Membedah Riset Kesehatan Pada Air Minum dalam Kemasan

Selasa, 26 Oktober 2021 - 17:33 WIB
loading...
Membedah Riset Kesehatan Pada Air Minum dalam Kemasan
Kontaminasi mikroplastik pada air minum menjadi isu hangat di banyak negara, termasuk Indonesia, setidaknya dalam tiga tahun terakhir. FOTO/DOK.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM ) merespons isu terkait kandungan mikroplastik dalam air minum kemasan yang hangat diperbincangkan. Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM Rita Endang meminta masyarakat bijak dalam menanggapi isu tersebut.

Rita menjelaskan, mikroplastik pada dasarnya adalah unsur serpihan plastik yang tak kasat mata, ukuran 1-5 mikrometer. Mikroplastik ada di semua unsur plastik ketika mengalami degradasi, alias rutuh dari badan polimer, baik karena perubahan suhu, gesekan, atau lainnya.

"Degradasi itu bisa terjadi pada plastik jenis PET, PC, PP," katanya dalam forum Sosialisasi Keamanan Kemasan Bahan Pangan Berbahan Baku Plastik yang Mengandung Unsur BPA yang digelar secara daring oleh YLKI, awal Oktober lalu.

Baca juga: Peneliti UI: Tidak Ada Mikroplastik di Galon Guna Ulang

Rita menegaskan bahwa fakta itu tak seharusnya membuat publik cemas. "Sampai saat ini belum ada risiko kesehatan terkait mikroplastik," katanya.

Rita merujuk pada maklumat WHO yang menyatakan belum merekomendasikan pemantauan rutin atas kontaminasi mikroplastik dalam air kemasan. Pada 2020, rapat bersama Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives menyampaikan mikroplastik belum perlu jadi prioritas analisis.

"Bahkan pada 2021 otoritas keamanan pangan tertinggi Eropa, European Food Safety Authority, juga menyampaikan hal yang sama: (pemantauan rutin) mikroplastik belum menjadi prioritas," katanya.

Kontaminasi mikroplastik pada air minum menjadi isu hangat di banyak negara, termasuk Indonesia, setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Pemantiknya adalah dua laporan hasil riset uji kontaminasi mikroplastik pada air keran (tap water) dan pada air minum dalam kemasan plastik pada 2018.

Baca juga: Mikroplastik Galon Sekali Pakai Dinilai Membahayakan Manusia dan Lingkungan

Menurut WHO, data awal seputar kontaminasi mikroplastik pada air minum dalam wadah botol plastik banyak merujuk pada hasil riset Departemen Kimia, State University of New York at Fredonia, Amerika Serikat. Dari riset itulah kemudian bermunculan banyak penelitian sejenis, berikut gunungan pertanyaan, dan juga kecemasan, atas dampak kontaminasi mikroplastik dalam air minum pada tubuh manusia.

Riset dari Fredonia itu, hasilnya terbit pertama kali dengan judul "Synthetic Polymer Contamination in Bottled Water" di jurnal Frontier in Chemistry pada September 2018, mencakup uji kontaminasi mikroplastik atas 11 merek air minum kemasan botol plastik di sembilan negara, termasuk air minum merek Aqua dari Indonesia.

Laporan menyebut pemilihan sampel mempertimbangkan tiga faktor utama, yakni keragaman geografis, pangsa pasar air kemasan (lima yang terbesar termasuk China, Amerika, Brazil, India, Indonesia), dan tingkat konsumsi per kapita air kemasan (yang tertinggi termasuk di Lebanon, Meksiko, Thailand, dan Amerika).

Pada intinya, penelitian berujung temuan bahwa 93% dari total 259 botol sampel air minum kemasan yang diuji menunjukkan sejumlah tanda telah terjadi kontaminasi mikroplastik.

Dengan bantuan program komputer, riset menghitung ukuran, konsentrasi dan jenis mikroplastik pada semua sampel. Dari situ diketahui rata-rata ada 10,4 partikel mikroplastik dengan ukuran di atas 10 mikrometer per liter dalam setiap botol sampel.

Sementara itu, pemeriksaan dengan mikroskop FTIR mengonfirmasi partikel renik yang berhasil diidentikasi adalah polimer plastik dengan jenis yang paling dominan adalah polypropylene, jamak digunakan sebagai bahan baku produksi tutup botol air minum kemasan.

Dalam bagian akhir, laporan mempertimbangkan fakta belum ada penelitian yang konklusif terkait dampak kontaminasi mikroplastik pada manusia dan fenomena masifnya konsumsi air minum kemasan di seluruh dunia. Lantaran itulah, riset kemudian merekomendasikan pengurangan produksi dan konsumsi air minum kemasan botol plastik, utamanya untuk mereka yang tinggal di wilayah di mana masih tersedia air keran yang bersih dan sehat.

Masih dalam laporan yang sama, peneliti menyebut hanya ada sedikit penelitian kontaminasi mikroplastik dalam air minum kemasan yang telah dipublikasikan di Indonesia. Ini paradoks mengingat Indonesia adalah produsen sampah plastik terbesar kedua di dunia, memliki 1.145 produsen air minum kemasan yang tersebar di seantero negeri, dengan tingkat konsumsi air minum kemasan mencapai 26,2 miliar liter pada 2016.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2197 seconds (0.1#10.140)