mata. Terlebih saat menatap 3 teluk dengan 3 pantainya yang khas, dengan degradasi warna biru, hijau, putih, hitam, dan pink.
Berada di tengah antara Pulau Rinca dan Pulau Komodo, Pulau Padar menjadi satu gugusan kepulauan yang jadi warisan UNESCO . Meski masih dalam satu kawasan Taman Nasional, Pulau Padar hanya memiliki beberapa Komodo (Varanus Komodoensis). Itupun yang berasal dari Pulau Rinca. Dengan cara berenang, komodo yang merupakan satwa endemik di kawasan tersebut, mampu menyeberangi laut menuju Pulau Padar.
baca juga: Pengembangan Labuan Bajo Dipastikan Prioritaskan Keberlanjutan Lingkungan
Kondisi geografis yang kering menyebabkan Pulau Padar tidak banyak ditumbuhi pohon. Bahkan saat kemarau, hanya nampak bebatuan dan semak mengering. Sehingga tak mudah menjumpai rusa dan herbivora, yang biasa menjadi mangsa biawak Komodo. Itulah mengapa Pulau Padar sulit ditemui komodo. Rantai makanan yang terputus menyebabkan pulau ini sunyi Komodo.
Mencumbu Komodo Liar di Alam Terbuka
Puas mencumbu Pulau Padar dan berswa foto, rombongan Media Gathering Bank Mandiri lalu bertolak ke Pulau Komodo, yang memiliki jarak tempuh sekitar 20 menit perjalanan laut. Dalam hutan di pulau seluas + 390 kilometer persegi ini, ada sekitar 1.700 komodo yang hidup liar dan berdampingan dengan masyarakat kampung di Pulau Komodo.
Berdasarkan catatan, Komodo pertama kali diketahui ketika orang Eropa menjelajahi Indonesia, mengikuti rumor buaya yang hidup di darat di Hindia Belanda (sekarang Indonesia), pada 1910. Makalah pertama tentang komodo diterbitkan dua tahun kemudian ketika direktur Museum Zoologi di Jawa menerima sampel spesimen dari seorang kolektor.
baca juga: Mengenal Sejarah Taman Nasional Komodo yang Lagi Viral
Komodo sendiri adalah biawak terbesar yang masih ada, dengan panjang bisa mencapai 3 meter dan berat sekitar 70 kilogram. Sebelum biawak, ada genus Megalania yang punah 50.000 tahun lalu, yang memiliki panjang 7 meter dan berat hingga 620 kilogram. Sebagian besar peneliti percaya bahwa ukuran komodo adalah produk dari evolusi genetik dan gigantisme pulau. Satu teori mengatakan bahwa komodo makhluk purba yang berevolusi sebelum genus lainnya mati, mirip dengan cara genus Megalania punah.
Teori lain menunjukkan, bahwa karena komodo hanya ada di bagian tertentu di Indonesia, sehingga tidak ada karnivora lain untuk bersaing mencari makan sehingga tetap ada sampai saat ini. Dalam ekosistem tempat keberadaan komodo, ia mendominasi ekosistem tempat tinggalnya. Komodo memangsa apa pun, mulai dari invertebrata hingga mamalia yang ditemuinya.
Karena lokasinya yang terisolir, komodo kebanyakan memakan rusa timor, babi utan, dan bangkai apa pun yang dapat ditemukannya. Ada banyak laporan di mana seekor komodo menyerang manusia yang ditemuinya. Dulu diyakini bahwa komodo memiliki racun yang ada di air liurnya, tetapi itu dibantah. Alih-alih racun, kelenjar di air liur komodo sebenarnya adalah antikoagulan yang mencegah pembekuan darah.
baca juga: Ratusan Kilogram Daging Rusa Dari Taman Nasional Komodo Diselundupkan
Komodo hidup secara eksklusif di Indonesia. Jadi jika Anda pernah melihatnya di tempat lain di dunia, itu bisa dipastikan diambil dari habitatnya di Indonesia. Meskipun Komodo telah menjadi daya tarik wisata di Indonesia, namun pemandu lokal berhati-hati untuk tidak membiarkan wisatawan terlalu dekat. Bagaimana pun komodo bisa berbahaya bagi manusia karena memiliki kemampuan untuk berlari, menyerang, dan bahkan membunuh manusia.
