Billy Mambrasar Ungkap Aksi Spontan Jokowi di Papua yang Tak Terekam Kamera

Selasa, 12 Oktober 2021 - 15:12 WIB
loading...
Billy Mambrasar Ungkap Aksi Spontan Jokowi di Papua yang Tak Terekam Kamera
Staf Khusus (Stafsus) Presiden asal Papua Billy Mambrasar mengungkapkan sejumlah aksi-aksi Presiden Jokowi yang tidak terekam kamera. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Staf Khusus (Stafsus) Presiden asal Papua Billy Mambrasar mengungkapkan aksi-aksi Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) yang tidak terekam kamera. Billy menyaksikannya selama mendampingi Presiden kunjungan kerja ke Papua awal Oktober 2021.

Baca Juga: Jokowi
Baca juga: Jokowi Harap Anak Muda Papua Bisa Maksimalkan Potensi Daerah

"Ada aksi yang sangat mengharukan bagi dirinya saat melihat Presiden memperbaiki tata letak jualan noken milik mama tersebut, yang digantung berdasarkan warna dan desain," kata Billy, Selasa (12/10/21).

"Beliau melakukannya dengan cepat dan namun teliti, sebelum kemudian berinteraksi kembali dengan mama-mama sang penjual dan membeli noken jualannya," tambahnya.

Aksi spontan kedua, terjadi di Kota Sorong di samping lahan pertanian Jagung. Kala itu saat mengunjungi para petani, Presiden berhenti sejenak ketika seorang anak dengan logat Papua yang cukup kental berteriak.

"Pace Jokowi, woiii!! Mari dolo, mari dolo!!". Hal tersebut sempat terdengar tidak sopan didengar oleh rombongan yang mendampingi Presiden, akan tetapi Jokowi berhenti sejenak, tersenyum menembus rumput rawa-rawa, dan melambai ke arah anak tersebut.

"Tidak ada rasa tersinggung, atau rasa terganggu yang ditunjukkan Pak Jokowi saat itu. Bahkan beliau sempat berjalan menuju ke anak tersebut, akan tetapi diperingatkan oleh Bupati Sorong saat itu, bahwa jalan tersebut lembek, dan rawanya dalam, dan cukup berbahaya," jelasnya.

"Akhirnya Presiden yang telah setengah jalan berjalan kembali, lalu memberikan kode agar anak tersebut berputar, dan bertemu dengan beliau di Jalan yang lebih padat," tutur Billy.

Lanjut Billy, Presiden kemudian memberikan baju tshirt dan buku kepada anak tersebut. Aksi ketiga, terjadi sebelum momentum Presiden memberikan jaket kepada anak remaja Papua di Kota Sorong.

"Saat itu ada seorang Ibu yang mendorong anaknya untuk maju, yang kemudian oleh presiden ditahan di bagian bahu anak tersebut, untuk membantu menjaga kestabilannya berdiri," papar Billy.

"Paspampres sempat menegur Ibu tersebut, bahwa hal yang dilakukan terhadap anaknya berbahaya. Presiden tetap berfoto bersama dengan anak itu dan ibunya, dan memberikan buku dan kaos kepada keduanya, dan melepas mereka dengan senyuman khasnya," sambungnya.

Billy lalu menjelaskan, terdapat makna khusus dari tiga aksi spontan Presiden di Papua yang tida terekam kamera itu. Untuk aksi pertama, saat presiden memperbaiki tata letak noken kata dia, presiden yang pernah menjadi pengusaha mebel kecil tampak memahami perjuangan pelaku usaha kecil.

"Pak Jokowi mengatur, agar noken yang desainnya lebih menarik dan warna lebih terang, diletakkan di bagian depan, agar menarik perhatian orang-orang yang lewat, untuk membeli barang jualan mama-mama tersebut," ucap Billy.

Dalam aksi kedua, Billy mengatakan Presiden dapat memahami aksi anak-anak yang belum mengerti tentang ukuran sopan dan tidak sopan, dan masih dalam proses belajar.

"Presiden memahami anak tersebut hanya mengekspresikan kekaguman kepada beliau, dan keinginannya untuk berekspresi," katanya.

Sedangkan pada aksi ketiga, spontanitas Presiden untuk menahan keseimbangan anak yang didorong oleh ibunya, menurut Billy merupakan naluri alami Presiden untuk melindungi.

"Tidak juga beliau merasa geram dengan perilaku ibunya, beliau berfoto dan memberikan souvenir kepada keduanya. Momen ini pun begitu cepat, sehingga luput dari rekaman foto dari wartawan yang ada," ucap Billy.

Dia menyampaikan, dari tiga aksi Presiden di Papua, tampak bahwa hal-hal yang dilakukan oleh Presiden Jokowi untuk Bangsa Indonesia, khususnya untuk Tanah Papua dan Orang Papua, didasari empati penuh kasih.

"Empati penuh kasih adalah sebuah dasar utama menjadi seorang pemimpin, untuk membuat perubahan besar, untuk membangun dan memajukan orang lain. Dalam kepemimpinan, pintar bukan yang utama, kekuasan bukan yang absolut, akan tetapi kerendahan hati, dan ketulusan, itulah yang menjadi dasar kepantasan dan kemampuan seseorang, untuk disebut pemimpin," kata Billy.

"Oleh sebab itu, saya berkesempatan menyaksikan beberapa momen spontan aksi humanis presiden dengan orang Papua, yang tidak tertangkap kamera wartawan atau pers. Saya bersyukur kepada Tuhan, diberikan kepercayaan untuk mendampingi beliau, sehingga bisa melihat langsung dari dekat," pungkasnya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1638 seconds (0.1#10.140)