Nasib Buram Buku Indonesia

Senin, 18 Mei 2020 - 06:34 WIB
loading...
A A A
Karena itu, sebagai solusi, dia meminta Perpustakaan Nasional (Perpusnas) memikirkan cara-cara baru untuk menjangkau masyarakat di luar dari pembangunan perpustakaan secara fisik. “Perlu ada pendekatan-pendekatan baru yang dicoba untuk meningkatkan minat baca. Sekarang orang sudah jarang yang datang ke perpustakaan fisik, apalagi di kondisi Indonesia yang secara geografis berpulau-pulau menjadi sangat sulit,” ungkapnya.

Menurut dia, fakta bahwa hampir semua orang memiliki gadget di tangan merupakan potensi yang harus dimanfaatkan. Apalagi, dengan ada Covid-19 ini, masyarakat Indonesia sudah semakin terbiasa menggunakan teknologi.

“Kita harus beralih dari menggunakan target-target konvensional seperti jumlah perpus, rak buku, dan lain-lain ke target-target digital seperti jumlah user iPusnas, jumlah buku yang dibaca, jumlah judul yang tersedia, dan sebagainya. Akses internet yang merata tentu merupakan prasyarat agar ini berhasil,” usul wakil ketua umum Partai Golkar itu.

Kendati demikian, Hetifah juga mengakui bahwa minat baca buku digital pun rendah. Untuk itu, dia menyebut perlu pembudayaan minat baca sejak dini di keluarga.

Penjualan Naik saat Pandemi

Secara internasional penjualan buku mengalami peningkatan drastis selama lockdown atau karantina wilayah akibat pandemi korona di berbagai negara. Buku yang umumnya laris manis adalah novel dan buku pelajaran atau kuliah karena penutupan sekolah dan bekerja dari rumah.

BBC melaporkan, khusus di Inggris, penjualan buku fiksi mengalami kenaikan sepertiga, sedangkan penjualan buku pendidikan anak-anak mencapai 234%. “Data penjualan menunjukkan populasi Inggris menyiapkan diri untuk isolasi yang lama," demikian keterangan Nielsen Book.

Hal sama juga terjadi di Amerika Serikat (AS). Analis industri buku, NPD Group, melaporkan, kenaikan penjualan buku nonfiksi anak mencapai 66%. “Isolasi diri di seluruh dunia meningkatkan tren membaca,” kata Presiden International Publishers Association (IPA) Hugo Setzer.

Ketika banyak sekolah ditutup, orang tua juga fokus menyediakan buku berbasis online ataupun cetak. NPD Group menyebutkan, kenaikan penjualan buku anak mencapai 128%, peningkatan penjualan buku pelajaran hingga 235%, dan buku sekolah mencapai 143% di AS.

“Interaktivitas dan nilai lebih merupakan karakteristik dari buku,” ujar Kristen McLean, analis industri buku NPD Group. “Sekolah di rumah juga mengakibatkan penjualan buku,” ucapnya. Peningkatan penjualan itu justru terjadi ketika kebanyakan toko buku di dunia tutup dan perusahaan penerbitan menurunkan performa karena mengantisipasi dampak pandemi. (Baca juga: Pembukaan Sekolah Sebaiknya Setelah Kasus Covid-19 Turun Drastis)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1116 seconds (0.1#10.140)