Urgensi Vaksin Covid-19 dan Peluang Bio Farma Indonesia

Kamis, 18 Juni 2020 - 07:29 WIB
loading...
A A A
Dari beberapa kandidat vaksin aktif yang dikonfirmasi, ada 56 (72%) sedang dikembangkan oleh pengembang swasta/industri sehingga sisanya 22 (28%) proyek dipimpin oleh akademik, sektor publik, dan organisasi nirlaba lainnya. Meskipun sejumlah pengembang vaksin multinasional besar (seperti Janssen, Sanofi, Pfizer dan GlaxoSmithKine) telah terlibat dalam pengembangan vaksin COVID-19, banyak pengembang utama kecil dan/atau tidak berpengalaman dalam pembuatan vaksin skala besar.

Jadi, yang terpenting adalah memastikan adanya koordinasi dalam pembuatan vaksin dan kapabilitas pasokan serta kapasitas untuk memenuhi permintaan. Sebagian besar kegiatan pengembangan vaksin COVID-19 berada di Amerika Serikat, sebanyak 36 (46%) pengembang kandidat vaksin aktif yang dikonfirmasi dibandingkan dengan 14 (18%) di China, 14 (18%) di Asia (tidak termasuk China) dan Australia, dan 14 (18%) di Eropa.

Peluang “Bio Farma” Indonesia

Perjuangan mengembangkan vaksin sangat penting karena keharusan untuk adanya upaya mempercepat, ada indikasi bahwa vaksin bisa tersedia dalam penggunaan darurat minimal akhir tahun ini. Mengingat penyakit Covid-19 ini sudah menjadi pandemi dan memiliki tingkat penularan dan fatalitasnya yang tinggi.

Penemuan vaksin tentu merupakan sebuah keharusan untuk pencegahan membludaknya kasus-kasus baru ataupun mencegah the second peak of Covid-19. Karena dengan menemukan vaksin Covid-19, maka penyakit ini bisa dicegah bahkan dieliminasikan di masa-masa mendatang. Di Amerika Serikat telah ada tujuh calon vaksin yang telah diuji klinis, yaitu diuji coba pada pasien dan dibandingkan dengan kontrol. Bahkan sudah masuk uji klinis fase 2/3. Hal ini akan menambah optimisme kita bahwa wabah Covid-19 mampu kita lawan dan hadapi.

Dengan melihat kondisi global dan kepentingan nasional Indonesia, pencarian dan penemuan vaksin Covid-19 sebetulnya juga menjadi peluang bagi Indonesia, khususnya PT (Persero) Bio Farma yang merupakan perusahaan berumur lebih dari seratus tahun, warisan era penjajahan Belanda yang masih mampu bertahan sampai saat ini. Perusahaan ini bahkan telah tumbuh dan berkembang pesat karena memiliki human capital dan keunggulan teknologi dalam produksi vaksin dan sera.

PT (Persero) Bio Farma telah lebih dari lima tahun mendapatkan penugasan dari WHO sebagai pemasok kebutuhan vaksin global. Perusahaan ini mampu memasok lebih dari 18 negara dengan revenue sekitar 60–70% berasal dari ekspor. Perusahaan ini dengan pengalaman panjang yang dimilikinya, sangat dimungkinkan menjadi perusahaan bioteknologi yang advanced karena teknologi pembuatan vaksin telah dikuasainya dengan baik.

Apabila diberi peluang membangun kolaborasi dengan berbagai perusahaan global, maka perusahaan ini akan menjadi perusahaan terkemuka di dunia yang membanggakan Indonesia. PT (Persero) Bio Farma memiliki tenaga ahli berkualifikasi internasional dan memiliki kesiapan membangun kerja sama strategis dengan perusahaan kelas dunia, terutama kesiapannya dalam alih teknologi untuk pembuatan vaksin, seperti vaksin kanker, vaksin malaria, vaksin meningitis, vaksin influenza, dan lain-lain.

Wabah pandemi Covid-19 menjadi ancaman dunia yang menginfeksi jutaan penduduk dunia. Oleh karena itu, semua penyakit akibat infeksi virus, drag of choices, atau pengobatan utamanya adalah vaksin. Sebab, kondisi ini menjadi peluang emas bagi Bio Farma untuk turut serta upaya strategis dalam perlombaan menemukan vaksin Covid-19, dengan strategi menemukan sendiri vaksin Covid-19, ataupun bekerja sama dengan perusahaan farmasi global.

Kedua strategi tersebut akan memberikan manfaat bagi Bio Farma dan Indonesia dalam dua hal, yaitu Indonesia turut aktif dalam proses melawan Covid-19 secara global dan kelak jika vaksinnya ditemukan bisa menjadi pemasukan ratusan triliun rupiah bagi kepentingan pasokan ekonomi nasional. Semoga perjuangan para perusahaan farmasi dan ilmuwan tersebut bisa sukses dalam waktu yang tidak terlalu lama sehingga wabah Covid-19 bisa segera diatasi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1151 seconds (0.1#10.140)