Politik Jalan Tengah Islam Rahmatan Lil Alamin

Jum'at, 03 Juni 2022 - 16:56 WIB
loading...
Politik Jalan Tengah Islam Rahmatan Lil Alamin
Muhaimin Iskandar (Foto: Ist)
A A A
A Muhaimin Iskandar
Wakil Ketua DPR RI, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa

TERLEPAS dari perspektif mana kita melihat, tak bisa dipungkiri bahwa beberapa tahun belakangan ini arah gerakan keagamaan dengan corak ideologi yang tidak moderat tengah menemukan panggung. Gerakan kelompok keagamaan semacam itu layak kita cermati. Beberapa tahun terakhir ini gerakan dengan pengerahan massa dan dimotori gerakan keagamaan tertentu telah berlangsung di beberapa negara Timur Tengah dan bahkan mampu menumbangkan rezim. Sebut saja Mesir misalnya.

Pertanyaan besarnya adalah, apakah pergeseran model dan arah gerakan keagamaan saat ini sedang bergerak ke pendulum yang tidak lagi moderat? Apakah Indonesia saat ini menjadi arena pasar bebas pertarungan ideologi Islam? Beberapa pertanyaan tersebut menarik untuk dilihat dalam perpsektif yang lebih luas.

Satu hal yang pasti, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, merupakan ajang pertempuran ideologi-ideologi besar dunia. Pertarungan itu tidak hanya terjadi dengan ideologi bernuansa Islam, tetapi juga ideologi besar yang sekuler.

Islam Indonesia sejak awal menampilkan karakter yang beragam seiring keanekaragaman penyebaran Islam dari luar ke Nusantara. Tak pelak, kondisi ini memunculkan kecenderungan yang plural dalam menyikapi persoalan-persoalan lokal yang dihadapi masyarakat muslim. Lahirnya berbagai ormas Islam dengan berbagai orientasi ideologinya telah memunculkan aroma konstestasi untuk memperebutkan klaim kebenaran teologis-fiqih dan pengikut sekaligus juga kepentingan ekonomi dan politik kekuasaan.

Pasar Bebas Ideologi Islam Global
Dalam dekade terakhir, tampak begitu kuat penetrasi ideologi Islam datang dari negara-negara Timur Tengah. Berbagai ideologi Islam berhamburan di tengah arus kebebasan dan keterbukaan. Tak ayal, perubahan politik yang demikian ini menyemarakkan gerakan-gerakan Islam, datang silih berganti, mewarnai iklim keagamaan masyarakat Indonesia.

Semakin kukuhnya gerakan-gerakan Islam global mencerminkan bahwa Indonesia adalah kawasan pasar yang menggiurkan. Bukan saja pasar ekonomi yang begitu marak, tetapi juga pasar ideologi Islam, yang sejak zaman dahulu memang sudah menjadi pasar yang mapan. Tak heran, jika sekarang ini gelombang transmisi gerakan-gerakan Islam begitu deras sampai menerjang dan menghantam keberislaman Indonesia yang sudah lama mapan.

Maka jika di era Orde Baru mereka bergerak di bawah tanah, menjadi kelompok-kelompok sel yang tidak berani keluar menunjukkan performance-nya akibat sikap represif Orde Baru terhadap Islam politik, maka pada periode sekarang mereka berani menunjukkan taringnya bahkan sampai pada level melawan kepemimpinan nasional dengan menggelorakan penegakan Khilafah Islamiyah sebagai tujuan utamanya.

Gerakan Wahabi, Hizbut Tahrir, dan Ikhwanul Muslimin adalah representasi dari ideologi Islam global yang terus menerus menyebarkan organisasinya ke seluruh penjuru negara; tidak hanya negara-negara Muslim di Timur Tengah dan Asia Tenggara, tetapi juga negara-negara Eropa dan Amerika. Apa yang mereka lakukan adalah merekrut anggota baru, mengubah keyakinan masyarakat, dan memperjuangkan agenda-agenda mereka.

Di tengah pertarungan ideologi, gerakan-gerakan dengan corak moderat dan selalu mengakomodasi lokalitas-baik ormas maupun partai politik-justru tampak kedodoran menghadapi maraknya gerakan keagamaan yang secara terang-terangan mengarahkan bandul pendulumnya ke kanan.

