Refleksi Hari Bakti Dokter Indonesia
loading...
A
A
A
Di luar kantor PB IDI kami makin intens bertemu dengan Bang Amir, Bung Melki, dan Bung Franky. Begitu pula dengan Bung J. Osdar (wartawan senior KOMPAS) dan Bang Heri Rakhmadi (Bamboedoea Komunikasi). Bang Heri yang menawarkan diri untuk membuatkan logo resminya sekaligus menawarkan diri untuk membantu strategi komunikasinya. Mengapa meminta pendapat orang luar IDI? Sebab IDI sadar sedang mengusung tema besar, yang tidak mungkin dapat diselesaikan sendiri. IDI perlu masukan dari teman diskusi yang kristis. Dan juga IDI perlu dukungan untuk mengomunikasikan ke berbagai pihak.
Rapat pleno PB IDI menetapkan tema besar, “Menyongsong Seabad Kiprah Dokter Indonesia dan Seabad Kebangkitan Nasional” dengan sub-temanya, “Semangat Kebangkitan Nasional adalah Semangat Dokter Indonesia Menyehatkan Bangsa.” Program prioritasnya: 1. Revitalisasi semangat Kebangkitan Nasional melalui budaya sehat. 2. Memperkuat implementasi humanisme, etika, dan kompetensi dokter Indonesia.
Disepakati pula puncak dari rangkaian kegiatan adalah hari dicanangkannya 20 Mei sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada hari itu pula para dokter membebaskan dan atau menyumbangkan jasa medisnya. Selama setahun PB IDI menggelar rangkaian program, seperti: Diskusi Publik Bulanan, Kemah Relawan IDI di Bontang, Dokter Kecil IDI Award, Indo Medika Expo, Seminar Urun Rembug Nasional, menerbitkan buku Indonesia Caring Physician, dan membuat paket VCD untuk Dokter Indonesia (salah satu isinya adalah film dokumenter Seabad Kiprah Dokter Indonesia).
Untuk penulisan draf proposal dan pembuatan film dokumenter dipercayakan kepada dr. Gatot Soetono, MPH. Dan sebagai bagian dari strategi komunikasi PB IDI mencetak pin, dan juga mencetak banner. Bang Amir menawarkan diri untuk membantu mengurus banner ini.
Diskusi publik 21 April 2008 bertema “Membangun Nasionalisme Baru Indonesia.” Hadir Dr. Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI) dan Prof. Muhammad Nuh (Menkoinfo RI, selaku Ketua Panitia Nasional Harkitnas) serta dr. Samsi Jacobalis, Sp.B (PB IDI) sebagai nara sumber. Usai diskusi dilanjutkan pengibaran giant banner, “Menyongsong Seabad Kiprah Dokter Indonesia dan Seabad Kebangkitan Nasional.”
Pengibaran giant banner cukup menarik perhatian karena munculnya Bung Franky. Petikan gitar dan alunan lagu Perjalanan mengiringi pemasangan giant banner. Dua bait lagu berikut dinyanyikan berulang-ulang sampai banner terpasang.
“…Duduk di hadapanku seorang ibu
Dengan wajah sendu, sendu kelabu
Penuh rasa haru dia menatapku
Penuh rasa haru dia menatapku
Seakan ingin memeluk.. diriku..
Dia lalu bercerita tentang
Anak gadisnya yang t’lah tiada
Karna sakit dan tak terobati…"
Untuk Apa Hari Bakti Dokter Indonesia? Melalui proposal kegiatan maupun penjelasan Ketua Umum PB IDI saat beraudiensi dengan Presiden RI, 20 Juni 2007 di Istana Negara pertanyaan itu telah terjawab. IDI menyatakan rencana memperingati secara khusus Seabad Kebangkitan Nasional, yang sekaligus melekat Seabad Kiprah Dokter Indonesia. IDI ingin memanfaatkan momentum tersebut untuk merevitalisasi peran dokter Indonesia agar tidak hanya sebagai agent of treatment, namun juga sebagai agent of social change dan agent of development.
