Pandemial Bangkit dengan Karya: Muda Menolak Dampak Pandemi

Selasa, 25 Mei 2021 - 12:50 WIB
loading...
A A A
Di saat pandemi membuat sebagian anak muda diam, lain halnya dengan Ivana Harjadi, owner dari Ivi lashes justru berhasil mengekspor produk eyelash extension-nya ke Filipina dan Malaysia.

Sepanjang pandemi, pandemial menolak untuk diam. Hal ini mencerminkan bahwa sifat filantropis, kritis, pantang menyerah dan idealis menjadi DNA dari pandemial. Kita bisa menjemput inspirasi dari yang dilakukan Ananda Priantara melalui @satupaduindonesia, @ajakgerak yang didirikan Haikal Pramono, @pemimpin.indonesia diinisiasi oleh Dharmaji Suradika, @studenesia diprakarsai Aditya W Wardana, @bogoryouthforum digerakan Ramadhan Subakti, @gensmart_id dibersamai Reza Pahlevi, @konekinindonesia digagas Marthella Sirait, @raihcita.id digerakan Gammario Medi dan ribuan pandemial keren yang melawan pandemi dengan kekuatan dan perannya masing-masing.

Memilih untuk tidak menyerah. Melawan dengan karya, menebar inspirasi dan energi positif bagi pemuda lain. Mereka terus menjaga dan merawat imajinasi tentang bumi pijakannya, Indonesia. Melihat ini, tentunya menjadi bukti bahwa anak muda saat pandemi pun memiliki daya kreatif yang kuat jika menyalurkannya dengan baik.

Renjana ‘Passion’ dan Mandat Kehidupan
Berbagai ilustrasi insiatif diatas adalah contoh bagaimana sosok pandemial mengubah kehidupannya. Mereka justru memberikan usaha kreatif sebagai bentuk protes terhadap ketidakmampuan mereka. Beberapa anak muda diatas justru berkembang pesat mulai dari segi pola pikir dan juga sikap yang ditunjukkan.

Dan faktanya, Indonesia jika ingin meraih keuntungan maksimal bonus demografi, wajib menghadirkan semangat kewirausahaan baik di lingkungan pendidikan maupun sosial. Karena, dari data yang dihimpun oleh Kementerian Koperasi dan UMKM, tingkat kewirausahaan di Indonesia hanya 3,47%, kalah dari negara tetangga, Thailand (4,26%), Malaysia (4,74%), dan Singapura (8,76%).

Ada satu kesamaan yang membuat pandemial bergerak justru bisa memfokuskan energinya untuk melakukan sesuatu. Kesamaan itu terletak pada passion (renjana). Passion yang membuat mereka mampu menciptakan sesuatu dan memberdayakan banyak orang. Semua energi dihimpun untuk melakukan hal yang disukainya. Passion menciptakan sebuah peluang besar jika pandemial memiliki keinginan kuat.

Namun, menjalankan passion yang diinginkan harus dibarengi dengan komitmen. Komitmen untuk meluangkan sebagian waktunya, komitmen untuk terus melakukan peningkatan kemampuan, dan komitmen untuk tetap konsisten berada di jalannya.

Di situlah perbedaanya. Passion yang bukan sekedar kesukaan. Passion yang diisi dengan pola pikir, komitmen, dan konsistensi dalam pelaksanaannya. Jika kita menanyakan apa rumus sebagian besar orang sukses, kemungkinan besar jawaban seperti ini akan muncul dalam pernyataan mereka.

Hidup kita adalah milik kita sendiri bukan orang lain. Nasib kita bergantung pada seberapa besar tekad, kualitas, kompetensi, dan pola pikir. Kita semua adalah pemegang mandat kehidupan masing-masing.

Mandat kehidupan itulah yang saat ini kita pegang, bukan lagi orang tua yang memeliharanya, melainkan kita sendiri. Karena pandemial sudah memegang mandat kehidupan tersebut, wajib bagi generasi pandemi iniuntuk segera bangkit dari ketertinggalan.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1869 seconds (0.1#10.140)