Sains, Saintis, dan Vaksin Corona

Kamis, 18 Juni 2020 - 04:41 WIB
loading...
A A A
Contoh lain bisa dilihat saat Indonesia berhasil menciptakan varietas padi unggul pada 1970an. Keberhasilan sains ini rupanya memiliki dampak yang menghancurkan. Pemerintah Orde Baru memperkenalkan varietas unggul modern dari IRRI, IR5, dan IR8, yang memiliki produktivitas tinggi, umur lebih genjah, dan sangat responsif terhadap pupuk. Pada 1971, varietas Pelita I-1 dan Pelita I-2 dilepas. Varietas ini berasal dari persilangan IR5 dengan Sintha, tapi bencana hadir. Dua varietas padi unggul ini rentan terhadap hama wereng coklat. Karena kesesuaian mutasi genetika, hama wereng coklat berevolusi menjadi lebih ganas. Mimpi peningkatan produktivitas pun berantakan.

Lalu apa batasan dari argumen relativistik. Sebagai amunisi debat, argumen relativistik GM tentu memiliki pesonanya sendiri. Dengan mengutip sejumlah nama filosof beken, seperti Husserl, Heidegger, Popper, dan lain-lain, GM memang berhasil membuktikan masalah-masalah yang dihadapi oleh sains. Tapi sekali lagi, argumen itu hanya menarik sebagai amunisi.

Untuk itu, salah seorang ahli fisika partikel terbesar Edward Witten suatu kali pernah menyindir argumen relativistik Thomas Kuhn dengan sinis. Sindiran ini sejatinya berlaku juga untuk GM. Filsafat Kuhn, baginya, tidak dianggap terlalu serius kecuali sebagai standar perdebatan, bahkan oleh para pendukungnya sekalipun. Karena itu, argumen Kuhn yang relativistik terhadap sains pun mudah dipatahkan Witten. Ia melakukan itu cukup dengan satu kalimat pertanyaan ringan: Apakah Kuhn pergi ke dokter waktu ia sakit? Nyatanya Kuhn melakukan itu sebelum ia meninggal dunia karena kanker paru pada 1996 silam. Ini membuktikan Kuhn meyakini ilmu pengetahuan dan bukan filsafat relativistiknya.

Jalan Keluar

Merujuk pada batasan yang kami kupas, sesungguhnya tidak ada yang salah dengan sains. Sikap saintislah yang bermasalah. Kepongahan saintis yang membuat sains menjadi buruk. Itulah sebab manusia terkadang menggunakan sains untuk mengintimidasi dan mengendalikan, mengeksploitasi, serta menindas manusia lain.

Mae Wan Ho, pelopor pemikiran “fisika organisme”, dalam bukunya yang luar biasa Genetic Engineering: Dream or Nightmare? The Brave New World of Bad Science and Big Business (2008) pernah mengingatkan bagaimana ilmu pengetahuan bisa menjadi buruk.

Mae mencontohkan kasus pada rekayasa genetika yang menjadi berbahaya karena aliansi dua kekuatan: ilmu dan perdagangan. Menurutnya, rekayasa genetik adalah ilmu buruk karena bekerja sama dengan bisnis raksasa guna mendapatkan laba dengan cepat. Praktis, semua ilmuwan genetika molekuler secara langsung atau tidak memiliki hubungan dengan industri. Hal ini kemudian membatasi jenis riset yang bisa dan akan dilakukan saintis. Integritas mereka sebagai saintis independen pun dikompromikan. Pola aliansi inilah yang menurut Mae telah mempertajam kesenjangan antara Utara dan Selatan, antara yang kaya dan miskin.

Bagaimana dengan kasus pandemi korona. Saat ini WHO menyebutkan terdapat 125 proyek vaksin yang sedang dikerjakan untuk menanggulangi virus. Sepuluh kandidat vaksin potensial sekarang sedang diuji pada manusia. Namun, pengerjaan vaksin ini dilakukan dengan pola aliansi yang sama. Kita tidak pernah tahu niatan industri yang akan memproduksi vaksin selama pandemi korona, apa sekadar mencari laba atau untuk barang publik global tanpa profit?

Untuk itu, kita memerlukan jalan keluar dari persoalan semacam ini. Usul kami, manusia perlu mengembangkan apa yang disebut oleh Hidayat Nataadmadja sebagai inteligensi spiritual. Berdasarkan pandangan ini, ilmu akan selalu dipandang memiliki nilai moral dan tidak bisa dipisahkan dari nilai tersebut. Jika ini yang dijadikan pedoman, maka jawaban untuk pertanyaan di atas adalah vaksin dibuat semata untuk “barang publik global”.
(maf)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0991 seconds (0.1#10.140)