Melacak Jejak Harimau Jawa, Raja Rimba yang Menolak Punah (3-tamat)

Minggu, 14 November 2021 - 01:54 WIB
loading...
A A A
baca juga: Wujudkan Nagari Ramah Harimau, BKSDA Sumbar Bentuk Tim Pagari di Agam

Secara berkala, yakni setiap dua pekan sekali, tim BKSDA datang ke lokasi untuk mengecek hasil. Pelacakan yang dilakukan tidak mudah mendapatkan hasil. Hal itu terkait dengan sifat harimau yang sensitif dengan hal asing dan memiliki naluri yang tajam. Misalnya, menjauhi bau manusia. Begitu juga terhadap suara, yakni seperti bunyi mesin atau sepeda. Harimau biasanya merasa terganggu, dan memilih menghindar.

Sementara kawasan hutan lereng Gunung Wilis relatif luas, yakni meliputi enam kabupaten. Mulai Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Nganjuk, Kabupaten Ponorogo, hingga Madiun. Jika harimau itu ada, kemungkinan berpindah tempat karena terganggu aktivitas manusia, dan itu sangat mungkin terjadi. Istilah orang Jawa bejo bejan (untung untungan), jika harimau Jawa bisa terekam kamera pengintai.

baca juga: Jual Kulit dan Tengkorak Harimau Sumatera Rp70 Juta, 2 Warga Aceh Tengah Ditangkap

Pelacakan harimau dengan menggunakan kamera pengintai juga bukan pertama kalinya dilakukan. Beberapa tahun sebelumnya, di wilayah Kabupaten Pacitan, BKSDA juga pernah memasang kamera serupa. Aktifitas dilakukan menyusul adanya laporan warga yang melihat seekor macan kumbang. Dan sampai kamera diambil kembali, belum juga memperoleh hasil. Begitu juga dengan tujuh kamera pengintai yang dipasang di lereng Gunung Wilis, juga belum mendapatkan hasil.

Untuk memperluas area pelacakan, jumlah kamera pengintai pun ditambah. Pelacakan tidak hanya berlaku untuk harimau Jawa, tetapi juga macan kumbang, macan tutul termasuk burung merak. Begitu juga dengan lokasi pelacakan. Tidak hanya di kawasan lereng Gunung Wilis. Tapi juga berlaku pada lereng Gunung Kelud yang juga memiliki kawasan hutan cukup tebal.

baca juga: Kasus Perdagangan Tulang Harimau di Pasaman Barat Siap Disidangkan

Setelah tiga bulan pengintaian, tim tidak juga menemukan penampakan harimau Jawa, hingga kamera pengintai ditarik dari lokasi dan diobservasi lebih jauh. Sementara di sisi lain, tidak ada lagi laporan warga setempat yang melihat keberadaan harimau, bahkan hingga detik ini.

Nyoto Santoso, dosen Fakultas Kehutanan IPB, dalam opininya di Koran SINDO/2017, berjudul Harimau Jawa dan Arti Penting Keberadaannya, menyatakan, dalam ekosistem, keberadaan flora dan fauna harus seimbang dan lestari. Jika salah satunya musnah, keseimbangan ekosistem terguncang. Dan ujungnya, manusialah yang paling menderita. Dari perspektif inilah, kita melihat pentingnya keberadaan harimau Jawa.

baca juga: Tragis, Harimau Sumatera Mati Terkena Jerat Babi yang Dipasang Warga
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2069 seconds (0.1#10.140)