Meski jumlah Komodo masih ribuan, tak semua pengunjung yang datang ke Taman Nasional Komodo bisa dengan mudah berjumpa dengan kadal raksasa tersebut. Rombongan Media Gathering Bank Mandiri termasuk yang beruntung. Baru tiba di pulau, rombongan disambut seekor anak komodo yang terlihat berjalan di sekitar Dermaga Loh Liang, tempat kapal bersandar. Malah, tak sampai 15 menit berjalan di dalam hutan, rombongan kembali bertemu dua ekor komodo dewasa yang tengah bertarung sengit.
“Beruntung sekali perjalanan kalian ini. Sementara ada yang sudah seharian bahkan sampai menginap tak bertemu Komodo. Apalagi musim kawin (Komodo) seperti sekarang ini, itu susah sekali untuk bertemu Komodo,” kata Tasrif, salah seorang dari 10 ranger yang mendampingi.
baca juga: Keren, Taman Nasional Komodo Jadi Tempat Berkumpul Terbesar Ikan Pari Manta di Dunia
Setelah lelah menghabiskan momen di Pulau Komodo dan mendengarkan cerita dari para ranger, rombongan lalu melanjutkan penjelajahan ke spot lainnya di Taman Nasional Komodo. Namun karena keterbatasan waktu, rombongan hanya bisa mencumbu Pink Beach dan bersnorkeling ria di pantai Pulau Kanawa. Selebihnya mengeksplore Kota Labuan Bajo, Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat.
Biarpun tanjung teluknya/Jauh tapele nusa ku/Tapi slalu terkenang/Di kalbuku…. Merdu nyanyian terdengar syahdu dari salah satu kapal Pinisi yang bersandar di perairan Labuan Bajo. Lagu berjudul Flobamora dari NTT itu, seolah menutup perjalanan rombongan Media Gathering Bank Mandiri. Sebuah perjalanan indah yang terasa memanggil-manggil untuk “Kembali ke Labuan Hati”, ke Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo.
Tentang Riwayat Saudara Kembar
Secara keseluruhan, total biawak komodo di Taman Nasional Komodo berjumlah 3.022 ekor. Populasi komodo saat ini terkonsentrasi di dua pulau, yaitu Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Sedangkan sebagian kecil menyebar di pulau sekitarnya, yakni tujuh ekor berada di Pulau Padar, 69 ekor di Gili Motang, dan 91 ekor di Nusa Kode. Pemerintah sebelumnya menutup Resort Loh Buaya di Pulau Rinca mulai 26 Oktober 2020 hingga 30 Juni 2021. Penutupan dilakukan untuk mempercepat proyek penataan sarana dan prasarana wisata alam di kawasan itu.
baca juga: KPK Tertibkan Aset Bermasalah di Kawasan Wisata Labuan Bajo
Dilansir dari laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Taman Nasional Komodo adalah salah satu taman nasional tertua di Indonesia. Berdiri pada 6 Maret 1980, Taman Nasional Komodo memiliki luas wilayah sebesar 173.000 Ha, meliputi wilayah terestrial maupun perairan. Taman Nasional Komodo didirikan dengan tujuan untuk menjaga kelestarian hidup satwa biawak komodo bersama dengan alam sekitarnya.
Taman Nasional Komodo banyak meraih gelar internasional, di antaranya: Man and Biosphere Reserve (1977), World Heritage Site (1991), dan The New 7 Wonder of Nature (2011). Pemberian gelar tersebut diharapkan dapat meningkatkan branding position dan membantu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo.
Selain merupakan habitat dari biawak komodo, terdapat 277 spesies hewan lainnya yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia. Terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk hewan yang dilindungi, karena jumlahnya yang terbatas atau terbatasnya penyebaran mereka.
baca juga: Mandiri Sekuritas Bantu Korban Bencana di NTT
Hewan-hewan unik lainnya yang dapat ditemukan di Taman Nasional Komodo antara lain Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea), Blue White-lipped Pit Viper (Trimeresurus albolabris), Pari Manta Raksasa (Manta birostris), dan Kuda Liar (Equus ferus). Di dalam kawasan ini juga terdapat ekosistem hutan mangrove, ekosistem padang lamun, ekosistem terumbu karang.
