Transformasi Digital dalam Manajemen SDM
loading...
A
A
A
Muhamad Ali
Pemerhati Human Capital
TIDAK ada lagi manusia modern yang tidak hidup tanpa berurusan dengan hal yang berbau digital. Dari bangun tidur hingga menuju tempat tidur lagi, kehidupan digital sudah menempel dan setiap kita tidak mungkin melepaskan diri atau menghindarkan dari ketergantungan ini. Kehidupan digital, paling mudah ditandai dengan keterhubungan kita dengan dunia luar melalui perangkat yang tersambung melalui jaringan internet.
Dalam organisasi atau korporasi, ketergantungan itu makin terlihat nyata. Tidak ada lagi kita mendengar entitas bisnis atau organisasi birokrasi yang menjalankan proses bisnisnya tanpa ditopang oleh perangkat digital, bahkan yang paling sederhana sekalipun.
Begitu masifnya dunia digital melingkupi kehidupan modern hari ini, tidak ada pilihan bagi tiap organisasi untuk beradaptasi memasuki kehidupan digital ini. Masuk ke dunia itu atau tertinggal dari yang lain dan kemudian mati.
Sudah banyak cerita bagaimana organisasi-organisasi besar mencoba bertahan dan membuat garis kehidupan sendiri, tetapi lalu mati. Kodak adalah salah satu contohnya. Nokia adalah contoh lain yang sedikit berbeda dari Kodak, tetapi mengirimkan pesan yang sama: keberanian untuk berubah atau bertransformasi.
Transformasi Digital
Academy to Innovative Human Resources (AIHR), sebuah lembaga yang mengkaji masalah-masalah sumber daya manusia (SDM), pernah melakukan riset penting mengenai transformasi digital dalam manajemen SDM organisasi. Hasilnya, 76% dari perusahaan yang berusaha bertransformasi menuju digital, gagal melakukannya.
Artinya, tiga dari empat perusahaan yang mencoba bertransformasi ke dunia digital, tidak mampu mencapai proses tersebut. Kesimpulan singkat dari kegagalan transformasi digital berdasarkan laporan tersebut sederhana, tetapi sangat tajam.
Transformasi digital dalam sebuah korporasi/organisasi bukan semata-mata mentransformasi yang tadinya analog atau manual menjadi digital dari setiap unit di dalam organisasi, tetapi merupakan metamorfosis yang melibatkan organisasi secara keseluruhan.
Kebanyakan dari organisasi yang gagal adalah ketidakmampuan menjaga proses metamorfosis ini, sehingga transformasi justru berubah menjadi disintegrasi yang merusak sistem lama dan tidak mampu membangun sistem baru yang solid.
Laporan lain yang dirilis oleh Forbes memperkuat gambaran di atas. Menurut laporan tersebut, manajer dan eksekutif hari ini, sudah beralih ke platform mobile (smartphone) dalam menjalankan operasi bisnis di tempat mereka bekerja. Sebanyak 70% dari mereka, sudah menggunakan ponsel pintar untuk melakukan pengelolaan SDM dan tidak lagi mengandalkan laptop–apalagi komputer desktop—untuk bekerja.
Pemerhati Human Capital
TIDAK ada lagi manusia modern yang tidak hidup tanpa berurusan dengan hal yang berbau digital. Dari bangun tidur hingga menuju tempat tidur lagi, kehidupan digital sudah menempel dan setiap kita tidak mungkin melepaskan diri atau menghindarkan dari ketergantungan ini. Kehidupan digital, paling mudah ditandai dengan keterhubungan kita dengan dunia luar melalui perangkat yang tersambung melalui jaringan internet.
Dalam organisasi atau korporasi, ketergantungan itu makin terlihat nyata. Tidak ada lagi kita mendengar entitas bisnis atau organisasi birokrasi yang menjalankan proses bisnisnya tanpa ditopang oleh perangkat digital, bahkan yang paling sederhana sekalipun.
Begitu masifnya dunia digital melingkupi kehidupan modern hari ini, tidak ada pilihan bagi tiap organisasi untuk beradaptasi memasuki kehidupan digital ini. Masuk ke dunia itu atau tertinggal dari yang lain dan kemudian mati.
Sudah banyak cerita bagaimana organisasi-organisasi besar mencoba bertahan dan membuat garis kehidupan sendiri, tetapi lalu mati. Kodak adalah salah satu contohnya. Nokia adalah contoh lain yang sedikit berbeda dari Kodak, tetapi mengirimkan pesan yang sama: keberanian untuk berubah atau bertransformasi.
Transformasi Digital
Academy to Innovative Human Resources (AIHR), sebuah lembaga yang mengkaji masalah-masalah sumber daya manusia (SDM), pernah melakukan riset penting mengenai transformasi digital dalam manajemen SDM organisasi. Hasilnya, 76% dari perusahaan yang berusaha bertransformasi menuju digital, gagal melakukannya.
Artinya, tiga dari empat perusahaan yang mencoba bertransformasi ke dunia digital, tidak mampu mencapai proses tersebut. Kesimpulan singkat dari kegagalan transformasi digital berdasarkan laporan tersebut sederhana, tetapi sangat tajam.
Transformasi digital dalam sebuah korporasi/organisasi bukan semata-mata mentransformasi yang tadinya analog atau manual menjadi digital dari setiap unit di dalam organisasi, tetapi merupakan metamorfosis yang melibatkan organisasi secara keseluruhan.
Kebanyakan dari organisasi yang gagal adalah ketidakmampuan menjaga proses metamorfosis ini, sehingga transformasi justru berubah menjadi disintegrasi yang merusak sistem lama dan tidak mampu membangun sistem baru yang solid.
Laporan lain yang dirilis oleh Forbes memperkuat gambaran di atas. Menurut laporan tersebut, manajer dan eksekutif hari ini, sudah beralih ke platform mobile (smartphone) dalam menjalankan operasi bisnis di tempat mereka bekerja. Sebanyak 70% dari mereka, sudah menggunakan ponsel pintar untuk melakukan pengelolaan SDM dan tidak lagi mengandalkan laptop–apalagi komputer desktop—untuk bekerja.