Pada hakikatnya, Trias Peran ini merupakan warisan luhur para dokter pendahulu sejak era Boedi Oetomo, yang telah menempatkan peran strategis dokter Indonesia dalam konteks kebangsaan. IDI ingin menggalang potensi dokter dan masyarakat untuk berkontribusi dalam proses pembangunan kesehatan bangsanya. Pemikiran dan niat baik IDI disambut baik oleh Presiden RI dan kemudian menginstruksikan PB IDI untuk berkoordinasi dengan Mensesneg, Menseskab, dan Menkes.
Rapat pleno PB IDI menetapkan tema besar, “Menyongsong Seabad Kiprah Dokter Indonesia dan Seabad Kebangkitan Nasional” dengan sub-temanya, “Semangat Kebangkitan Nasional adalah Semangat Dokter Indonesia Menyehatkan Bangsa.” Program prioritasnya: 1. Revitalisasi semangat Kebangkitan Nasional melalui budaya sehat. 2. Memperkuat implementasi humanisme, etika, dan kompetensi dokter Indonesia.
Disepakati pula puncak dari rangkaian kegiatan adalah hari dicanangkannya 20 Mei sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada hari itu pula para dokter membebaskan dan atau menyumbangkan jasa medisnya. Selama setahun PB IDI menggelar rangkaian program, seperti: Diskusi Publik Bulanan, Kemah Relawan IDI di Bontang, Dokter Kecil IDI Award, Indo Medika Expo, Seminar Urun Rembug Nasional, menerbitkan buku Indonesia Caring Physician, dan membuat paket VCD untuk Dokter Indonesia (salah satu isinya adalah film dokumenter Seabad Kiprah Dokter Indonesia).
Untuk penulisan draf proposal dan pembuatan film dokumenter dipercayakan kepada dr. Gatot Soetono, MPH. Dan sebagai bagian dari strategi komunikasi PB IDI mencetak pin, dan juga mencetak banner. Bang Amir menawarkan diri untuk membantu mengurus banner ini.
Diskusi publik 21 April 2008 bertema “Membangun Nasionalisme Baru Indonesia.” Hadir Dr. Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI) dan Prof. Muhammad Nuh (Menkoinfo RI, selaku Ketua Panitia Nasional Harkitnas) serta dr. Samsi Jacobalis, Sp.B (PB IDI) sebagai nara sumber. Usai diskusi dilanjutkan pengibaran giant banner, “Menyongsong Seabad Kiprah Dokter Indonesia dan Seabad Kebangkitan Nasional.”
Pengibaran giant banner cukup menarik perhatian karena munculnya Bung Franky. Petikan gitar dan alunan lagu Perjalanan mengiringi pemasangan giant banner. Dua bait lagu berikut dinyanyikan berulang-ulang sampai banner terpasang.
“…Duduk di hadapanku seorang ibu
Dengan wajah sendu, sendu kelabu
Penuh rasa haru dia menatapku
Penuh rasa haru dia menatapku
Seakan ingin memeluk.. diriku..
Dia lalu bercerita tentang
Anak gadisnya yang t’lah tiada
Karna sakit dan tak terobati…"
Untuk Apa Hari Bakti Dokter Indonesia? Melalui proposal kegiatan maupun penjelasan Ketua Umum PB IDI saat beraudiensi dengan Presiden RI, 20 Juni 2007 di Istana Negara pertanyaan itu telah terjawab. IDI menyatakan rencana memperingati secara khusus Seabad Kebangkitan Nasional, yang sekaligus melekat Seabad Kiprah Dokter Indonesia. IDI ingin memanfaatkan momentum tersebut untuk merevitalisasi peran dokter Indonesia agar tidak hanya sebagai agent of treatment, namun juga sebagai agent of social change dan agent of development.
Pada hakikatnya, Trias Peran ini merupakan warisan luhur para dokter pendahulu sejak era Boedi Oetomo, yang telah menempatkan peran strategis dokter Indonesia dalam konteks kebangsaan. IDI ingin menggalang potensi dokter dan masyarakat untuk berkontribusi dalam proses pembangunan kesehatan bangsanya. Pemikiran dan niat baik IDI disambut baik oleh Presiden RI dan kemudian menginstruksikan PB IDI untuk berkoordinasi dengan Mensesneg, Menseskab, dan Menkes.