Bangkit Kembali dari Bencana: Mengapa Indonesia Harus Terus Mengimunisasi Setiap Anak?

Senin, 08 Mei 2023 - 13:05 WIB
loading...
Bangkit Kembali dari...
Perwakilan UNICEF Indonesia Maniza Zaman dan Perwakilan WHO Indonesia N. Paranietharan. Foto/Istimewa
A A A
Maniza Zaman, Perwakilan UNICEF Indonesia
N. Paranietharan,Perwakilan WHO Indonesia

TIDAK diragukan lagi, Covid-19 telah menjadi bencana bagi imunisasi anak. Laporan State of the World’s Children yang baru dirilis mengungkapkan bahwa 67 juta anak di seluruh dunia melewatkan satu atau lebih vaksinasi selama tiga tahun karena dampak pandemi. Ini adalah kemunduran berkelanjutan terbesar dalam imunisasi anak dalam 30 tahun.

Di Indonesia, pandemi menjadi pukulan keras bagi upaya pemerintah dalam imunisasi . Kurangnya petugas kesehatan, pembatasan pergerakan dan rantai pasokan vaksin yang menurun, menyebabkan cakupan anak yang diimunisasi lengkap untuk bayi hingga 11 bulan turun dari 93 persen pada 2019 menjadi 84 persen pada 2021.

Selama periode yang sama, jumlah anak-anak 'dosis nol' – yang tidak pernah menerima dosis tunggal vaksin difteri, pertusis dan tetanus (DPT) – meningkat secara signifikan. Hal ini meningkatkan risiko anak-anak tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti difteri, campak, rubella, polio, dan pertusis.

Pada 2021, hampir 30 persen anak yang lahir pada tahun itu – total 1,1 juta anak – tidak menerima vaksin, naik 10 persen dari tahun sebelumnya. Untuk mengatasi kemunduran ini, Pemerintah Indonesia telah mengambil tindakan untuk mengimunisasi anak sebanyak mungkin. Kampanye susulan nasional tahun lalu menjangkau 26,5 juta anak dengan vaksin campak dan rubella, 1,3 juta dengan vaksin polio, dan 2 juta dengan vaksin Penta.

Berbeda dengan penurunan beberapa tahun terakhir, Indonesia mencapai 94,6 persen cakupan anak yang diimunisasi lengkap pada 2022, melebihi target nasional sebesar 94,1 persen. Ini adalah kemajuan yang menggembirakan bagi kita semua yang berkomitmen untuk imunisasi.



Namun, kita belum sepenuhnya aman. Akhir tahun lalu, seorang anak berusia tujuh tahun di Provinsi Aceh yang tiba-tiba mengalami kesulitan berjalan didiagnosis menderita polio. Kini ia hidup dengan kelumpuhan. Seperti banyak anak lain di komunitasnya, anak lelaki ini belum pernah divaksinasi.

Respons terhadap wabah polio di Aceh sangat cepat. Hanya dalam dua minggu, Indonesia melakukan kampanye vaksinasi dari rumah ke rumah, ditambah dengan pendidikan masyarakat, dan berhasil mengimunisasi jutaan anak.

Wabah penyakit-penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin di berbagai bagian Indonesia selama beberapa bulan terakhir adalah tanda bahwa kita perlu kembali fokus di wilayah-wilayah dengan anak-anak yang imunisasinya kurang atau anak-anak dengan dosis nol.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1732 seconds (0.1#10.140)