Idul Fitri, Puncak Ibadah yang Menyatukan dan Menguatkan
loading...
A
A
A
Bambang Soesatyo
Ketua MPR RI/Kandidat Doktor Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Fakultas Hukun, Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FHISIP) Universitas Terbuka
BERSAMA komunitas muslim di seluruh dunia, umat Islam Indonesia mulai menyongsong dan segera merayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah. Sebagai keutamaan yang mempersatukan, Idul Fitri menjadi puncak ibadah puasa bulan suci Ramadhan. Dihayati sebagai Hari Kemenangan, Idul Fitri pun menghadirkan kebahagiaan karena menjadi momen berkumpul dengan keluarga dan kerabat.
Rangkaian kegiatan menuju perayaan Idul Fitri hingga tradisi mudik adalah puncak kebersamaan yang mempersatukan. Kebersamaan dan persatuan itu sudah terwujud sejak umat bersama-sama mengawali puasa Ramadhan. Umat melaksanakan salat tarawih bersama, tadarus bersama, dan melaksanakan kegiatan ibadah lainnya pun bersama-sama.
Menguatnya kebersamaan dan persatuan itu terus berproses saat masyarakat melakukan kegiatan amal, dan juga saat perjalanan mudik menuju kampung halaman untuk bertemu sanak saudara. Semuanya terukir indah karena umat fokus menyongsong Hari Kemenangan.
Semua kegiatan amal yang dilaksanakan selama bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri selalu bersifat kolektif. Dari kegiatan amal itu, tercermin sifat gotong royong umat. Bulan suci ramadhan selalu memunculkan semangat dan keinginan untuk saling membantu guna mewujudkan semua amaliyah. Mereka yang berlebih membantu yang miskin, yang berpunya membantu yang fakir.
Ada amal jariah, sedekah, dan zakat yang semuanya menunjukkan semangat kepedulian dan membantu sesama yang membutuhkan. Praktik kegiatan amal ini juga dibungkus dengan kearifan lokal. Tujuan utamanya adalah semua orang bisa merayakan Idul Fitri dengan gembira, sukacita, dan terbebas dari urusan-urusan yang memberatkan.
Itu sebabnya, bulan suci Ramadhan dipahami dan dimaknai sebagai bulan penuh berkah. Sebab, pada momentum itulah terwujud kesatuan dan persatuan untuk membantu mereka yang lemah. Terlebih, kepedulian terhadap sesama diwujudkan dengan ketulusan bergotong royong sebagai roh pelaksanaan puasa Ramadhan menuju hari yang fitri. Sesama umat Islam sesungguhnya bersaudara dalam iman dan bersaudara dalam kemanusiaan dengan umat nonmuslim.
Umat paham bahwa esensi lain dari Idul Fitri adalah kemauan untuk peduli. Karakter peduli, yang sejatinya sudah menjadi karakter bangsa, hendaknya kembali digelorakan pada saat datangnya Idul Fitri. Mereka yang berlebih berbagi melalui infak, sedekah, dan zakat.
Siapa pun didorong untuk menjadi pribadi yang tulus dalam berbagi. Tak harus banyak, karena nilai bukan yang utama melainkan ketulusan. Berbagi dan memberi kepada sesama yang lemah adalah wujud ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Ketua MPR RI/Kandidat Doktor Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Fakultas Hukun, Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FHISIP) Universitas Terbuka
BERSAMA komunitas muslim di seluruh dunia, umat Islam Indonesia mulai menyongsong dan segera merayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah. Sebagai keutamaan yang mempersatukan, Idul Fitri menjadi puncak ibadah puasa bulan suci Ramadhan. Dihayati sebagai Hari Kemenangan, Idul Fitri pun menghadirkan kebahagiaan karena menjadi momen berkumpul dengan keluarga dan kerabat.
Rangkaian kegiatan menuju perayaan Idul Fitri hingga tradisi mudik adalah puncak kebersamaan yang mempersatukan. Kebersamaan dan persatuan itu sudah terwujud sejak umat bersama-sama mengawali puasa Ramadhan. Umat melaksanakan salat tarawih bersama, tadarus bersama, dan melaksanakan kegiatan ibadah lainnya pun bersama-sama.
Menguatnya kebersamaan dan persatuan itu terus berproses saat masyarakat melakukan kegiatan amal, dan juga saat perjalanan mudik menuju kampung halaman untuk bertemu sanak saudara. Semuanya terukir indah karena umat fokus menyongsong Hari Kemenangan.
Semua kegiatan amal yang dilaksanakan selama bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri selalu bersifat kolektif. Dari kegiatan amal itu, tercermin sifat gotong royong umat. Bulan suci ramadhan selalu memunculkan semangat dan keinginan untuk saling membantu guna mewujudkan semua amaliyah. Mereka yang berlebih membantu yang miskin, yang berpunya membantu yang fakir.
Ada amal jariah, sedekah, dan zakat yang semuanya menunjukkan semangat kepedulian dan membantu sesama yang membutuhkan. Praktik kegiatan amal ini juga dibungkus dengan kearifan lokal. Tujuan utamanya adalah semua orang bisa merayakan Idul Fitri dengan gembira, sukacita, dan terbebas dari urusan-urusan yang memberatkan.
Itu sebabnya, bulan suci Ramadhan dipahami dan dimaknai sebagai bulan penuh berkah. Sebab, pada momentum itulah terwujud kesatuan dan persatuan untuk membantu mereka yang lemah. Terlebih, kepedulian terhadap sesama diwujudkan dengan ketulusan bergotong royong sebagai roh pelaksanaan puasa Ramadhan menuju hari yang fitri. Sesama umat Islam sesungguhnya bersaudara dalam iman dan bersaudara dalam kemanusiaan dengan umat nonmuslim.
Umat paham bahwa esensi lain dari Idul Fitri adalah kemauan untuk peduli. Karakter peduli, yang sejatinya sudah menjadi karakter bangsa, hendaknya kembali digelorakan pada saat datangnya Idul Fitri. Mereka yang berlebih berbagi melalui infak, sedekah, dan zakat.
Siapa pun didorong untuk menjadi pribadi yang tulus dalam berbagi. Tak harus banyak, karena nilai bukan yang utama melainkan ketulusan. Berbagi dan memberi kepada sesama yang lemah adalah wujud ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.