Membedah Riset Kesehatan Pada Air Minum dalam Kemasan
loading...
A
A
A
Pada intinya, penelitian berujung temuan bahwa 93% dari total 259 botol sampel air minum kemasan yang diuji menunjukkan sejumlah tanda telah terjadi kontaminasi mikroplastik.
Dengan bantuan program komputer, riset menghitung ukuran, konsentrasi dan jenis mikroplastik pada semua sampel. Dari situ diketahui rata-rata ada 10,4 partikel mikroplastik dengan ukuran di atas 10 mikrometer per liter dalam setiap botol sampel.
Sementara itu, pemeriksaan dengan mikroskop FTIR mengonfirmasi partikel renik yang berhasil diidentikasi adalah polimer plastik dengan jenis yang paling dominan adalah polypropylene, jamak digunakan sebagai bahan baku produksi tutup botol air minum kemasan.
Dalam bagian akhir, laporan mempertimbangkan fakta belum ada penelitian yang konklusif terkait dampak kontaminasi mikroplastik pada manusia dan fenomena masifnya konsumsi air minum kemasan di seluruh dunia. Lantaran itulah, riset kemudian merekomendasikan pengurangan produksi dan konsumsi air minum kemasan botol plastik, utamanya untuk mereka yang tinggal di wilayah di mana masih tersedia air keran yang bersih dan sehat.
Masih dalam laporan yang sama, peneliti menyebut hanya ada sedikit penelitian kontaminasi mikroplastik dalam air minum kemasan yang telah dipublikasikan di Indonesia. Ini paradoks mengingat Indonesia adalah produsen sampah plastik terbesar kedua di dunia, memliki 1.145 produsen air minum kemasan yang tersebar di seantero negeri, dengan tingkat konsumsi air minum kemasan mencapai 26,2 miliar liter pada 2016.
Dengan bantuan program komputer, riset menghitung ukuran, konsentrasi dan jenis mikroplastik pada semua sampel. Dari situ diketahui rata-rata ada 10,4 partikel mikroplastik dengan ukuran di atas 10 mikrometer per liter dalam setiap botol sampel.
Sementara itu, pemeriksaan dengan mikroskop FTIR mengonfirmasi partikel renik yang berhasil diidentikasi adalah polimer plastik dengan jenis yang paling dominan adalah polypropylene, jamak digunakan sebagai bahan baku produksi tutup botol air minum kemasan.
Dalam bagian akhir, laporan mempertimbangkan fakta belum ada penelitian yang konklusif terkait dampak kontaminasi mikroplastik pada manusia dan fenomena masifnya konsumsi air minum kemasan di seluruh dunia. Lantaran itulah, riset kemudian merekomendasikan pengurangan produksi dan konsumsi air minum kemasan botol plastik, utamanya untuk mereka yang tinggal di wilayah di mana masih tersedia air keran yang bersih dan sehat.
Masih dalam laporan yang sama, peneliti menyebut hanya ada sedikit penelitian kontaminasi mikroplastik dalam air minum kemasan yang telah dipublikasikan di Indonesia. Ini paradoks mengingat Indonesia adalah produsen sampah plastik terbesar kedua di dunia, memliki 1.145 produsen air minum kemasan yang tersebar di seantero negeri, dengan tingkat konsumsi air minum kemasan mencapai 26,2 miliar liter pada 2016.
(abd)