Untuk ekosistem terumbu karang sendiri, setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana. Setidaknya terdapat lebih dari 1.000 spesies ikan yang tinggal pada ekosistem tersebut. Keindahan terumbu karang ini menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi para peminat olahraga selam maupun aktivitas snorkeling. Terdapat lebih kurang 57 lokasi penyelaman dengan lokasi Batu Bolong sebagai primadona, sedangkan untuk lokasi snorkeling Pantai Merah atau Pink Beach menjadi pilihan utama.
Di dalam kawasan Taman Nasional Komodo terdapat masyarakat yang hidup di dalam tiga desa, yakni Desa Pasir Panjang (Kampung Rinca dan Kampung Kerora), Desa Komodo (Kampung Komodo), dan Desa Papagarang (Kampung Papagarang). Masyarakat yang tinggal di dalam kawasan sudah turut serta menjaga kelestarian hidup satwa komodo dan alam di sekitarnya sejak jaman nenek moyang.
baca juga: Sederet Fakta Komodo, Hewan Pulau Rinca yang Disulap Jadi Jurassic Park
Penduduk di Kampung Komodo percaya bahwa ketika mereka lahir ke dunia, mereka lahir kembar, satu bayi laki-laki dan satu komodo betina. Mereka mengganggap komodo adalah keluarga dan percaya memiliki hubungan darah dengannya. Maka dari itu, masyarakat Kampung Komodo tidak pernah melukai satwa komodo dan hidup bersama dengannya setiap hari.
"Semakin ke sini kesadaran masyarakat Kampung di Pulau Komodo semakin tinggi untuk turut menjaga dan melestarikan komodo-komodo yang ada di sini. Itulah makanya nyaris tak ada konflik masyarakat dengan komodo," ujar petugas Resort Pulau Komodo Tasrif, yang juga masyarakat di Pulau Komodo.
Selain memiliki nilai kepercayaan yang menarik, sebagian kecil masyarakat di Kampung Komodo memiliki kemampuan luar biasa. Mereka yang merupakan keturunan Suku Bajo dapat menyelam hingga kedalaman 25 meter selama 15 menit dengan satu kali tarikan napas dan tanpa alat bantu selam apapun. Maka dari itu, tidak hanya flora dan fauna Taman Nasional Komodo yang mengagumkan, tetapi juga kehidupan dan kearifan lokal masyarakatnya juga sangat memukau.
Kepedulian Bank Mandiri
Selama empat hari di Labuan Bajo, rombongan Media Gathering Bank Mandiri tak hanya berwisata. Di sela perjalanan, pihak Bank Mandiri sempat membagikan 2.000 pasang sepatu kepada siswa sekolah di Pulau Rinca. Bank Mandiri bersama puluhan jurnalis dari Jakarta juga menyambangi Rumah Tenun dan Sentra Desalinasi (proses membuat tawar air laut), di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Labuan Bajo.
baca juga: Bank Mandiri Dorong Pertumbuhan UMKM Lewat Aplikasi Mandiri Pintar
Khusus fasilitas air bersih ini dibangun Bank Mandiri berkolaborasi dengan BUMN Konstruksi PT Indra Karya (Persero). Sentra Desalinasi ini akan menjadi salah satu proyek infrastruktur utama di kawasan wisata superprioritas tersebut. “Secara teknis, sebenarnya instalasinya sudah beroperasional dan airnya sudah bisa dikonsumsi. Tapi untuk operasional secara resminya, itu kita masih harus menunggu serah terima ke pihak Pemda (Pemkab Manggarai Barat). Karena sarana ini memang disediakan Bank Mandiri untuk masyarakat melalui Pemda setempat,” kata Kepala Kantor Cabang Bank Mandiri Labuan Bajo, I Made Runarta.
Made menuturkan, selain Labuan Bajo, tiga proyek serupa juga dibangun di tempat lainnya di Manggarai Barat, dengan nilai investasi sekitar Rp2,1 miliar. Tiga tempat itu adalah, Macang Tanggar, Warloka, dan Warloka Pesisir. Keempat fasilitas Sentra Desalinasi ini ditargetkan selesai dan diresmikan dalam dua bulan mendatang. Diketahui, saat ini ketersediaan air bersih yang layak konsumsi merupakan salah satu persoalan mendesak yang harus diselesaikan oleh pemerintah Labuan Bajo, Manggarai Barat, umumnya Provinsi NTT.
