Imigran (Makin) Merana di Tengah Corona

Senin, 18 Mei 2020 - 08:00 WIB
loading...
A A A
Sulit bagi mereka melakukan physical distancing karena terdapat hampir 40 anak-anak yang masih bermain satu sama lain, berjabat tangan, dan juga berhubungan langsung dengan orang tua mereka. Belum lagi di dalam penampungan, tenda yang dibangun berdampingan langsung dengan saluran pembuangan. Menurut saya, penyakit yang diakibatkan bisa jadi lebih parah dibandingkan Covid-19.

Menurut Hasan, sosialisasi mengenai wajib cuci tangan dan gunakan masker telah dilakukan dengan memberikan poster mengenai Covid-19. Tetapi hanya ada dua kamar mandi untuk menampung 230 imigran lebih, dengan kapasitas air terbatas membuat hal yang disosialisasikan seperti mustahil bisa dilakukan. Satu kamar mandi untuk 150 orang pria dan satu kamar mandi untuk perempuan dan sisanya.

Di tengah bulan Ramadhan, kebanyakan imigran yang berpuasa harus mengantre panjang demi bisa mengambil wudhu atau mandi. Kondisi kamar mandi dan pipa pembuangan hanya berjarak lima jengkal dan pipa itupun tidak pernah dibersihkan hingga kondisinya sekarang sudah penuh. Lagi-lagi penyakit yang bisa ditimbulkan bisa jadi lebih bahaya dari Covid-19. Penggunaan air dibatasi di penampungan, mereka memiliki air pada pukul 04.00-10.00 dan pukul 16.00-22.00, total 12 jam sehari untuk 230 orang. Tak jarang dalam sehari bisa tidak ada air sama sekali. Semakin jelas, upaya untuk mencuci tangan sesering mungkin semakin sulit dilakukan.

Selama masa karantina di penampungan, mereka menutup pintu masuk selama 24 jam. Jika sebelumnya para imigran bisa membeli apapun yang dibutuhkan sendiri, maka sekarang hanya ada beberapa orang yang diizinkan keluar untuk memenuhi kebutuhan imigran di penampungan. Selama menjalankan ibadah puasa, para imigran yang berpuasa hanya mengandalkan donatur untuk bisa makan.

Jika bicara kesulitan, kondisi imigran tanpa kejelasan masa depan, tanpa bisa bekerja walaupun serabutan, anak-anak tanpa pendidikan, jauh dari keluarga di negara asal, dan memiliki ketakutan untuk kembali ke negara asal yang berkonflik, tentu membuat para imigran ini dalam kondisi yang jauh lebih sulit dari warga miskin di Indonesia. Warga miskin di Indonesia terdata dan legal berada di negara ini, sedikit atau banyak akan menerima bantuan dari pemerintah, walaupun tak jarang pembagian bantuan tak merata.

Berbeda dengan kondisi para imigran, mereka ilegal dan tidak termasuk yang akan mendapat bantuan resmi dari pemerintah. Para imigran hanya mengandalkan donatur dan UNHCR sebagai penanggung jawab mereka. UNHCR diharapkan bisa menunjukkan perhatian lebih terhadap seluruh pencari suaka di Indonesia, apalagi saat berada di tengah pandemi seperti saat ini.

Pantauan kesehatan dan keebrsihan menjadi hal yang perlu UNHCR Indonesia utamakan, agar para imigran bisa terhindar dari Covid-19. Kesulitan para imigran yang terlampau lama, bisa menjadi kegagalan suatu lembaga penanggung jawab dalam menangani masalah.
(hab)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3098 seconds (0.1#10.140)