Imam Shamsi Ali: Bom Bunuh Diri Itu Terkutuk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali mengutuk bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Ia mengajak semua pihak untuk menjadikan radikalisme dan terorisme sebagai musuh bersama.
"Saya menyampaikan secara terbuka bahwa saya mengutuk bom bunuh diri yang terjadi di kota saya, Kota Makassar. Siapa pun pelaku dan tergetnya, apapun alasan dan motifnya, bom bunuh diri itu terkutuk," Imam Shamsi Ali dalam keterangan tertulisnya, Minggu (28/3/2021).
Melakukan bom bunuh diri, kata Imam Shamsi, sangat terkutuk. Apalagi dilakukan pada waktu Nisf Sya'ban, menjelang Ramadan, dengan menarget rumah ibadah, dan bertujuan menghilangkan nyawa rakyat sipil.
Baca juga: Bom Gereja Katedral Makassar, Jokowi: Tak Ada Kaitan dengan Agama Apapun
"Jangankan di sebuah tempat dan waktu yang damai. Di saat peperangan saja, semua rumah ibadah, gereja, sinagog, kuil maupun pura, mendapat perlindungan dari upaya pengrusakan. Seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran (lihat S. Al-Hajj: 40)," tutur Imam di Kota New York, Amerika Serikat ini.
Peledakan bom seperti itu, kata Imam Shamsi Ali, jelas merupakan perusakan. Bukan hanya fisik bangunan, tapi juga merusak perdamaian, dunia, hubungan antarmanusia, bahkan kehidupan manusia itu sendiri. Padahal dalam Surat Al-Qashas: 77 disebutkan "Dan Allah membenci mereka yang melakukan kerusakan".
"Karenanya sekali lagi, siapa pun pelakunya, siapapun tergetnya, dan apapun motifnya, saya kutuk kejadian bom bunuh diri di Kota Anging Mammiri," tandasnya.
Baca juga: Jokowi: Negara Tanggung Biaya Pengobatan Korban Bom Gereja Katedral Makassar
Imam Shamsi Ali mengajak semua pihak untuk menahan diri dari finger pointing (melempar tuduhan) kepada agama dan kelompok agama tertentu. Sebab, belajar dari kejadian-kejadian di dunia, termasuk di Amerika, bahwa kekerasan dan terorisme bisa dilakukan oleh dan menarget siapa saja.
"Terorisme tidak mengenal batas-batas agama. Karena sesungguhnya terorisme memang tidak mengenal agama, bahkan tidak beragama," katanya.
"Saya juga mengajak kita semua untuk menjadikan radikalisme dan terorisme sebagai musuh bersama kemanusiaan kita. Sekaligus bersama-sama memerangi semua "akar" kekerasan dan terorisme, termasuk ketidak adilan yang masih mendominasi dunia kita. Semoga Allah menjaga kita semua. Amin!," katanya.
"Saya menyampaikan secara terbuka bahwa saya mengutuk bom bunuh diri yang terjadi di kota saya, Kota Makassar. Siapa pun pelaku dan tergetnya, apapun alasan dan motifnya, bom bunuh diri itu terkutuk," Imam Shamsi Ali dalam keterangan tertulisnya, Minggu (28/3/2021).
Melakukan bom bunuh diri, kata Imam Shamsi, sangat terkutuk. Apalagi dilakukan pada waktu Nisf Sya'ban, menjelang Ramadan, dengan menarget rumah ibadah, dan bertujuan menghilangkan nyawa rakyat sipil.
Baca juga: Bom Gereja Katedral Makassar, Jokowi: Tak Ada Kaitan dengan Agama Apapun
"Jangankan di sebuah tempat dan waktu yang damai. Di saat peperangan saja, semua rumah ibadah, gereja, sinagog, kuil maupun pura, mendapat perlindungan dari upaya pengrusakan. Seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran (lihat S. Al-Hajj: 40)," tutur Imam di Kota New York, Amerika Serikat ini.
Peledakan bom seperti itu, kata Imam Shamsi Ali, jelas merupakan perusakan. Bukan hanya fisik bangunan, tapi juga merusak perdamaian, dunia, hubungan antarmanusia, bahkan kehidupan manusia itu sendiri. Padahal dalam Surat Al-Qashas: 77 disebutkan "Dan Allah membenci mereka yang melakukan kerusakan".
"Karenanya sekali lagi, siapa pun pelakunya, siapapun tergetnya, dan apapun motifnya, saya kutuk kejadian bom bunuh diri di Kota Anging Mammiri," tandasnya.
Baca juga: Jokowi: Negara Tanggung Biaya Pengobatan Korban Bom Gereja Katedral Makassar
Imam Shamsi Ali mengajak semua pihak untuk menahan diri dari finger pointing (melempar tuduhan) kepada agama dan kelompok agama tertentu. Sebab, belajar dari kejadian-kejadian di dunia, termasuk di Amerika, bahwa kekerasan dan terorisme bisa dilakukan oleh dan menarget siapa saja.
"Terorisme tidak mengenal batas-batas agama. Karena sesungguhnya terorisme memang tidak mengenal agama, bahkan tidak beragama," katanya.
"Saya juga mengajak kita semua untuk menjadikan radikalisme dan terorisme sebagai musuh bersama kemanusiaan kita. Sekaligus bersama-sama memerangi semua "akar" kekerasan dan terorisme, termasuk ketidak adilan yang masih mendominasi dunia kita. Semoga Allah menjaga kita semua. Amin!," katanya.
(abd)