“Fasilitas Sentra Desalinasi di Labuan Bajo paling besar dan sudah rampung, tinggal diresmikan saja. Sementara yang di tiga titik lainnya sudah 60% rampung. Nantinya, fasilitas ini akan dioperasikan dengan cara cashless menggunakan e-money (pembayaran digital) dari Bank Mandiri,” kata Made.
Adapun untuk harga belum ditentukan, karena masih memantau kondisi pasar daerah sekitar dan itupun Pemda setempat yang menentukan. Adapun volume air yang bisa diperoleh dalam satu kali tapping sebanyak 10 liter. "10 liter atau setara satu galon. Harga masih diperhitungkan karena kita melihat pasar di sini seperti apa. Jangan sampai fasilitas yang diberikan lebih mahal sehingga memberatkan masyarakat,” ujar Made.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Manggarai Barat, H Mangayung mengucapkan terima kasih kepada Bank Mandiri dan PT Indra Berkarya atas dibangunnya Sentra Desalinasi di Kabupaten Manggarai Barat, terutama di Labuan Bajo. “Selama ini untuk mendapatkan air bersih masyarakat pedagang dan nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuan Bajo harus membeli. Itulah makanya, dengan adanya desalinasi dari Bank Mandiri ini sangat membantu sekali," kata dia.
Seorang pedagang es batu di TPI Labuan Bajo, Hj Siti Nursal, 48, mengakui harga air bersih yang ia beli selama ini sangat mahal. “Satu galonnya Rp7.000. Mudah-mudahan harga air bersih yang dijual di Sentra Desalinasi nanti bisa jauh lebih murah,” ucapnya.
Untuk diketahui, di Labuan Bajo sendiri, Bank Mandiri telah melakukan sejumlah kegiatan sosial seperti pembangunan Dermaga Pulau Rinca dengan anggaran Rp730 juta, pembangunan ruang kelas dan rumah Guru SD Papagarang dengan nilai bantuan Rp4 Miliar, pengadaan peralatan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sejumlah Rp280 Juta, pembangunan infrastruktur sanitasi penanggulangan Covid-19 sejumlah Rp380 juta.
“Tangga di Pulau Padar itu juga dibangun Bank Mandiri. Tapi karena kawasan ini bagian dari Taman Nasional (Komodo), sehingga tidak dibolehkan memasang merek. Aturannya memang sudah begitu, dan kita harus ikuti,” kata Rudi As Aturridha, Corporate Secretary (Corsec) Bank Mandiri, dalam acara Ngobrol Santai Aplikasi Livin Bank Mandiri : Tambah Eksis, Fitur Lengkap, Transaksi Makin Cepat, di Labuan Bajo, Kamis (16/6).
Injak Gas Penyaluran KUR
Sementara itu, Bank Mandiri optimistis momentum pertumbuhan akan terus berlanjut. Dalam mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi, Bank Mandiri juga semakin aktif mendorong penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memacu pertumbuhan ekonomi, khususnya di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Corporate Secretary (Corsec) Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, sampai dengan akhir Mei 2022, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp16,85 triliun kepada lebih dari 156.000 debitur di seluruh Indonesia. Angka tersebut meningkat sebesar 7,51% jika dibandingkan Mei 2021 secara year to date (ytd) yang sebesar Rp15,67 triliun.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada dalam zona positif. Hal ini juga diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pertumbuhan ekonomi di tiga bulan pertama tahun ini tumbuh 5,01% secara tahunan atau year on year (yoy).
“Peningkatan realisasi penyaluran KUR ini menandakan bahwa pemulihan ekonomi masyarakat sedang berada dalam momentum yang positif,” ujar Rudi, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (17/6).
Ia mengatakan, hal ini juga selaras dengan komitmen pemerintah yang kembali meningkatkan dana alokasi KUR serta melanjutkan tambahan subsidi bunga 3% hingga Desember 2022. Kebijakan tersebut ia katakan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan ekonomi kerakyatan di Indonesia. Adapun, di tahun ini Bank Mandiri mendapatkan plafon KUR sebesar Rp40 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan plafon tahun 2021 sebesar Rp35 triliun.
”Sesuai dengan aspirasi pemerintah untuk mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), hal ini juga menjadi komitmen Bank Mandiri dalam program pemulihan eko nomi nasional,” pungkasnya.
(hdr)