Masyarakat pun tampak cenderung memilih pilihan yang tegas. Peristiwa aksi 411 dan 212 atas nama pembelaan penistaan agama beberapa waktu lalu adalah bukti nyata bagaimana gerakan keagamaan harus mampu lebih progresif dan jelas memposisikan dirinya.

Masyarakat pun tampak mulai menimbang kembali sikap moderatisme keagamaan yang gamang bersikap atas berbagai peristiwa soal keagamaan yang terjadi di Tanah Air.

Tesis ini mungkin tampak terlalu dini. Tetapi fenomena besar itu setidaknya menunjukkan bahwa gerakan keagamaan dengan posisi yang jelas, apapun bentuknya, tampak sedang menemukan panggung dan momentumnya.

Merefleksi semua itu, menjadi amat penting untuk kembali memberi peneguhan akan komitmen nilai-nilai kebangsaan yang akhir-akhir ini mulai terkoyak dan tercederai. Persis di titik itulah pentingnya meneguhkan kembali nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin dengan pemaknaan yang progresif dan visioner sebagai jalan tengah dan garda depan yang akan mengawal keindonesiaan dalam bingkai kemajemukan.

Spirit dan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin tersebut harus menjiwai dan menjadi ruh dalam gerak politik, praktik kenegaraan, maupun praktik keberagamaan di Tanah Air. Islam rahmatan lil alamin adalah sebuah konsep dimana kehadiran Islam di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi umat manusia.

Konsep tersebut ingin menunjukkan bahwa Islam hadir untuk memberi jalan terang bagi kemaslahatan umat manusia, dalam seluruh lini perjuangan, tanpa memandang latar belakang agama, suku, ras dan golongan. Itulah sejatinya inti dan ruh politik rahmatan lil ‘alamin yang harus selalu diteguhkan di tengah polarisasi, gesekan, serta sentimen berbagai kelompok di masyarakat.

Pilihan untuk tetap konsisten memperjuangankan Islam rahmatan lil alamin tentu tidak lahir secara tiba-tiba dan muncul dari ruang hampa. Ia lahir lewat pergulatan sejarah yang membentuknya. Konsep Islam rahmatan lil alamin secara nyata terajawantah dalam paham ahlussunah wal jama’ah (aswaja) yang jelas mempunyai akar sejarah panjang dalam kelahirannya.

Sejak kelahiran bangsa ini, konsep aswaja yang mengedepankan Islam yang rahmatan lil ‘alamin secara konsisten mengusung konsep Islam yang mengedepankan nilai kedamaian, harmoni, dan kasih sayang. Konsep ini bisa menunjukkan sikap moderat serta toleran ketika berhadapan dengan arus peradaban umat manusia yang berbeda aliran, paham, dan bahkan agama sekalipun.

Atas dasar itulah, peneguhan Islam rahmatan lil alamin yang diejawantahkan dalam praktik politik kebangsaan mempunyai peran besar untuk tetap membingkai bangsa ini berada pada khittahnya, yakni sebuah nilai untuk terus berpegang teguh pada karakter dan nilai-nilai keindonesian sesuai dengan lokalitas, budaya serta tradisi yang melingkupinya dengan tetap berwawasan global.

Dalam praktik bernegara, sudah saatnya partai politik harus mampu mengambil peran-peran strategis dalam kemajuan bangsa. Partai politik harus mampu menangkap peluang dan tantangan serta menggerakkan pikiran dan tindakan nyata bagi transformasi kehidupan berbangsa jauh ke depan. Transformasi harus benar-benar bisa dilakukan sebuah partai untuk melakukan terobosan di tengah berbagai sendi kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang saat ini tampak begitu kedodoran.

Politik jalan tengah Islam rahmatan lil alamin diharapan mampu menjadi landasan moral dan etis bagi bangsa ini dalam menyelesaikan masalah kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi, ketimpangan dan kesenjangan, serta kemajemukan budaya bangsa.

Baca Juga: koran-sindo.com
(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2237 seconds (0.1#10.140)