Menteri Kebudayaan Dorong Pencak Silat Masuk Kurikulum Pendidikan
loading...
A
A
A
BOGOR - Kementerian Kebudayaan menggelar acara peringatan lima tahun pengakuan UNESCO atas Tradisi Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb). Acara yang berlangsung di Padepokan Pencak Silat Pakubumi, Kabupaten Bogor, ini menjadi momentum penting untuk mempererat hubungan antara komunitas pencak silat dan pemerintah sekaligus membahas strategi pelestarian tradisi tersebut.
Acara ini dihadiri berbagai tokoh penting, termasuk Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), perwakilan Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO, akademisi, serta komunitas dan perguruan pencak silat dari seluruh Indonesia.
Dalam sambutannya, Fadli Zon mengapresiasi peran besar komunitas pencak silat dalam melestarikan tradisi ini sejak diakui UNESCO pada 12 Desember 2019 di Bogota, Kolombia.
"Pengakuan ini adalah hasil perjuangan bersama. Tradisi Pencak Silat adalah cerminan semboyan Bhineka Tunggal Ika karena memiliki 28 penyebutan nama di berbagai daerah, seperti silek di Sumatera Barat, pence di Banten, hingga kuntau di Kalimantan," kata Fadli Zon, Jumat (13/12/2024).
Menteri Kebudayaan menekankan pentingnya memasukkan Pencak Silat ke dalam kurikulum pendidikan formal dan informal. Menurut dia, pencak silat bukan hanya seni bela diri, tetapi juga sarana pembentukan karakter yang mengajarkan kejujuran, saling pengertian, dan kerendahan hati.
"Langkah konkret ke depan meliputi dokumentasi digital, penerbitan buku komprehensif, hingga pemanfaatan teknologi dan media digital untuk mengenalkan Pencak Silat ke generasi muda," kata Fadli Zon.
Selain itu, Menteri Kebudayaan mendorong pembuatan lebih banyak film yang dapat mengenalkan pencak silat dan pesilat Indonesia ke dunia.
Acara ini juga menjadi ajang diskusi strategis untuk melindungi dan mempromosikan Pencak Silat di tingkat nasional dan internasional. Eddie Nalapraya, sesepuh pencak silat dan mantan Ketua IPSI menyebut pengakuan UNESCO sebagai momentum penting untuk menjaga Pencak Silat sebagai identitas bangsa.
"Pencak Silat memiliki fungsi sosial yang sangat kuat, yakni mempererat persaudaraan dan menjaga ketertiban sosial. Kita harus terus berkolaborasi untuk memastikan tradisi ini tetap hidup," ujar Eddie Nalapraya.
Sebagai bagian dari tindak lanjut pengakuan UNESCO, pemerintah mengusulkan beberapa langkah di antaranya memasukkan Pencak Silat ke dalam muatan lokal pendidikan, mendukung festival Pencak Silat di tingkat lokal dan internasional, menyelenggarakan lokakarya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelaku pencak silat, menerbitkan buku komprehensif tentang Pencak Silat, serta melanjutkan inventarisasi data tradisi Pencak Silat di Indonesia.
Untuk diketahui, Pencak Silat telah menjadi cabang olahraga resmi di SEA Games sejak 1987 dan Asian Games pada 2018. Hal itu menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mempromosikan seni bela diri di tingkat dunia.
Pada 15 Desember 2024, pemerintah juga akan mengunggah laporan periodik terkait Tradisi Pencak Silat kepada UNESCO sebagai bagian dari komitmen pelestarian warisan budaya. Melalui upaya kolektif ini, Pencak Silat diharapkan tidak hanya menjadi kebanggaan nasional tetapi juga semakin dikenal dan dihargai di dunia internasional.
Acara ini dihadiri berbagai tokoh penting, termasuk Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), perwakilan Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO, akademisi, serta komunitas dan perguruan pencak silat dari seluruh Indonesia.
Dalam sambutannya, Fadli Zon mengapresiasi peran besar komunitas pencak silat dalam melestarikan tradisi ini sejak diakui UNESCO pada 12 Desember 2019 di Bogota, Kolombia.
"Pengakuan ini adalah hasil perjuangan bersama. Tradisi Pencak Silat adalah cerminan semboyan Bhineka Tunggal Ika karena memiliki 28 penyebutan nama di berbagai daerah, seperti silek di Sumatera Barat, pence di Banten, hingga kuntau di Kalimantan," kata Fadli Zon, Jumat (13/12/2024).
Menteri Kebudayaan menekankan pentingnya memasukkan Pencak Silat ke dalam kurikulum pendidikan formal dan informal. Menurut dia, pencak silat bukan hanya seni bela diri, tetapi juga sarana pembentukan karakter yang mengajarkan kejujuran, saling pengertian, dan kerendahan hati.
"Langkah konkret ke depan meliputi dokumentasi digital, penerbitan buku komprehensif, hingga pemanfaatan teknologi dan media digital untuk mengenalkan Pencak Silat ke generasi muda," kata Fadli Zon.
Selain itu, Menteri Kebudayaan mendorong pembuatan lebih banyak film yang dapat mengenalkan pencak silat dan pesilat Indonesia ke dunia.
Acara ini juga menjadi ajang diskusi strategis untuk melindungi dan mempromosikan Pencak Silat di tingkat nasional dan internasional. Eddie Nalapraya, sesepuh pencak silat dan mantan Ketua IPSI menyebut pengakuan UNESCO sebagai momentum penting untuk menjaga Pencak Silat sebagai identitas bangsa.
"Pencak Silat memiliki fungsi sosial yang sangat kuat, yakni mempererat persaudaraan dan menjaga ketertiban sosial. Kita harus terus berkolaborasi untuk memastikan tradisi ini tetap hidup," ujar Eddie Nalapraya.
Sebagai bagian dari tindak lanjut pengakuan UNESCO, pemerintah mengusulkan beberapa langkah di antaranya memasukkan Pencak Silat ke dalam muatan lokal pendidikan, mendukung festival Pencak Silat di tingkat lokal dan internasional, menyelenggarakan lokakarya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelaku pencak silat, menerbitkan buku komprehensif tentang Pencak Silat, serta melanjutkan inventarisasi data tradisi Pencak Silat di Indonesia.
Untuk diketahui, Pencak Silat telah menjadi cabang olahraga resmi di SEA Games sejak 1987 dan Asian Games pada 2018. Hal itu menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mempromosikan seni bela diri di tingkat dunia.
Pada 15 Desember 2024, pemerintah juga akan mengunggah laporan periodik terkait Tradisi Pencak Silat kepada UNESCO sebagai bagian dari komitmen pelestarian warisan budaya. Melalui upaya kolektif ini, Pencak Silat diharapkan tidak hanya menjadi kebanggaan nasional tetapi juga semakin dikenal dan dihargai di dunia internasional.
(jon)