Marwan Jafar: WHO Harus Transparan soal Pandemi Corona
loading...
A
A
A
Selanjutnya, mendorong WHO untuk memaksimalkan pengalaman penanganan berbagai pandemi di negara-negara di dunia, seperti Flu Spanyol, Flu Burung, SARS-Covid, Ebola dan sebagainya untuk dijadikan referensi berharga mempercepat penanganan pandemi covid-19. Tentunya, masing-masing negara berkolaborasi dengan WHO untuk menyelesaikan masalah pandemi ini sebagai sesama anggota PBB.
Ketujuh, mendorong WHO memiliki pedoman pencegahan dan penanganan pandemi covid-19 versi WHO sendiri yang diadaptasikan sesuai kebutuhan, kondisi dan karakteristik masyarakat masing-masing negara anggota. Misalnya, panduan pencegahan dan penanganan pandemi covid-19 untuk negara maju, negara berkembang dan sebagainya secara komprehensif.
"Panduan pencegahan dan penanganan pandemi covid-19 ini penting agar masyarakat semakin memiliki tingkat percaya diri secara lebih baik lagi dalam upaya bersama-sama Pemerintah dan WHO memerangi pandemi Covid-19," katanya.
Kedelapan, mendorong WHO meningkatkan pola hubungan diplomatik antar negara-negara anggota yang lebih responsif, solutif dan efektif, terutama diplomasi bidang kesehatan, termasuk keikutsertaan para dokter dan tenaga medis dalam berbagai organisasi profesi dan kegiatan internasional dalam rangka transformasi ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik dalam menangani pandemi Covid-19 dan pandemi lainnya.
Selanjutnya, perlu memberikan dukungan pada WHO agar tidak terjebak pada kepentingan "Block" pada negara atau beberapa negara tertentu dalam konteks penanganan pandemi covid-19.
"WHO haruslah independen, sejalan dengan kedudukan PBB, yakni menjadi wadah moderat untuk mempererat persatuan dan kesatuan antarnegara tanpa diskriminasi," tandasnya.
Kesepuluh, perlunya standar kebijakan WHO yang konsisten dan independen terkait adanya pandemi covid-19 melalui pertimbangan para pakar kesehatan maupun para ahli pandemiologi yang jernih dan akurat baik terkait kebijakan informasi awal munculnya pandemi, pencegahan maupun penanganan pandemi hingga kebijakan pasca pandemi Covid-19.
Menurut dia, ini sangat penting dilakukan agar masing-masing negara dapat melaksanakan stanfard operasional prosedur penanganan pandemi Covid-19 secara tepat, meskipun dengan mempertimbangkan kondisi internal masing-masing negara.
Sebagai contoh soal kebijakan mengenakan masker. Katanya, semula WHO merekomendasikan pemakaian masker hanya untuk orang sakit dan tenaga medis. Namun, tidak lama kemudian, bulan Maret WHO menyatakan Corona sebagai pandemi global. Artinya, Covid-19 bisa menyerang siapa saja di seluruh dunia. Akhirnya WHO merekomendasikan pemakaian masker untuk semua orang.
WHO akhirnya merekomendasikan pemakaian masker untuk semua orang, bukan hanya yang sakit. Hal ini disampaikan WHO melalui situs resminya dalam tulisan bertajuk 'Advice on the use of masks in the context of COVID-19' pada 6 April.
Ketujuh, mendorong WHO memiliki pedoman pencegahan dan penanganan pandemi covid-19 versi WHO sendiri yang diadaptasikan sesuai kebutuhan, kondisi dan karakteristik masyarakat masing-masing negara anggota. Misalnya, panduan pencegahan dan penanganan pandemi covid-19 untuk negara maju, negara berkembang dan sebagainya secara komprehensif.
"Panduan pencegahan dan penanganan pandemi covid-19 ini penting agar masyarakat semakin memiliki tingkat percaya diri secara lebih baik lagi dalam upaya bersama-sama Pemerintah dan WHO memerangi pandemi Covid-19," katanya.
Kedelapan, mendorong WHO meningkatkan pola hubungan diplomatik antar negara-negara anggota yang lebih responsif, solutif dan efektif, terutama diplomasi bidang kesehatan, termasuk keikutsertaan para dokter dan tenaga medis dalam berbagai organisasi profesi dan kegiatan internasional dalam rangka transformasi ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik dalam menangani pandemi Covid-19 dan pandemi lainnya.
Selanjutnya, perlu memberikan dukungan pada WHO agar tidak terjebak pada kepentingan "Block" pada negara atau beberapa negara tertentu dalam konteks penanganan pandemi covid-19.
"WHO haruslah independen, sejalan dengan kedudukan PBB, yakni menjadi wadah moderat untuk mempererat persatuan dan kesatuan antarnegara tanpa diskriminasi," tandasnya.
Kesepuluh, perlunya standar kebijakan WHO yang konsisten dan independen terkait adanya pandemi covid-19 melalui pertimbangan para pakar kesehatan maupun para ahli pandemiologi yang jernih dan akurat baik terkait kebijakan informasi awal munculnya pandemi, pencegahan maupun penanganan pandemi hingga kebijakan pasca pandemi Covid-19.
Menurut dia, ini sangat penting dilakukan agar masing-masing negara dapat melaksanakan stanfard operasional prosedur penanganan pandemi Covid-19 secara tepat, meskipun dengan mempertimbangkan kondisi internal masing-masing negara.
Sebagai contoh soal kebijakan mengenakan masker. Katanya, semula WHO merekomendasikan pemakaian masker hanya untuk orang sakit dan tenaga medis. Namun, tidak lama kemudian, bulan Maret WHO menyatakan Corona sebagai pandemi global. Artinya, Covid-19 bisa menyerang siapa saja di seluruh dunia. Akhirnya WHO merekomendasikan pemakaian masker untuk semua orang.
WHO akhirnya merekomendasikan pemakaian masker untuk semua orang, bukan hanya yang sakit. Hal ini disampaikan WHO melalui situs resminya dalam tulisan bertajuk 'Advice on the use of masks in the context of COVID-19' pada 6 April.