Regenerasi Nakes, Pemerintah Harus Benahi Sistem Pendidikan dan Insentif

Rabu, 21 Juli 2021 - 16:46 WIB
loading...
Regenerasi Nakes, Pemerintah Harus Benahi Sistem Pendidikan dan Insentif
Tenaga kesehatan divaksinasi Covid-19. Foto/Dok MPI
A A A
JAKARTA - Proses regenerasi para tenaga kesehatan ( nakes ) di tengah pandemi Covid-19 yang belum bisa terprediksi kapan berakhirnya menjadi isu yang tak bisa dilepaskan begitu saja. Apalagi, berdasarkan data yang dihimpun oleh Lapor Covid-19 hingga Senin (19/7/2021) tercatat sebanyak 1.439 nakes di Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19.

Sementara itu, tingkat kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari para nakes cukup tinggi. Dikutip dari laman http://bppsdmk.kemkes.go.id per Selasa (20/7/2021), di wilayah DKI Jakarta, jumlah total fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) berjumlah 6.409. Satu dokter umum perbandingannya bisa merawat 65 pasien dengan catatan penduduk 100.000. Sementara, seorang perawat dengan perbandingan jumlah penduduk yang sama bisa merawat 285 orang.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menuturkan, pandemi ini amat mempengaruhi proses regenerasi nakes. Untuk mendapatkan gelar dari bidang keilmuan masing-masing, harus membutuhkan praktik lapangan, tetapi semuanya terkendala akibat wabah.



Untuk tidak kaget menghadapi kejomplangan kebutuhan nakes , Dicky menilai seharusnya proses konsentrasi pendidikan tetap saja disesuaikan dengan seperti biasa. Tidak perlu lantaran tengah mengalami pandemi, para siswa pendidikannya diarahkan untuk ahli virus atau penanganan pandemi.

"Tentu pandemi ini akan berdampak dalam regenerasi. Namun, kalau konsentrasi pendidikannya tetap tidak harus semua menjadi itu. Hanya yang dilihat itu, sebetulnya setiap pendidikan itu ada proporsi ideal," ungkap Dicky ketika dihubungi, Selasa (20/7/2021).



Di kondisi sekarang, sambung Dicky, sangat banyak sistem yang harus dibenahi, termasuk di dalamnya sistem pendidikan. Menurut dia, perbandingan nakes dengan jumlah penduduk Indonesia belum memadai. "Kita melihat ujian terhadap sistem, termasuk sistem pendidikan kita bahwa pertama ya tentu tenaga kesehatan kita berbanding penduduk ini belum memadai," ucapnya.

Berdasarkan catatannya, untuk cakupan wilayah ASEAN, jumlah nakes Indonesia masih dapat dibilang berada di level bawah. Jadi, jelas Dicky, empat dokter itu kurang lebih melayani 10 sampai 20 ribuan penduduk. "Itu tentu tetap tidak memadai dan proporsional. Ditambah lagi, konsentrasinya banyak di Pulau Jawa atau kota-kota besar saja," bebernya.

Kemudian, perawat jumlahnya hanya dua per 10 ribu. Hal itu, kata Dicky, menunjukkan angka yang cukup rendah. Kendati demikian, jika berbicara apa yang disebut nakes, tak hanya dokter dan perawat, namun epidemiolog juga termasuk. Menurutnya, proses untuk menjadi epidemiolog tidaklah instan. Menurutnya, membutuhkan proses yang panjang.

Dicky mencontohkan dirinya yang berlatar belakang pendidikan dokter, kemudian menjadi epidemiolog, dan seiring berjalannya waktu memilih menjadi peneliti di bidang pandemi. "Setidaknya ada pendidikan epidemilolog yang S1, tapi ini bukan epidemiolog saja ya, semua yang menunjang kesehatan. Ini harus menjadi evaluasi, tentu jumlahnya kurang sekali," jelasnya.

Dia menjelaskan, hal yang berkaitan dengan proses regenerasi memanglah harus ditata ulang dalam kondisi pandemi seperti saat sekarang. Bila menelisik ke depan, tantangan terkait masalah kesehatan yang dihadapi akan semakin rumit, kerap, dan sering. "Ini harusnya jadi pembelajaran kita, karena memang ya jumlahnya belum banyak," tuturnya.

Lebih jauh terperinci, permasalahan yang mesti diatasi secara cepat dan berkaitan dengan regenerasi adalah lancarnya insentif para nakes. Dicky membeberkan, anak muda zaman sekarang kemungkinan besar ketika hendak mendaftar pekerjaan akan melihat seberapa besar jumlah insentif yang didapatkannya.

"Karena seseorang yang sekolah, bekerja dalam suatu profesi kan karena ada lapangan pekerjaannya, karena ada insentif. Nah ini yang harus diperbaiki, karena selama ini ya mohon maaf," lanjutnya.

Apalagi, mengambil pilihan untuk menjadi nakes di kondisi sekarang pastilah sangat berisiko besar. Lapangan pekerjaan seperti menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) masih menjadi pilihan yang digandrungi anak muda.

Hal berkaitan soal insentif lah yang diminta Dicky untuk bisa diperbaiki oleh pemerintah. Tujuannya, tiada lain untuk menarik minat anak muda untuk menjadi temaga kesehatan. "Namanya anak muda bekerja selain karena masalah ilmu dan status, tetapi kan juga secara finansial. Ini yang harus mulai dipikirkan oleh pemerintah," pungkasnya.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1847 seconds (0.1#10.140)