Transformasi Digital dalam Manajemen SDM
loading...
A
A
A
Kalau kita menyaksikan aktivitas manusia modern di ruang-ruang publik hari ini, kenyataan itu makin tak terbantahkan. Lima atau sepuluh tahun lalu, di ruang-ruang publik kita dapat menyaksikan orang menggunakan ponsel pintar untuk menikmati hiburan yang dapat disediakan oleh perangkat tersebut. Mendengarkan musik, menonton video, atau bermain games.
Hari ini, kalau kita melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, misalnya, dengan mudah kita temukan orang sedang membaca laporan, membuat persetujuan, mengoreksi bahan, melalui perangkat ponsel mereka.
Tentu saja aktivitas tersebut bisa dikombinasikan dengan memenuhi kebutuhan hiburan seperti mendengarkan musik dan sebagainya, karena secara fitur teknologi sudah semakin mungkin. Karena itu, transformasi digital sendiri belumlah titik. Masih koma. Kata-kata itu harus dilengkapi dengan transformasi digital dalam platform terintegrasi yang bisa diakses secara mobile (bergerak).
Organisasi atau korporasi modern hari ini sudah tidak lagi diisi oleh mereka yang sebagian besar adalah generasi analog atau imigran digital. Semua adalah digital native.
Manusia yang sudah sejak lahir sudah hidup dalam ekosistem digital. Masalahnya adalah, para pengambil keputusan penting dalam organisasi, kerap masih diisi oleh mereka yang tergolong imigran digital atau bahkan sama sekali generasi analog. Keengganan para eksekutif atau pemimpin puncak untuk melihat realitas yang telah tersebut sering menjadi penghambat terbesar dalam transformasi digital.
Pandemi global Covid-19 menguatkan fenomena tersebut. Pandemi ini telah menghentikan aktivitas fisik semua orang dan memaksa mereka untuk tinggal di rumah secara tiba-tiba. Pertemuan daring/virtual menjadi wajib. Pengiriman barang atau dokumen menjadi serba digital.
Operasi bisnis harus dibelokkan ke dalam arus utama dunia digital. Kemudian kita menyaksikan, siapa yang gagal atau terbata-bata merespons situasi, siapa yang relatif mulus menjalankannya, dan siapa yang paling mendapatkan keuntungan dari sana.
Manajemen Digital SDM
Manajemen SDM dalam paradigma lama sering kali dilihat atau dipersepsikan sebagai manajemen pendukung yang menopang setiap karyawan dalam organisasi untuk menjalankan tugasnya. Itu tidak salah. Tetapi, itu hanya merupakan salah satu saja. Manajemen SDM dalam konteks kehidupan digital hari ini, dituntut untuk meluaskan cakrawala untuk menjadi pemimpin dan pendorong dalam seluruh proses transformasi digital organisasi.
Karena itu, manajemen SDM dituntut untuk merancang organisasi, proses bisnis, pengelolaan talenta ke dalam praktik baru berbasis digital yang ditandai dengan adanya budaya inovasi dan berbagi (innovation and sharing). Memetakan setiap potensi individu dalam organisasi atau korporasi dengan demikian menjadi sangat penting, karena budaya inovasi dan berbagi hanya dimungkinkan ketika tersedia infrastruktur yang memungkinkan berlangsungnya proses berinovasi dan saling berbagi tersebut.
Karena itu pula organisasi dan korporasi harus menciptakan ekosistem bekerja yang memberi ruang bagi produktivitas yang lebih baik, entah melalui penggunaan perangkat komunikasi digital yang sekarang ini makin banyak tersedia di pasar, atau menciptakan fungsi-fungsi dan tanggung jawab baru dalam organisasi yang semuanya beroperasi dalam platform digital.
Hari ini, kalau kita melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, misalnya, dengan mudah kita temukan orang sedang membaca laporan, membuat persetujuan, mengoreksi bahan, melalui perangkat ponsel mereka.
Tentu saja aktivitas tersebut bisa dikombinasikan dengan memenuhi kebutuhan hiburan seperti mendengarkan musik dan sebagainya, karena secara fitur teknologi sudah semakin mungkin. Karena itu, transformasi digital sendiri belumlah titik. Masih koma. Kata-kata itu harus dilengkapi dengan transformasi digital dalam platform terintegrasi yang bisa diakses secara mobile (bergerak).
Organisasi atau korporasi modern hari ini sudah tidak lagi diisi oleh mereka yang sebagian besar adalah generasi analog atau imigran digital. Semua adalah digital native.
Manusia yang sudah sejak lahir sudah hidup dalam ekosistem digital. Masalahnya adalah, para pengambil keputusan penting dalam organisasi, kerap masih diisi oleh mereka yang tergolong imigran digital atau bahkan sama sekali generasi analog. Keengganan para eksekutif atau pemimpin puncak untuk melihat realitas yang telah tersebut sering menjadi penghambat terbesar dalam transformasi digital.
Pandemi global Covid-19 menguatkan fenomena tersebut. Pandemi ini telah menghentikan aktivitas fisik semua orang dan memaksa mereka untuk tinggal di rumah secara tiba-tiba. Pertemuan daring/virtual menjadi wajib. Pengiriman barang atau dokumen menjadi serba digital.
Operasi bisnis harus dibelokkan ke dalam arus utama dunia digital. Kemudian kita menyaksikan, siapa yang gagal atau terbata-bata merespons situasi, siapa yang relatif mulus menjalankannya, dan siapa yang paling mendapatkan keuntungan dari sana.
Manajemen Digital SDM
Manajemen SDM dalam paradigma lama sering kali dilihat atau dipersepsikan sebagai manajemen pendukung yang menopang setiap karyawan dalam organisasi untuk menjalankan tugasnya. Itu tidak salah. Tetapi, itu hanya merupakan salah satu saja. Manajemen SDM dalam konteks kehidupan digital hari ini, dituntut untuk meluaskan cakrawala untuk menjadi pemimpin dan pendorong dalam seluruh proses transformasi digital organisasi.
Karena itu, manajemen SDM dituntut untuk merancang organisasi, proses bisnis, pengelolaan talenta ke dalam praktik baru berbasis digital yang ditandai dengan adanya budaya inovasi dan berbagi (innovation and sharing). Memetakan setiap potensi individu dalam organisasi atau korporasi dengan demikian menjadi sangat penting, karena budaya inovasi dan berbagi hanya dimungkinkan ketika tersedia infrastruktur yang memungkinkan berlangsungnya proses berinovasi dan saling berbagi tersebut.
Karena itu pula organisasi dan korporasi harus menciptakan ekosistem bekerja yang memberi ruang bagi produktivitas yang lebih baik, entah melalui penggunaan perangkat komunikasi digital yang sekarang ini makin banyak tersedia di pasar, atau menciptakan fungsi-fungsi dan tanggung jawab baru dalam organisasi yang semuanya beroperasi dalam platform digital.