Kebugaran Orang Indonesia Rendah
loading...
A
A
A
“Di luar olahraga prestasi selama ini kita tidak punya data. Karena tujuan pembagunan kelolahragaan tidak hanya prestasi, kami ingin tahu capaiainya seperti apa, sehingga dengan itu kami lakukan pendataan,” ujar Asisten Deputi Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Kemenpora, Suyadi Pawiro saat dihubungi Jumat (28/1) akhir pekan lalu.
Suyadi menyebut data seperti partisipasi olahraga yang menjadi salah satu dimensi penelitian SDI 2021 sangat penting. “Kalau kita bandingkan dengan negara maju kita ketinggalan. Contoh Australia, pada 2017 tingkat partsipasi olahraga masyarakatnya sudah 87%,” ujarnya.
Kendati demikian, Kemepora tidak bisa serta merta membandingkan data partisipasi olahragara dalam negeri dengan luar negeri karena gaya dan pola hidup berbeda.
Hal yang terpenting setelah pihaknya mendapatkan data SDI 2021 adalah ini apa langkah selanjutnya untuk meningkatkan partisipasi olahraga masyarakat.
“What's next, apa yang akan dilakukan pemrintah, dalam hal ini Kemenpora, untuk mendorong partisipasi olaharga,” ujarnya.
Diakuinya, Kemenpora tidak bisa bekerja sendiri karena lembaga tersebut sufatnya hanya memformulasi kebijakan. Adapun yang memiliki penduduk atau masyarakat, juga ruang terbuka berolahraga adalah pemerintah kabupaten/kota.
“Angka partisipasi olahraga hanya 32,83%. Ini tergolong rendah sekali. Ini tantangan kami, tantangan terbesar bagaimana pemerintah kabupayen/kota mendorong masyarakat berolahraga,” ujarnya.
Di negara maju, kata dia, ada regulasi yang “memaksa” orang beraktivitas fisik. Contoh, ketika akan membangun sekolah, maka tidak boleh gedung mepet ke jalan. Atau orang tua anak tidak boleh menurunkan anak di depan pintu sekolah. “Diajarkan menggunakn tranportasi publik, karena dari rumah menuju bis tempat anak turun ada kesempatan berjalan kaki,” ujarnya.
Pemerintah disebutnya akan bekerja keras mencapai target partisipasi olahraga. Dalam Desain Olaharga Nasional yang merujuk Visi Indeonesia Emas 2045, target partispasi olahraga masyarakat adalah 70%. Selain itu, pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), di akhir pemerintahan Presiden Jokowi target partsipasi olahraga mencapai 40%.
“Ini ada tantangan besar ketika Covid-19 masih berlangsung, padahal dua atau tiga tahun ini target kami mengatasi gap yanga da, dan mencapai partisipasi 40%,” paparnya.
Suyadi menyebut data seperti partisipasi olahraga yang menjadi salah satu dimensi penelitian SDI 2021 sangat penting. “Kalau kita bandingkan dengan negara maju kita ketinggalan. Contoh Australia, pada 2017 tingkat partsipasi olahraga masyarakatnya sudah 87%,” ujarnya.
Kendati demikian, Kemepora tidak bisa serta merta membandingkan data partisipasi olahragara dalam negeri dengan luar negeri karena gaya dan pola hidup berbeda.
Hal yang terpenting setelah pihaknya mendapatkan data SDI 2021 adalah ini apa langkah selanjutnya untuk meningkatkan partisipasi olahraga masyarakat.
“What's next, apa yang akan dilakukan pemrintah, dalam hal ini Kemenpora, untuk mendorong partisipasi olaharga,” ujarnya.
Diakuinya, Kemenpora tidak bisa bekerja sendiri karena lembaga tersebut sufatnya hanya memformulasi kebijakan. Adapun yang memiliki penduduk atau masyarakat, juga ruang terbuka berolahraga adalah pemerintah kabupaten/kota.
“Angka partisipasi olahraga hanya 32,83%. Ini tergolong rendah sekali. Ini tantangan kami, tantangan terbesar bagaimana pemerintah kabupayen/kota mendorong masyarakat berolahraga,” ujarnya.
Di negara maju, kata dia, ada regulasi yang “memaksa” orang beraktivitas fisik. Contoh, ketika akan membangun sekolah, maka tidak boleh gedung mepet ke jalan. Atau orang tua anak tidak boleh menurunkan anak di depan pintu sekolah. “Diajarkan menggunakn tranportasi publik, karena dari rumah menuju bis tempat anak turun ada kesempatan berjalan kaki,” ujarnya.
Pemerintah disebutnya akan bekerja keras mencapai target partisipasi olahraga. Dalam Desain Olaharga Nasional yang merujuk Visi Indeonesia Emas 2045, target partispasi olahraga masyarakat adalah 70%. Selain itu, pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), di akhir pemerintahan Presiden Jokowi target partsipasi olahraga mencapai 40%.
“Ini ada tantangan besar ketika Covid-19 masih berlangsung, padahal dua atau tiga tahun ini target kami mengatasi gap yanga da, dan mencapai partisipasi 40%,” paparnya.